Awalnya aku kaget ketika aku
ditawari untuk mengajar ngaji. Bagaimana tidak? Ilmuku belum seberapa. Hafalan
juga belum banyak (Hiiikkksss. Bisa
berape nih gue). Ini malah disuruh ngajar. Setelah mempertimbangkan
semuaanya akhirnya aku memutuskan untuk menyanggupi permintaan itu.
Read More
Hari ini adalah hari pertamaku
bertemu dengan anak-anak dhuafa dan yatim untuk belajar mengaji bersama.
Bagaimana ya rasanya? Belum pernah aku merasakan sebelumnya. Dulu terakhir jadi
guru ngaji itu waktu SMK kelas XI. Nah, ini dapat amanah baru di tempat asing
yang tak semua orang ku kenal. Bismillah.
Semua rasa jadi satu ketika aku sudah
sampai di salah satu rumah yang akan digunakan untuk mengaji, tepatnya di rumah
bu Rum. Berkali-kali aku mengucapkan istigfar agar Allah memudahkaan jalanku
ini.
“Mbak, ini anak-anak sudah datang
semua,” ucap bu Rum.
“Oh iya bu,” sahutku sambil
membenahkan jilbabku yang melipat ke belakang. “Sini dek, ayo duduk yang rapi
ya,” lanjutku.
“Iyaaa mbaaak,” ucap mereka
serentak.
Aku bingung akan kumulai darimana
percakapanku dengan mereka. Aku juga bingung apa yang harus aku sampaikan
kepada mereka. Aku benar-benar sama sekali tak mengenal mereka satupun.
Akhirnya dibuka dengan perkenalan terlebih dahulu. Dan pembukaan disampaikan
kepada bu Rum karena aku tak sanggup memulai. Kedatangan mereka untuk belajar
itu membuatku terharu.
Satu per satu anak memperkenalkan
diri. Ada Rian, Yuana dan Huda. Sebenarnya aku diamanahi mengajar lima anak.
Mungkin malam ini yang dua anak berhalangan hadir. Pembelajaran tetap jalan
walaupun belum lengkap.
“Adik-adik semua, disini kita
sama-sama belajar. Walaupun mbak sudah bekerja, mbak masih tetap belajar juga loh. Yuukk kita belajar!”, ucapku dengan
mengepalkan tangan.
“Iyaaa mbaaak,” sahut mereka
serentak.
Dengan terbata-bata aku menyampaikan
bagaimana belajar membaca Al-Qur’an. Tidak tahu mereka paham atau tidak yang
terpenting aku sudah berusaha untuk menjelaskan. Semoga mereka paham apa yang
aku sampaikan. Karena tak semua orang bisa menangkap pembicaraanku karena
bicaraku bindeng (sudah sejak kecil).
Alhamdulillah bu Rum paham dengan
apa yang aku katakan dan beliau sampaikan kepada anak-anak. Beliau jadi
perantaraku saat anak-anak belum paham dengan pembicaraanku.
Baru pertama ngajar di tempat
asing itu langsung bisa menebak bagaimana karakter tiap anak. Subhanallah.
Dihadapkan anak-anak dengan berbagai macam karakter itu memang sesuatu sekali
rasanya. Disinilah kesabaranku akan diuji. Bagaimana aku menyikapi tiap anak
itu. Jadi aku harus benar-benar ekstra sabar. Apalagi mereka yang masih suka
usil saat diajar.
Awalnya memang agak susah
mengatur mereka agar mereka itu mau mendengarkan apa yang aku sampaikan.
Akhirnya aku semangati mereka agar tak usil saat aku terangkan. Bahagia sekali
ketika mereka mendengarkan. Oh, inikah rasanya jadi guru. Cita-cita masa
kecilku. Kini aku berjumpa lagi dengamu. Kenapa gak dari dulu? (Gubrak)
Detik demi detik telah kulalui.
Tak terasa adzan sudah berkumandang. Waktunya melaksanakan sholat Isya’. Aku
mengakhiri pertemuan itu dengan meminta maaf kepada mereka atas keterbatasan
yang aku miliki. Alhamdulillah mereka menerimaku dengan senyum keindahan.
“Adik-adik tercinta, maafkan mbak
ya kalau menyampaikannya kurang jelas. Memang pembicaraan mbak begini apa
adanya. Mbak dulu pernah operasi karena cacat sejak lahir,” ucapku dengan
jantung berdebar.
“Loh mbak, sakit apa?”, tanya Yuana.
“Mbak dulu bibir sumbing dik. Ini
sampai dalam (menunjuk rahang atas). Mangkanya mbak bicaranya bindeng gini. Dulu
mbak ini (memegang bibir atas) tidak seperti kalian. Kalian harus lebih banyak
bersyukur ya dik,” sahutku sambil menepuk pundak mereka bertiga.
“Kalian harus lebih semangat ya.
Mbak yang seperti ini saja bisa semangat, masak kalian nggak bisa? Ayooo semangaaattt yaaa belajarnya. Tingkatkan terus
ibadahnya. Baca Al-Qur’annya juga harus dipertahankan. Hafalannya jangan lupa
ditambah tiap hari,” lanjutku.
***
Pengalaman ini tak kan pernah
terlupakan. Bertemu dengan orang asing di tempat asing pula, itu sesuatu
sekali. Aku sama sekali tak pernah berfikir akan bertemu dengan cita-cita masa
kecilku yang dulu pernah terwujud. Allah itu memang selalu memberikan kado
terindah untuk hamba-NYA. Tak pernah sedikitpun mengecewakan. Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.
#OnedayOnePost
#MenulisSetiapHari