"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" QS. Ar-Rahman:55

Tuesday, February 16, 2016

Nath Masih Sahabatku

Nath…Apa kabarmu? Semoga kau baik-baik saja. Kita satu kota tapi kita tak pernah bertemu. Ah, kita memang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Kau sibuk dengan tugas-tugas kuliah sedangkan aku sibuk dengan mencari rezeki. Kita beda kan ya? Iyalah, kau mahasiswa aku pekerja. Meskipun berbeda kita tetap sama. Hahaha.

Nath, tau nggak? (Ya jelas gak tau lah. Aku kan bukan paranormal)

Ah, apa sih? | Pertama kali aku lihat foto BBMmu aku biasa saja kok. Sedikit muncul pertanyaan di benakku.

Apa itu? | Mengapa nath berpakaian seperti itu?

Lalu | Ah, tenang saja. Aku bisa menyikapinya. Dia sedang berdakwah. Itu pikiranku. Positif kan yaa? Hahahaa.

Ah, kau ini terlalu baik jadi sahabatku. | Biasa aja kalee.

Kau masih mau jadi sahabatku? | Ya jelas masih mau lah nath. Bagaimanapun keaadaanmu kau tetap sahabatku. Apa yang kau lakukan itu adalah yang terbaik untukmu. Itu jalanmu. Aku tak bisa menghalangimu.

Apa alasanmu sehingga bisa menyikapi dengan positif terhadap apa yang terjadi padaku saat ini? Padahal mereka (red:yang berjilbab superman) itu banyak yang mencelaku, menyindirku, bahkan menghindariku. Tapi kamu kok malah mendukungku dan tak seperti mereka. Apa gerangan? Padahal setahuku kau sama dengan mereka. | Positif.

Hah, maksudnya apa? | Ketika kita positif (red:berprasangka baik) terhadap orang disekeliling kita, maka nanti semua akan baik-baik saja.

Kok begitu? | Iya nath. Aku tak hanya menilai secara harfiah saja tapi juga maknawiyahnya.  Tau kan apa yang aku maksud? Ah, kau pasti lebih tau dari aku. Kau itu kan super.

Jadi kita harus positif ya terhadap suatu hal? Meskipun itu buruk sekalipun? | Yuups. Karena kita tidak tahu apa rencana Allah dibalik keburukan itu. Allah punya rencana yang jauh lebih indah. Pelajarilah kisah Nabi Khidir .a.s. Dari situlah aku percaya bahwa Allah itu Maha Tahu atas segala sesuatu. Allah lah Yang Maha Berkehendak.

Kau masih mau jadi sahabatku kan ya? Aku sekarang sering nongkrong di warung kopi. Jilbab supermanku juga sudah jarang tak pakai. Sedangkan kau itu masih memakai jilbab superman. Apa kau tidak malu berteman denganku?| Mau lah nath. Mengapa malu? Kita memiliki visi dan misi yang sama. Tetapi cara menyampaikan kita berbeda. Perbedaan itulah yang mampu menjadikan keeratan. Nath, kau memiliki jiwa yang kuat. Pemikiran yang hebat. Kau pasti akan menjadikan teman-teman sekelilingmu bertaubat. Pasti dengan carammu yang melanggar syari’at (Ini hanya untuk melengkapi biar belakangnya –at). Hahaha. Maafkan sahabatmu yang konyol ini. Aku mendukungmu. Disini aku hanya mampu mendo’akanmu. Karena aku tak mampu mengulurkan tanganku. Semoga misi dakwahmu berhasil selalu. Nath, kau sahabatku.

*Teruntuk sahabatku, Nath
Read More

Aku Nggak Bisa

Aku Nggak Bisa

“Mbak, bagaimana aku bisa jadi juara?
Selama ini aku tak pernah dapat juara loh.
Nilaiku tak pernah seratus.” Tanyanya polos.

Lana. Seorang siswa kelas 3 SD. Ayahnya telah meninggal setahun lalu karena kecelakaan kerja. Ibunya berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang bekerja serabutan. Semua pekerjaan ia kerjakan selama itu halal dan mampu ia kerjakan. Ialah yang menjadi tulang punggung keluarga.

Lana tak memiliki saudara. Ia anak semata wayan bu Siam. Ialah yang menemani perjalanan hidup bu Siam hingga saat ini. Pahit manis perjalanan hidup pernah mereka alami sekaligus.

Lana. Ia anak yang sering berontak dan manja. Semua itu lantaran lingkungan yang mempengaruhinya. Bagimana tidak? Teman-teman sekolahnya memiliki banyak permainan dan mereka setiap hari diantar oleh kedua orang tuanya. Minta ini itu pasti keturutan. Berbalik dengan Lana. Untuk makan pun ia hanya makan seadanya. Terkadang ia makan nasi dan kecap saja karena tak ada uang untuk membeli lauk yang enak. Sesekali ia memiliki uang lebih, ia gunakan untuk biaya sekolah.

Lana sering dimarahi ibunya karena jarang sekali belajar. Sulit diajak untuk belajar di rumah. Ibunya mencari segala solusi agar ia mau belajar tapi belum menemukan. Saat sudah menemukan tetap saja belum berhasil.

Datanglah seoraanng wanita muda, Lia namanya. Ia adalah teman kerjanya bu Siam. Kata bu Siam, beberapa waktu lalu ia datang ke rumahnya, anaknya suka sekali jika ada dia di rumahnya. Untuk itu bu Siam meminta bantuan Lia untuk membantu belajar Lana.

Beberapa hari kemudian Lia datang ke rumah bu Siam. Lana tersenyum melihatnya. Ia menginginkan Lia tidur di rumahnya. Kemudian Lia menawarkan berbagai alternatif untuk belajar. Lana menolak dan mengaajukan berbagai pertanyaan.

“Ah, gak ah mbak, aku mau belajar sendiri saja,” cetus Lana.

“Beneran mau belajar sendiri? Nanti kalau ada PR tak bantuin biar dapat nilai 100 loh. Masak gak mau dapat nilai 100?” Jawab Lia dengan nada menggoda.
 
“Masak bisa dapat 100 mbk?”

“Bisa lah. Itu pasti. Apa sih yang gak mungkin di dunia ini?”

“Mbak, bagaimana aku bisa jadi juara? Selama ini aku tak pernah dapat juara loh. Nilaiku tak pernah seratus.” Tanyanya polos.

“Ah, Lana pasti bisa kok. Yakin. Dulu saja mbak Lia juga gak pernah dapat juara. Tapi mbk Lia berusaha belajar semaksimal mungkin dan akhirnya waktu sekolah apat juara terus. Mbk Lia aja bisa masak Lana gak bisa. Hayooo. Lana pasti bisa kok,” Sambil menepuk pundaknya Lana.

“Ah, gak mau mbk. Aku bodoh. Aku gak bisa,” Menggelengkan kepala.

“Lana. Kamu kan anak yang baik, pintar dan sholih. Lihat tuh ibumu. Beliau bekerja untuk mencari rezeki untuk menyekolahkanmu, Lana. Kalau Lana jadi anak yang pinter dan dapat juara. Hhhmmm ibumu pasti sangat bahagia. Ayahmu disana juga pasti tersenyum melihat anaknya pintar.”

“Iya ya mba. Tapi.”

“Tuh, dengarkan dulu penjelasan mbk Lia, nak,” sahut ibu.

“Tapi apalagi Lana. Tak kasih tau nih. Adikku itu awal mulanya juga sepertimu kok. Ia malas belajar tapi akhirnya ia tak ajak belaajar tiap hari. Dan akhirnya dia nilainya meningkat terus kok. Semua itu berawal dari sedikit sayang. Nanti lama-lama akan menjadi bukit. Mau kan ya belaajar sama mbk Lia. Semua kesulitanmu nanti pasti mbk bantu. Bagaimana?”

“Hhhmmm, ya sudah mbk. Aku mau deh. Aku ingin membuat ibu dan ayahku tersenyum padaku.”

