"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" QS. Ar-Rahman:55

Saturday, June 27, 2020

Mari Menepi Sejenak

Mari Menepi Sejenak

Pernah ku dapati sebuah keluarga yang nampaknya sangat bahagia sekali. Seorang istri yang selalu menampakkan kebahagiaan. Suami yang siap siaga membantu sang istri kapan saja dibutuhkan. Dan juga kedua orang tua yang gigih bekerja meski sudah lanjut usia.

Sebut saja namanya Mawar. Kerjaan utamanya adalah berdagang. Dan omset yang tiap hari ia dapatkan bisa ratusan ribu bahkan jutaan. Ia pun dikenal seorang yang dermawan.

Beberapa waktu lalu aku silaturahim ke rumahnya. Dan rumahnya itu terbilang luas untuk ukuran di kota besar. Dianggap orang ‘punya’ lah kalau di kota besar. Dan baru selesai dibangun beberapa waktu lalu.

Dan ternyata, suaminya tidak bekerja. Maka tak heran jika aku selalu menjumpainya membantu Mawar tiap harinya. Suaminya sudah beberapa tahun yang lalu resign dari sebuah perusahaan dikarenakan merawat orang tuanya yang sedang sakit.

Sejak orang tuanya suami sakit itulah, sang suami merawat dan menggantikan posisi ayahnya yang memiliki sebuah toko. Ia membantu jualan, tapi tak mendapatkan sepeserpun penghasilan. Jadi penghasilan utama tetap dari dagangannya.

Dibalik omset jutaan itu, ternyata anaknya Mawar mengidap penyakit yang hingga kini belum ditemukan obatnya. Dan ia harus rutin cek ke dokter dengan biaya yang tak cukup murah.

Lalu, kedua orang tua mawar yang sudah lanjut usia kenapa masih bekerja? Karena ia tak ingin merepotkan Mawar, si anak satu-satunya. Padahal si bapaknya sudah beberapa kali masuk Rumah Sakit dan si ibunya juga pernah stroke. Hingga sekarang si ibu berjalannya tidak sempurna karena stroke tersebut.

Kedua orang tua Mawar sebenarnya orang kaya harta. Ratusan juta uang melayang begitu saja karena dimanfaatkan orang yang tak bertanggung jawab. Rumah dan asset lainnya raib begitu saja tak bersisa.

Waktu masih kaya, sudah berkali-kali Mawar mengingatkan ibunya untuk tidak mudah meminjamkan uang kepada siapapun. Akan tetapi ibunya tetap saja meminjamkan uangnya. Karena pada dasarnya si ibu memiliki rasa iba yang sangat tinggi sama orang sekitarnya.

Pernah ada orang yang berhutang puluhan juta, hingga sekarang uangnya tak dikembalikan sepeserpun. Lalu apa yang terjadi pada orang tersebut? Ia diusir dari rumahnya oleh suaminya.

Itu baru satu kisah, masih banyak kisah terkait hutang yang tak dibayar hingga saat ini. Namun, si ibu tak bisa menagih. Kalaupun ditagih, tau sendiri kan orang +62 itu kalau ada yang nagih hutang malah kayak serigala berbulu kucing.

Nah, jadi sekarang si ibu hidup apa adanya. Di kosan yang cukup untuk berdua dengan suaminya. Sedangkan Mawar menempati rumah yag sudah dibangun susah payah dengan suami dan kedua anaknya.

Saat ini, Mawar sudah tak lagi berdagang seperti biasanya. Karena adanya pandemi covid19 ini yang menghentikannya. Biasanya ia berdagang kala anak sekolah masuk, jika tidak ada anak sekolah maka ia sudah tak lagi bisa menjajakan dagangannya.

Kini ia membuka peluang usaha baru di depan rumahnya. Berjualan makanan yang hasilnya tak seberapa, tapi lumayan bisa untuk bayar biaya listrik, katanya. Semoga laris, lancar dan berkah usaha dan rezekinya ya, bu Mawar. Aamiin.

Oh iya, aku selipkan lagi satu kisahnya. Di depan rumahnya ada sepetak tanah yang sengaja dibangun untuk disewakan. Kala itu ada seseorang yang ingin menyewa untuk dijadikan sebuah apotik, katanlah namanya Melati. Berapa biaya sewaya? Bu Mawar tak mematok harga. Terserah si Melati memberi uang berapa.

Berhubung apotiknya masih baru, si Melati tidak bisa membayar banyak untuk kontrakannya itu. Bu Mawar tidak keberatan dengan semua itu. Istilahnya bayar seikhlasnya. Mungkin seperti itu prinsipnya.

Di atas itu, secuil kisah yang hingga kini masih terekam dalam ingatanku. Tak mampu aku berkata apa-apa ketika bu Mawar menceritakan semua. Mulut terkunci, mata terpana dan hati menangis. Entahlah apa yang aku rasakan saat aku mendengarkannya.

Bu Mawar adalah salah seorang yang Allah hadirkan padaku untuk senantiasa bersyukur setiap waktu. Mengajariku bahwa sebanyak apapun harta di dunia yang kita miliki, sejatinya kita hanya dititipi. Semua bisa Allah ambil dalam sekejap mata tanpa menunggu waktu yang lama.

Seseorang yang ikhlas membantu sesama meski dirinya berada dalam kesusahan juga. Tak menampakkan kesedihan yang mendalam atas apa yang menimpa. Tetap dermawan meski dilanda kesusahan.


Ah, aku tak mampu menyebutkan semuanya -_-
Terima kasih bu Mawar
Terima kasih Surabaya yang kaya akan sejuta cerita


Surabaya, 27 Juni 2020
Read More

© Seberkas Cahaya, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena