Hariku Seperti Drama
yang Tak Berkesudahan
Ini tak sekedar
drama korea yang digemari anak-anak jaman now.
Ini adalah sebuah drama yang mungkin tak kan terulangg kedua kalinya. Ia yang
kan menjadi sebuah cerita hari ini, kenangan hari esok, dan sejarah di masa
mendatang.
Ah, jangan terlalu mendramatisir. Lhha ini
hanya kisah drama kemarin sore aja kok.
Jadi, kemarin
itu aku ikut kelas menulis FLP di Ngagel, Surabaya. Percaya nggak kalau aku ikut FLP? Eh masih Pramuda FLP ding. Jangan
percaya ya, ini hanya candaan. Nah, di perjalanan banyak banget yang nawari
untuk ikut ini itu? Banyak yang ngajakin aku kesana kemari. Dan taka da satupun
kegiatan yang tak ikuti. Ah, sok sibuk
banget ya. Padahal hanya balas chat aja.
Lalu, sepulang
dari menuntut ilmu itu pada akhirnya aku
diajak mbak Vika ke DTC. Nggak usah tak
kenalin siapa mbak Vika ya, paling kamu juga nggak bakal kenal. DTC itu
adalah Darmo Trade Center, pasar Wonokromo aku menyebutnya.
Disana aku
diajak belanja, tapi faktanya aku disana numpang makan. Lha gimana? Mbak Vika
belanja ini itu, aku duduk-duduk aja sembari menunggu. Eh ada yang jualan
makanan, akhirnya aku tinggal makan deh. Ah,
teman macam apa ini? Udah tinggalin aja.
Drama belum
selesai. Setelah muter-muter DTC kita berduaa langsung pulang. Apa nggak pusing ya muter-muter? Ah,
abaikan. Nggak lucu ya.
Sampai di kos,
buka pintu kamar. Eh ada setan.
Bukan. HPku bordering, ada seseorang yang menelponku. Siapa dia? Mbak syantiik.
Ngomongnya biasa aja kali.
Berkali-kali di
telpon nggak ku angkat. Eh, tau-tau di chat
dan diajak ke dolly. Ngapain ke
Dolly? Eh, jangan prasangka buruk ya. Sssttt.
Tanpa pikir
panjang aku mengiyakan ajakn itu. Padahal baru saja masuk kamar loh.
Alhamdulillah ini nikmat. Seribu jurus menyelesaikan tugas kos dikeluarkan.
Selesai dan aku langsung berangkat ke Dolly dengan mbak Dewi.
Alhamdulillah
motoran lagi. Suka banget kalau diajak motoran kemana-mana gitu. Sembari
menghafalkan jalan di Surabaya. Penting
aku nggak sampai menggambar jalannya ya. Ah jangan sampai deh.
Apa yang
terjadi? Sampai di Dolly zonk alias
oang yang dicari telah pergi. Janjiannya siang, eh didatangi malah melayag. Sabar ya mbak Dew, ini ujian kesabaran.
Pada akhirnya
kami berdua mencari masjid, menenangkan diri sejenak dari kepenatan yang telah
terjadi. Agar amarah tak meledak-ledak seperti bom. Nanti bahaya bisa rusak semua.
Nah, nyari
masjid dan ketemu. Sampai disana masih aja bimbang bagaimana kelanjutannya. Aku
diajak diskusi cuma melongo aja. Nggak tau gimana mau ngasih solusi apa. Aku
pun Cuma bisa berdo’a. Semangat mbak Dew.
Adzan Ashar
berkumandang. Kami berdua melaksanakan sholat lalu pulang. Tanpa membawa
apa-apa, hanya ditemani sepeda motor Vario saja. Eh, sama benda mati lainnya ya. Tuuh kan mulai nggak jelas. Udah ya,
jangan diterusin bacanya, nanti kamu ikutan nggak jelas.
Tak cukup sampai
disini aja. Drama belum usai.
Di kos,
teman-temanku ada yang ngajakin masak nasi goreng, ada yang ngajakin bantu
masakin serundeng. Kamu ngajakin aku apa?
Lalu, tanpa pikir panjang, aku mengiyakan karena kondisi perut sedang
kelaparan.
Eh, ada temanku
lagi satunya minta tolong dianterin beli kebel data. Dan aku baru ingat ada
tanggungan belanja. Ya pada akhirnya setelah sholat Magrib langsung pergi
belanja dan beli kabel data.
Sepulang belanja
aku memenuhi janjiku pada teman-teman. Masak nasi goreng. Ada yang nyiapin
nasinya, ada yang cuma bantu do’a, dan aku bagian me-ngulek bumbunya. Eh, istilahnya menghaluskan bumbu ya.
Lalu, selesai
sudah nasi goreng yang kubuat. Harusnya mau buat untuk bertiga, eh malah
jadinya untuk sejagad raya. Lha gimana, nasinya ternyata kebanyakan.
Alhamdulilllah,
satu per satu pintu kamar ku ketok. Penghuninya keluar kamar dan ikut menyantap
nasi goreng. Dan ludes dimakan sejagad raya.
Katanya sih nasi
goreng pedes. Bisa dibilang nasi goreng setan, kana da mie setan nihh kalau di
Surabaya. Nggak papa sih dibilang nasi goreng setan, asalkan yang setan bukan
yang bikin nasi goreng.
Selesai.
Drama yang
terlalu didramatisir. Padahal hanya cerita biasa aja. Kok bisa jadi tulisan ya.
Ah nyesel banget kenapa nggk dari
dulu-dulu nulis tulisan nggak jelas serepti ini.
Dan aku yakin
ini tulisan banyak typo nya. Ah sudahlah,
nanti ku edt lagi. Selamat membaca.
Eh, ada satu
lagi. Semalam adalah H-1 pendaftaran lomba cerpen tingkat nasional. Dan aku
nekad ikutan. Do’ain ya, lolos nggak lolos penting ikutan lomba. Cari pengalam
broo. Dan ini adalah H-7 pengumpulan karya, aku pun belum nulis sma sekali. Kok bisa ya? Kalau bukan Dwi ya nggak ada.
Mohon jangan ditiru ya. Berbahaya.
Sekian dan
terima kasih.
Surabaya, 10
September 2018
Ditulis dalam
waktu sekian menit dengan penuh kecepatan, tapi nggak selesai-selesai. Dan
kondisi belum sarapan. Jadi mohon maaf kalau terdapat kekliruan. Ini asli,
tanpa basa-basi. Spontanitas dan orisinal.
Sekian dan
terima kasih.