Setelah sekian lama Lia membujuk Lana akhirnya ia pun mau belajar dengannya. Anak itu memang tak bbisa dikerasi. Ia butuh kelembutan. Taka da yang tak mungkin jika kita mau berusaha. Ikhtiar, do’a, dan tawakal. Itu kuncinya.
Read More

Tuesday, February 9, 2016

Kamu Aliran Islam Apa?

Kamu Aliran Islam Apa?
 
“Mbak, kamu aliran apa?”

“Wah, jilbabnya kok panjang banget, salafi ya?”

“Wiiihh, jilbabnya double 3 ya? Aku besok double 5 ah.”

“Mbak, aku gak ingin kayak kamu. Islammu kenemenen.”

“Mbak, temanmu kok pakai cadar. Kayak ninja aja.”

Bertubi-tubi pertanyaan yang mereka ajukan. Aku tanggapi dengan senyuman. Hanya ada satu jawaban. Agamaku ISLAM dan tidak ikut aliran-aliran.

 Jilbab panjang dikira salafi | Terus yang gak pakai jilbab aliran apa ya?

Jilbab double 3 disindir | Terus jilbab yang terawang itu mengapa tak kau ppertanyakaan, kelihatan tuh lehernya

Mereka bilang islaam kenemenen itu gak boleh | Memangnya Islam yang gak kenemenen itu yang bagaimana ya? Memangnya ada?

Pakai cadar dibilang kayak ninja | Lalu, yang gak menutup aurat itu apa donk namanya?

Wahai ukhty, jangan pernah menyerah di jalan dakwah. Tetaplah semangat Lillah. In Syaa Allah hadiahnya Jannah. Jika kau disindir ini itu, jangan marah. Do’akan ia semoga segera dapat hidayah.

Bersihkan jiwa. Lapangkan dada. Tebarkan kebaikan.
Read More

Monday, February 8, 2016

Gadget Membuatku Greget

Gadget Membuatku Greget

Gadget itu terkadang membuat kita lupa. Lupa siapa yang sedang dihadapan kita. Kita diajak berbicara kawan kita, tapi kita malah asyik sibuk dengan gadget. Bagimanakah perasaan kita jika kita dicuekkan demi gadget? Sakit bukan? Aku sering merasakannya. Aku juga pernah melakukannya. Tidak nyaman diperlakukan seperti itu.

Naik motor, main gadget. Jalan, main gadget. Pelajaran, main gadget. Bagaimana aku tidak greget? Ingin aku ambil saja itu gadget. Membuat lupa akan segalanya. Seakan-akan tak ada waktu untuk tak pegang gadget.

Adzan berkumandang bukannya segera mengaambil air wudhu malah main gadget juga. Sebentar lagi, nanti, ini aku masih balas temanku, ini aku masih ada urusan dengan kantorku. Ah, beribu alasan yang mereka lontarkan demi gadget yang mereka pegang. Ingin kubanting saja itu gadget.

Bolehlah kita menggunakan  gadget, tapi ya harus pada tampatnya. Waktu sholat ya tinggalkan semua urusan dunia. Hanya gara-gara gadget saja sholat pun jadi seperti karet. Molor-molor gitu. Aaarrrggghhh. Gadget oh gadget, kau membuatku greget.

Mau ngerjakan tugas sekolah/kuliah pun lagi-lagi pegang gadget. Lupa deh sama tugasnya. Sudah larut malam masih saja bermain gadget. Ia pun ketiduran. Besok pagi bangun langsung kelabakan. Tugas yang hrus dikumpulkan masih belum ia kerjakan. Fatal sekali bukan?

Itu beberapa hal yang mebuatku greget dengan gadget.                


#OneDayOnePost
#FebruariMembara_Day6
Read More

Thursday, February 4, 2016

Menulis

Menulis

Dulu hanya sebuah khayalan untuk jadi seorang penulis. Bagaimana tidak? Aku saja tak pernah membacaa, apalagi menulis. Itu hanya fiktif belaka. Angan-angan semata. Bercita-cita menjadi penulis tapi tak pernah menulis. Jangan ngarep euy.

