"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" QS. Ar-Rahman:55

Tuesday, March 15, 2016

Aku dan Mereka

Awalnya aku kaget ketika aku ditawari untuk mengajar ngaji. Bagaimana tidak? Ilmuku belum seberapa. Hafalan juga belum banyak (Hiiikkksss. Bisa berape nih gue). Ini malah disuruh ngajar. Setelah mempertimbangkan semuaanya akhirnya aku memutuskan untuk menyanggupi permintaan itu.

Hari ini adalah hari pertamaku bertemu dengan anak-anak dhuafa dan yatim untuk belajar mengaji bersama. Bagaimana ya rasanya? Belum pernah aku merasakan sebelumnya. Dulu terakhir jadi guru ngaji itu waktu SMK kelas XI. Nah, ini dapat amanah baru di tempat asing yang tak semua orang ku kenal. Bismillah.

Semua rasa jadi satu ketika aku sudah sampai di salah satu rumah yang akan digunakan untuk mengaji, tepatnya di rumah bu Rum. Berkali-kali aku mengucapkan istigfar agar Allah memudahkaan jalanku ini.

“Mbak, ini anak-anak sudah datang semua,” ucap bu Rum.

“Oh iya bu,” sahutku sambil membenahkan jilbabku yang melipat ke belakang. “Sini dek, ayo duduk yang rapi ya,” lanjutku.

“Iyaaa mbaaak,” ucap mereka serentak.

Aku bingung akan kumulai darimana percakapanku dengan mereka. Aku juga bingung apa yang harus aku sampaikan kepada mereka. Aku benar-benar sama sekali tak mengenal mereka satupun. Akhirnya dibuka dengan perkenalan terlebih dahulu. Dan pembukaan disampaikan kepada bu Rum karena aku tak sanggup memulai. Kedatangan mereka untuk belajar itu membuatku terharu.

Satu per satu anak memperkenalkan diri. Ada Rian, Yuana dan Huda. Sebenarnya aku diamanahi mengajar lima anak. Mungkin malam ini yang dua anak berhalangan hadir. Pembelajaran tetap jalan walaupun belum lengkap.

“Adik-adik semua, disini kita sama-sama belajar. Walaupun mbak sudah bekerja, mbak masih tetap belajar juga loh. Yuukk kita belajar!”, ucapku dengan mengepalkan tangan.

“Iyaaa mbaaak,” sahut mereka serentak.

Dengan terbata-bata aku menyampaikan bagaimana belajar membaca Al-Qur’an. Tidak tahu mereka paham atau tidak yang terpenting aku sudah berusaha untuk menjelaskan. Semoga mereka paham apa yang aku sampaikan. Karena tak semua orang bisa menangkap pembicaraanku karena bicaraku bindeng (sudah sejak kecil).

Alhamdulillah bu Rum paham dengan apa yang aku katakan dan beliau sampaikan kepada anak-anak. Beliau jadi perantaraku saat anak-anak belum paham dengan pembicaraanku.

Baru pertama ngajar di tempat asing itu langsung bisa menebak bagaimana karakter tiap anak. Subhanallah. Dihadapkan anak-anak dengan berbagai macam karakter itu memang sesuatu sekali rasanya. Disinilah kesabaranku akan diuji. Bagaimana aku menyikapi tiap anak itu. Jadi aku harus benar-benar ekstra sabar. Apalagi mereka yang masih suka usil saat diajar.

Awalnya memang agak susah mengatur mereka agar mereka itu mau mendengarkan apa yang aku sampaikan. Akhirnya aku semangati mereka agar tak usil saat aku terangkan. Bahagia sekali ketika mereka mendengarkan. Oh, inikah rasanya jadi guru. Cita-cita masa kecilku. Kini aku berjumpa lagi dengamu. Kenapa gak dari dulu? (Gubrak)

Detik demi detik telah kulalui. Tak terasa adzan sudah berkumandang. Waktunya melaksanakan sholat Isya’. Aku mengakhiri pertemuan itu dengan meminta maaf kepada mereka atas keterbatasan yang aku miliki. Alhamdulillah mereka menerimaku dengan senyum keindahan.

“Adik-adik tercinta, maafkan mbak ya kalau menyampaikannya kurang jelas. Memang pembicaraan mbak begini apa adanya. Mbak dulu pernah operasi karena cacat sejak lahir,” ucapku dengan jantung berdebar.

“Loh mbak, sakit apa?”, tanya Yuana.

“Mbak dulu bibir sumbing dik. Ini sampai dalam (menunjuk rahang atas). Mangkanya mbak bicaranya bindeng gini. Dulu mbak ini (memegang bibir atas) tidak seperti kalian. Kalian harus lebih banyak bersyukur ya dik,” sahutku sambil menepuk pundak mereka bertiga.  

“Kalian harus lebih semangat ya. Mbak yang seperti ini saja bisa semangat, masak kalian nggak bisa? Ayooo semangaaattt yaaa belajarnya. Tingkatkan terus ibadahnya. Baca Al-Qur’annya juga harus dipertahankan. Hafalannya jangan lupa ditambah tiap hari,” lanjutku.

***
Pengalaman ini tak kan pernah terlupakan. Bertemu dengan orang asing di tempat asing pula, itu sesuatu sekali. Aku sama sekali tak pernah berfikir akan bertemu dengan cita-cita masa kecilku yang dulu pernah terwujud. Allah itu memang selalu memberikan kado terindah untuk hamba-NYA. Tak pernah sedikitpun mengecewakan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.


#OnedayOnePost
#MenulisSetiapHari
Read More

© Seberkas Cahaya, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena