Keluarga Khoir Part 1
“Ibaratnya kita
mengajukan proposal ke Allah untuk di ACC. Jika belum di ACC kita harus
bersabar dan berusaha memperbaiki proposal tersebut. Mungkin masih ada
kekurangannya. Berulang-ulang mengirimkan proposal hingga di ACC itu butuh
perjuangan. Tidah hanya sekali dua kali.
Itulah hidup,”
Kata pak Khoir kepada
istrinya dengan tegas.
Dalam
rumah tangga itu harus saling menguatkan. Saling menutupi kekurangan
masing-masing sehingga tidak merasa bahwa dirinyalah yang paling hebat. Selalu
tawakal dan tawadu’ dalam segala hal. Mengkomunikasikan segala sesuatu dengan
bermusyawarah. Itulah yang pak Khoir dan bu Khadijah tanamkan sejak mereka memutuskan
untuk mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga bersama. Mencetak generasi yang
berakhlak mulia. Yang mampu menjadi penyelamat keluarga saat di akhirat.
Pak
Khoir adalah lulusan Sarjana Teknik sedangkan bu Khadijah lulusan SMA. Pak
Khoir menikahi bu Khadijah karena agamanya. Baik budi pekertinya. Dan tentunya
atas dasar cinta karena-NYA. Itulah yang Allah tetapkan untuknya. Hingga pak
Khoir pun tak pernah memandang istrinya itu lulusan apa. Ia meyakini bahwa
istrinya mampu menjadi pendidik yang baik untuk anak-anaknya.
Bertahun-tahun
lamanya mereka mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga. Hingga kini mereka
dikaruniai 4 anak yang sholih-sholihah tentunya. Siapakah diantaranya?
Ahmad, anak pertamanya. Sembilan belas tahun usianya. Saat ini duduk di bangku SMA kelas XII di Surabaya. Ia sosok yang jenius di bidang Fisika. Sehingga ia dijuluki pakar Fisika sejak SMP sampai sekarang.
Fatimah, anak keduanya. Lima belas tahun usianya. Si jenius yang jago Matematika. Karena jeniusnya, ia pernah menjuarai Olimpiade Matematika tingkat Nasional. Di kamarnya terdapat banyak penghargaan dan piala. Sekarang ia duduk di bangku SMP kelas IX. Setelah lulus ia ingin melanjutkan ke SMA yang ada bimbingan tahfidznya. Ia ingin seperti adiknya yang kini sudah memiliki hafalan banyak.
Aisyah, anak ketiganya. Sebelas tahun usianya. Si sholihah yang cita-citanya ingin menjadi hafidzah 30 juz. Kini hafalannya sudah 10 juz. Diantara saudaranya dialah yang paling banyak hafalannya. Sehingga membuat kakak-kakaknya ingin menghafal bersamanya. Ia jago dalam hal menulis. Ia pun pernah menjuarai lomba menulis puisi tingkat provinsi.
Abdullah,
anak terakhirnya. Tujuh tahun usianya.Sekarang duduk di bangku SD kelas satu.
Ia tak kalah dengan kakaknya. Ia telah hafal juz 29 dan 30. Targetnya lulus SD
sudah hafal 30 juz.
Memiliki anak yang sholih-sholihah tentu
menjadi impian tiap keluarga. Semua itu atas karunia-NYA. Pak Khoir dan bu
Khadijah hanya bisa meminta kepada-NYA. Tentunya dengan berdo’a dan berusaha.
Yuuuk nantikan kisah perjuangan mereka
dalam mencetak generasi Rabbani…!!! Cekidot… J
0 komentar:
Post a Comment