Sekarang aku memiliki tekad untuk jadi penulis. Semoga semangat di awal ini bisa terus tumbuh mengakar sampai akhir hayat. Aku hanya mampu berusaha, berdo’a dan yakin bahwa Allah itu Maha Kuasa. Menulis. Menulis. Menulis.

Menulis. Sebuah kegiatan yang saat ini sedang aku tekuni. Walaupun masih otodidak. Masih belum mengenal cara menulis yang baik dan benar. Awal menulis itu masih merasa ada rasa malas. Namun, rasa itu harus segera ditebas. Memaksakan untuk menulis. Mood tidak mood harus tetap nulis. Jika sudah biasa menulis nantinya akan menjadi terbiasa. Jika sudah terbiasa akan menjadi kebiasaan. Iya kan?

Saat ini aku benar-benar belajar dari nol. Sama sekali belum mampu mengolah kata-kata yang mantab dibaca. Tulisanku hanya perkataan hatiku tanpa aku mengubahnya sedikitpun. Aku memang harus banyak-banyak belajar menulis. Yang nantinya pasti akan ada perubahan tulisan jika menulis sudah menjadi kebiasaan.

“Menulislah, apapun, jangan pernah takut tulisanmu tidak dibaca orang, yang penting tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna,” Pramoedya Ananta Toer.

“Hari ini adalah masa lalu masa datang, tulislah hari ini untuk masa depan,” Ncuhy Dongo.

“Tulis sekarang atau Anda melupakan selamanya,” Sangaji Mbojo.

“Karena kau menulis, suaramu tak akan padam ditelan angin, akan abadi sampai jauh, jauh dikemudian hari,” Pramoedya Ananta Toer.

“Menulislah untuk keabadian,” Bang Syaiha.

Itu beberapa motivasi yang menguatkanku untuk menulis. Apapun itu akan aku tuliskan. Karena aku yakin suatu saat pasti akan bermanfaat. Allah Maha Tahu atas segala sesuatu. DIA lah yang tahu isi hatiku. 

#SemangatMembara
#FebruariMembara_Day5
#OneDayOnePost
Read More

Wednesday, February 3, 2016

Menggenggam Matahari

Menggenggam Matahari


Menggenggam matahari. Sebuah inspirasi untuk menggapai mimpi. “Beranilah bermimpi besar karena matahari yang besar dan panas itu mampu kugenggam dengan tanganku,” kata Danang A.Prabowo. Istilah itu kudapatkan dari video yang pernah diberikan padaku dari Forsmawi (Forum Silaturrahmi Mahasiswa Ngawi). Dari situlah aku berani bermimpi.

Dan aku semakin yakin dengan kekuasaan Allah. Hingga membuatku semangat Lillah. Walaupun sesungguhnya kakiku telah lelah. Semua kutepiskan dengan mengingat perjuangan Rasulullah. Beliau yang tak pernah lelah untuk berdakwah.

Waktu itu aku tidak diterima di sekolah Negeri. Awalnya memang sedikit sakit hati. Namun ku ingat ini adalah jalan terbaik dari Sang Illahi. Aku harus sadar diri. Aku yakin bahwa Allah akan memudahkan langkaah kaki ini. Aku pun sekolah di PGRI.

Walaupun sekolah di PGRI, setelah lulus sekolah pun aku ingin melanjutkan kuliah ke Perguruan Tinggi Negeri. Sulit memang untuk bersaing dengan anak-anak yang sekolah di Negeri. Namun, aku tetap memberanikan diri.

Ujian masuk PTN aku ikuti. Namun tak ada satu pun yang kudapati. Aku harus bagaimana lagi? Aku tak perlu pusing-pusing memikirkan ini. Aku minta saja pada Sang Illahi. Semoga DIA tunjukkan jalan untuk diri ini.

Disela-sela penantian itu aku sempatkan untuk mecari info-info kuliah di swasta. Tak ada satu pun yang aku suka. Aku minta teman-temanku di Surabaya untuk mencarikan kerjaan. Alhamdulillaah ada satu tempat yang sedang membutuhkan karyawan. Besoknya ada surat undangan dari ITS, menyatakan baahwa aku diterima kuliah disana.

Subhanallah. Alhamdulillah. Dua nikmat sekaligus Allah berikan padaku. Mimpi-mimpi itu tak pernah luput dari pelupuk mataku. Semenjak itu aku bisa belajar bagaimana menghargai waktu. Belajar untuk berprasangka baik pada siapapun.

Yuuuk berprasangka baik pada siapapun :)
Read More

Tuesday, February 2, 2016

Musibah adalah Nikmat

Musibah adalah Nikmat


Loh kok bisa? Iya bisa. Apa buktinya? Yuuukkk simak!!!

Pagi itu Diva berangkat kerja lebih awal dari biasanya. Ia mengendarai sepeda motor milik kakaknya. Di tikungan jalan tiba-tiba ia merasakan ada sesuatu yang aneh pada motornya. Ia merasa berat saat mengendarai. Ia menengok belakang ternyata ban motornya kempes. Ia pun turun dari sepeda.

Astagfirullah, bagaimana ya?” Sambil mengingat-ingat tempat tambal ban terdekat.

Wajah yang sempat muram itu tiba-tiba berubah menjadi ceria. Diva telah menanyakan pada kerumunan bapak-bapak, katanya ada tempat tambal ban terdekat. Alhamdulillah 200 meter lagi. Gumannya dalam hati.

Berjalan dan terus berjalan. Ia telah sampai di depan tempat itu. Ia temui ibu-ibu yang sedang menyapu. Ibu menanyakan maksud kedatangannya karena hari itu masih pagi dan belum buka. Lalu ibu itu menanyakan pada suaminya terlebih dahulu.

Lima menit kemudian ibu menghampiri Diva. Ternyata bapaknya tidak bisa. Diva pun tak putus asa. Ia mengingat bahwa masih ada satu tempat tambal ban yang bisa ia coba.

300 meter lagi. Ketika ia baru berjalan 100 meter tiba-tiba ada Icha yang ia kenal di tempat kerjanya menghapirinya. Lalu ia bawakan barang-barang milik Diva agar tak keberatan kata Icha. Alhamdulillah Diva bisa sedikit terkurangi beban di motornya. Berjalan 50 meter lagi ia dihampiri pak Muh rekan kerjanya. Ia bawakan motornya sampai ke tukang tambal ban. Diva disuruh menaiki motor pak Muh.

100 meter lagi sudah sampai tempat itu. Alhaamdulillah bapak tukang tambal mau melayaninya walupun waktu masih sangat pagi sekali. Diva pun bisa beristirahat sejenak setelah kelelahaan membawa motornya. Ia menghela nafas sejenak.

Ia tersentak kaget. 15 menit lagi bel masuk kerja akan berbunyi. Ia segera bergegas melakukan tindakan. Ia kirim pesan kepada managernya bahwa ia terlambat kerja karena ban motornya bocor. Alhamdulillah managernya mengijinkannya. Diva pun merasa tenang.
 
Kebocoran ban motornya itu bukan hanyaa sekedar bocor. Ternyata ban motornya tertancap paku. Sehingga harus diganti ban dalamnya karena sudah tak bisa ditambal lagi. Diva pun menghubungi kakaknya dan ia pun mengiyakan untuk mengganti ban dalam.

“Mbak, ini bautnya tidak asli dan harus digaanti. Ini sudah tak berfungsi. Bisa membahayakan nyawa mbk kalau tidak diganti. Bagaimana mbk?”

“Oh iya kah pak? Ya sudah pak sekalian diganti saja”.

Alhamdulillah. Diva merasa lega bapaknya mempehatikannya. Ia tak ingin pemilik sepeda celaka. Setelah selesai di tambal Diva pun bergegas berangkat menuju tempat kerja. Ia merasa ada yang aneh dengan motornya. Tapi ia abaikan saja. Ia telat setengah jam. Ia pun minta maaf pada rekan kerjanya.
Beberapa menit kemudian setelah Diva sampai tempat kerja tiba-tiba ia didatangi bapak tukang tambal ban.

“Mbak, motormu mana?” tanyanya.

“Disana pak. Memangnya ada apa pak dengan motor saya? Loh bapak kan yan menambal motor saya tadi? Kok tau kalau saya ada disini,” Jawabku sambil menunjukkaan tempat parkir motor.

“Iya mbk. Saya pernah melihat seragam yang mbk pakai. Lalu saya ingat-ingat seragam itu adalah seragam karyawan sini. Maaf mbak tadi ada baut yang belum kencang masangnya. Itu kalau tidak dikencangkan bisa meghilangkan nyawa mbak,” sahutnya denga tegas.

“Oh iya kah pak. Terima kasih banyak ya pak sudah menolong saya.”

“Sama-sama mbak, ini sudah kewajiban saya mbak.”

Alhamdulillah nyawa Diva terselamatkan.
--------------------------------------------------------
Ban bocor. Salah satu nikmat yang Allah berikan padanya. Ia bisa merasakan bahwa Allah memudahkan urusannya. Allah pertemukan dengan teman-teman sekelilingnya untuk membantunya.
Jika ban tidak bocor, keungkinan yang terjadi adalah jatuh dari motor. Bagaimana tidak, kan ada baut yang sudah tak berfungsi pada remnya. Lebih banyak menghabiskan biaya bukan?

Syukurilah. Bersabarlah. Mintalah pada Yang Kuasa. Dialah yang mengatur kehidupan dunia. Dibalik musibah itu ternyata tersimpan nikmat yang luar biasa. Marilah kita senantiasa berprasangka baik pada siapapun terutama kepada-NYA.
Read More

Modem

Modem
“Maka nikmat Tuhanmu yang mankah yang kamu dustakan?”
 QS.Ar-Rahman:55

Sepulang kerja aku menyibukkan diri mencari recehan uang di kamar. Mataku kubuka selebar layar. Kesana kemari belum kutemukan sekeping pun yang terlantar. Lantas uang dari mana aku mampu membayar? Jantung pun semakin berdebar. Ah, bagaimanapun aku harus mencari dan membayar. Kuperbanyak membaca Istigfar.

Aku mencari dalam saku jaket, dompet, dan tas. Berkali-kali aku membukanya. Namun belum kutemukan tanda-tanda kehidupan (red:keberadaan uang). Sebenarnya masih ada waktu esok, tetapi aku bersikeras untuk menebusnya sekarang.

“Di tas gak ada. Di jaket gak ada. Alhamdulillah di dompet masih ada, tetapi tetap saja masih kurang. Aku harus mencarinya dengan kesabaran. Jangan sampai aku mencarinya dengan emosi yang meledak-ledak,” Gumanku dalam qalbu.

Modem oh modem. Uangku masih kurang untuk menebusmu. Aku baru membayarnya separuh. Ya Allah bukakanlah pintu rezekimu untukku. Gumanku dalam qalbu.

Seketika itu Allah jawab do’aku. Allah pertemukan aku dengan uang yang terselip dalam sakuku. Sebenarnya aku sudah membuka saku jaketku. Mungkin aku tadi mencarinya dengan emosi jadi tak ketemu.

Modem sudah jadi milikku. Hal yang pertama kali kubuka saat koneksi internet tersambung adalah membuka blogku. Ah, rasanya senang sekali sekarang sudah tak merasa dikejar-kejar waktu. Biasanya pulang kerja nulis sampai malam hingga terkantuk-kantuk. Paginya melanjutkan atau membaca ulang sampai berangkat kerja. Sampai tempat kerja lari-lari ke kantor cari koneksi internet dan pinjam PC untuk ngepost. Terkadang kalau koneksinya ada gangguan, terpaksa pulang kerja mampir dulu di warnet terdekat hanya untuk posting saja. Sekarang, Alhamdulillah Allah berikan kemudahan. Allah memberikanku hadiah spesial yang sudah lama aku idam-idamkan. Memiliki modem sendiri tanpa harus merepotkan.

Setelah membeli modem kulihat kantongku. Kosong. Hanya ada uang 2000 saja. Aku hanya pasrah. Yakin bahwa Allah pasti akan membukakan pintu rezeki untuk esok hari. Bismillah. Allah Maha Kaya. Aku tak akan pernah takut kekurangan harta. Hanya dengan sholawat dan mengingat-NYA lah aku menjadi tenang.

Jawaban atas keyakinanku itu benar adanya. Pagi-pagi di tempat kerja ada yang beli pulsa. Alhamdulillah. Siangnya dapat tambahan dari jual kardus. Sungguh nikmat Allah itu tak pernah berhenti mengalir sedetik pun.
Read More

Monday, February 1, 2016

Keluarga Khoir part 2

Ibu Pilih Mana?
“Ibu menginginkan hafalanku bertambah hingga 30 juz atau ingin menghilangkannya? Kalau mama ingin hafalanku bertambah dan bisa sekolah, Aisy  ingin melanjutkan ke SMPIT Al Uswah saja. Aisy tidak mau ke SMP negeri atau swasta lainnya…”


Saat ini Aisyah duduk di kelas VI SD. Bapak dan ibunya menyodorkan beberapa daftar sekolah untuk Aisyah. Dari daftar sekolah yang ditunjukkan Aisyah itu tak ada satu pun yang ia minati. 

“Lalu, kemana nak pilihanmu? Tunjukkan pada ibu dan bapakmu,” Jelas ibu.
“Ibu menginginkan hafalanku bertambah hingga 30 juz atau ingin menghilangkannya? Kalau ibu ingin hafalanku bertambah dan bisa sekolah, Aisy  ingin melanjutkan ke SMPIT Al Uswah saja. Aisy tidak mau ke SMP negeri atau swasta lainnya. Itu pilihan Aisy bu. Aisy direkomendasikan guru BK untuk ke Negeri tapi aku tetap pilih Al Uswah bu.”

Seketika itu bu Khadijah memeluk Aisyah erat-erat. Ia pun tak mampu membendung air mata. Ia menangis bahagia melihat anaknya begitu antusias dengan pilihannya.

“Kamu memang sudah bisa memilih, nak. Ibu sangat bangga denganmu. Apapun yang Aisy minta pasti ibu beri, nak. Sekolah dimanapun akan ibu biayai. Semangat yaa nak. Semoga Allah meridhoi dan mengabulkan apa yang nak Aisy inginkan,” Kata bu Khadijah (memandang Khadijah dan berkali-kali air matanya jatuh).

“Ibu, Aisy juga terima kasih pada ibu. Karena ibu sudah memilihkan tempat menimba ilmu yang sangat tepat untuk Aisy. Disamping  mendapat ilmu dunia, Aisy juga dapat ilmu untuk bekal di akhirat. Aisy ingin memakaikan mahkota untuk ibu dan bapak di syurga kelak. Aisy ingin jadi Hafidzah,” Sahut Aisy sambil tersenyum.

“Nak…” (memeluk Aisy).

Aisyah memang salah satu anak bu Khadijah yang memiliki hafalan terbanyak. Hal itulah yang membuat Ahmad dan Fatimah ingin mengghafal dengannya karena di sekolah mereka tak ada program hafalan. Setiap selesai sholat shubuh mereka menghafal dan memuroja’ah ketika selesai sholat magrib. Aisyahlah yang menjadi penyimaknya. Abdullah pun tak kalah, ia juga semangat menghafal. Tentram hati bu Khadijah dan pak Khoir mendengar mereka melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
---------------------------------------------------------------------
Semoga secuil kisah di atas bisa menjadi motivasi untuk kita semua terutama orang tua :)
Read More

© Seberkas Cahaya, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena