"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" QS. Ar-Rahman:55

Thursday, December 1, 2016

Perjalanan Gathering Nasional KLIK

Surabaya, 14-16 September 2016

Pengurus KLIK Surabaya dan perwakilan KLIK Malang

Tidak ada WhatsApp, SMS pun jadi. Alhamdulillah aku masih bisa koordinasi dengan teman-teman pengurus KLIK Surabaya walaupun tidak bisa maksimal.

Sebulan lalu seluruh pengurus KLIK Surabaya berencana akan ikut Gathering Nasional yang diadakan di Malang. Ternyata di hari H, hanya enam saja yang bisa hadir. Ada aku (Dwi), Dewi, Liswa, Ria, Asa, pak Zain feat istri. Yang lainnya berhalangan hadir karena ada urusan yang harus diselesaikan.

Jum’at sore, aku dan ketiga temanku akan berangkat ke Malang naik kereta. Pak Zain dan istrinya berangkat mengendarai sepeda motor. Sedangkan Asa berangkat hari sabtu pagi naik kereta juga.

Jadwal keberangkatan kereta jam 20.05. Aku memilih berangkat setelah magrib jam 17.50 karena aku lupa jalan menuju stasiun sehingga aku minta tolong saudaraku untuk mengantarku. Jika berangkat setelah isya’ aku takut kalau macet dan terlambat. Konon jalan menuju stasiun itu rawan macet. Sedangkan mereka bertiga memilih berangkat setelah isya’.

“Dik, segera kesini ya. Setelah sholat langsung berangkat”, kata temanku.

“Oke”, jawabku singkat.

Sempat bingung ketika sudah mendekati jalan menuju stasiun. Antara belok kiri atau kanan. Akhirnya aku memilih belok kanan.

“Nah, ini stasiunnya. Turun sini saja kalau begitu,” kataku sambil menunjuk pintu masuk parkiran samping stasiun.

“Ya sudah. Hati-hati ya dik.”

“Ok. Siap.”

Langkah kakiku sejenak berhenti ketika memasuki parkiran.

“Kok, ada yang aneh ya,”  kataku dalam hati. Langkahku semakin pelan saat aku melihat gerbang utama stasiun. Kuperhatikan baik-baik. Mataku tak kucek-kucek. Kepalaku tak garuk pelan, padahal tidak gatal. Aku mengingat-ingat stasiun yang pernah kudatangi pertama kali dulu.

“Kok begini ya stasiunnya. Perasaan dulu tempat duduknya tidak diluar begini. Tampilannya kok tidak sama dengan stasiun yang pernah kudatangi dulu itu. Loketnya juga beda. Dulu ada mushola di samping sana (tegok-tengok),” sambil duduk mengamati.

“…Atau memang stasiunnya sudah direnovasi ya (manggut-manggut). Teruuuss, kok secepat ini ya renovasinya (gigit jari). Hebat banget. Sssttt… Jangan-jangan…”, aku melongo. “Jangan-jangan sekarang aku berada di stasiun baru. Wah, aku baru sadar ini. Oh Allah. Betapa polosnya aku ini (menelan ludah)”.

Aku segera merogoh HP di tasku. Kucoba untuk menenangkan diri. Segeralah aku mengirimkan pesan ke mbk Liswa. Menanyakan kepastian dimana aku ini berdiri.

“Mbak Lis, stasiun Gubeng itu memangnya ada dua ya? Gubeng Lama dan Gubeng Baru?”
Aku benar-benar tidak tahu.

“Iya mbak. Kenapa?”, balasnya.

“Terus kita nanti berangkat ke Malang naik kereta darimana?”

“Dari Gubeng Lama mbak.”

“Ya Allah. Mbak Liiisss. Kayaknya aku sekarang berada di Gubeng Baru deh.”
Untuk memastikan kebenaran, aku menanyakan kepada petugas yang bersliweran di depanku. Ternyata memang benar dugaanku, aku berada di stasiun baru.

“Yaaah, benar mbak. Aku di stasiun baru. Btw, stasiun baru dan lama itu beda atau  sama? Bersebrangan kah? Aku gimana donk?”, cemasku.

“Tak jemput.”

“Oke deh kalau gitu. Aku menunggu dimana mbak?”
Adzan isya’ berkumandang. Aku masih saja menunggu di kursi tunggu yang disediakan di stasiun.

“Di depan stasiun ya”

“Maksudnya depan gerbang mbak? Sebelah mana ya?”

Duh, polosnya aku ini. Hhhmm, ya bertanya lah pada petugas. Kan ada petugas yang jaga tuh. #TepokJidat.

“Eh, gak jadi mbak. Aku sudah bertanya pada petugas. Oke. Aku tunggu di depan ya.”

“Iya. Aku otw.”

Tanpa pikir panjang, aku segera bergegas menuju gerbang depan stasiun. Sesampainya, aku berdiri di pinggir jalan tepat pintu masuk ke stasiun. Berkali-kali sopir taksi dan tukang becak menghampiriku untuk menawarkan jasanya. Aku bilang kepada mereka bahwa aku sedang menunggu jemputan teman.

Kulihat masih jam 19.15. Tenang, baru 15 menit aku menunggu.

“Mungkin sebentar lagi datang. Kan bersebrangan stasiunnya.” Pikirku.

Kulihat lagi, sudah jam 19.30.

“Wah, 30 menit lagi. Kok belum datang ya.” harap-harap cemas.

Segera kulayangkan SMS ke mbak Ria.

“Mbak, kereta berangkat jam berapa?”

“Jam 20.05. Ini Liswa masih otw. Jangan SMS ya. Dia lagi nyetir soale.”

“Oke mbak. Kutunggu.”

Jam 19.45. kukirimkan pesan lagi ke mbak Ria.

“Mbak, kok belum datang juga ya. 20 menit lagi loh.”

“Tunggu dek. Jalanan masih macet.”

“Iya deh mbak.”

Jam 19.50. Jantungku berdetak cepat. Kurang 15 menit lagi kereta kan melaju. Tapi mbak Liswa belum juga muncul. Ya Allah. Aku hanya bisa berserah diri pada-MU.

Tepat 19.55 mbak Liswa datang.

“Mbak, ayok”

“Iya. Ayok.”

Segeralah aku naik ke motornya.

“Kurang berapa menit mbak Dwi?”

“10 menit lagi mbak”

“Oke. Maaf ya kalau ngebut.”

“Iya. Gpp.”

100 meter dari titik aku berdiri tadi, kepalaku tak pegang. Ya Allah. Ternyata aku tidak pakai helm. Wah. Mungkin mbak Liswa lupa ngasihkan helmnya.

Kulihat arah depan bawah motor mbak Liswa. Tidak ada helm yang menggantung di motornya. Aku mau bertanya tak urungkan karena ia sedang ngebut. Ya sudahlah. Bismillah. Semoga tidak ada polisi.

Ketika akan melewati rel, tiba-tiba palang kereta tertutup. Jantungku dag dig dug.

            “Mbak, jangan-jangaaan, kereta yang mau kita naiki mau lewat ini mbak. Wah, gimana ini?”

            “Alamat mbak, kita berangkat besok kalau misal sudah berangkat keretanya.”

Aku terus melantunkan sholawat Nabi. Jantungku benar-benar masih berdegup. Palang sudah terbuka, ternyata hanya kepala kereta saja yang lewat. Nah, ketika kita sampai di tengah-tengah rel, tiba-tiba palang akan menutup lagi. Ayooo mbak sedikit lagiii. Seruku. Alhamdulillah aku tidak sampai terjebak di tengah rel. Rintangan akhirnya terlewati.

            “Jangan-jangan yang mau lewat itu adalah kereta tujuan malang, mbak,” seruku lagi.  Tanpa ada jawaban dari mbak Liswa.

Sedari tadi kepalaku tak pegang terus. Ketika di tikungan jalan mbak Liswa berkata, “Mbak Dwi gak bawa helm ya? Duh aku sampai lupa.”

            “Hehe, iya mbak. Aku gak bawa helm. Tadi kan aku diantar, jadi helmnya yaa dibawa lagi.”
           
           “Haha, aku lupa bawakan juga. Gak sadar saking mendadaknya.” sahutnya. “Nanti kalau misal kita ketinggalan kereta, kita berangkat besok saja mbak. Tapi kita usahakan kita segera sampai. Semoga tidak terlambat.”
           
           “Iya mbak. Aamiin.”

Sampai di perempatan, jalanan ternyata macet. Katanya ada acara di Grand City. Ketika sampai di tengah jalan, aku disuruh berhenti mbak Liswa. Turun di tengah jalan. Menerobos kemacetan. Aku diturunkan tepat didepan stasiun. Sedangkan mbak Liswa memilih putar balik agar sampai stasiun.

          “Mbak Dwi turun sini saja ya. Mbak nerobos jalanan agar segera sampai. Eman-eman tiketnya. Ntar hangus. Jika aku terlambat, aku tak berangkat besok saja.”
           
          “Iya mbak. Oke. Terus tiketnya?”
          
          “Ada di mbak Ria, mbak. Nanti hubungi mbak Ria ya.”
        
          “Iya mbak,” sahutku sambil lari menerobos kemacetan.

Aku bergegas turun dari motor. Menerobos kemacetan. Menghentikan mobil-mobil yang lewat dengan tanganku. Aku berjalan sekuat tenaga, walaupun saat itu kakiku sedang sakit.

Sampai di depan stasiun. What (menepuk jidat), aku kan gak bawa tiket. Oh ya, aku harus segera menghubungi mbak Ria. Seketika itu pula aku melayangkan pesan ke mbak Ria.

Di depan parkiran terlihat ada wanita yang sedang duduk. Kudatangi dengan lari tergopoh-gopoh dan berharap itu adalah mbak Ria.

Taukah apa yang terjadi? Ternyata itu bukan mbak Ria.

Lalu kubuka pesan dari mbak Ria.

Dhek, tiket kalian tak titipkan pak security yang jaga di depan.

Mataku terbelalak. Aku lari terbirit-birit bak dikejar anjing menuju pintu masuk. Nafasku ngos-ngosan.

            “Pak, apakah tadi ada tiket yang dititipkan?”

            “Iya mbak. Ada. Atas nama Dwi Andayani ya?” sahutnya. “Pak, nambah satu lagi bisa apa 
tidak?”, lanjutnya ke petugas yang di dalam kereta.

            “Iya pak. Dwi Andayani.”

            “Maaf mbak. Kereta sudah jalan.”

            “Yaaahh, ya sudah pak.” Aku langsung lemas. Mencari tempat duduk di dalam stasiun dan 
menenangkan diri. Menarik nafas panjang setelah berlarian.

Para petugas stasiun mulai berkemas. Hari sudah malam. Stasiun mulai sepi. Pintu gerbang ditutup. Aku pun terpaksa menunggu di luar stasiun. Rasanya badanku langsung lemas seketika. Memang belum rezeki untuk berangkat malam itu.

Segeralah aku SMS mbak Liswa. Mengabari bahwa aku sudah terlambat. Aku bingung mau pulang naik apa. Dan mbak Liswa menawariku untuk diboncengnya lagi. Alhamdulillah.

Lima menit kemudian.

        “Mbak, ayoo,” panggilnya menggungah lamunanku. “Waah, sendirian. Menunggu sampai stasiunnya tutup. Memang berangkat jam berapa mbak?” ledeknya dengan tertawa kecil.

            “Eh, iya mbak. Ayoo. Hiiikkss, aku sendirian. Berangkat jam 6 bisa terlambat,” nyengir lalu tertawa.

Hari ini memang banyak sekali pengalaman-pengalaman yang tak kan pernah kulupa. Pengalaman yang paling mengesankan selama aku di Surabaya ini. Ya, baru kali ini aku bisa terlambat naik kendaraan. Rasnya sesuatu sekali, karena aku tidak terbiasa terlambat dalam hal apapaun.

Di perjalanan pulang menuju kontrakannya mbak Liswa, aku sedari tadi senyum-senyum sendiri. Pipiku tak cubit-cubit. Seakan-akan kejadian malam ini seperti mimpi. Begitupun mbak Liswa, ia senyum-senyum juga.

       “Pasti nanti bakalan heboh mbak di kontrakan. Heboh karena kita tidak jadi berangkat,” cetusnya.

            “Hahaha, iya mbak. Pasti itu”.

            “Eh, bagaimana kalau besok kita naik sepeda motor saja mbak?”

            “Hhmm, tapi aku tidak punya SIM mbak. Mbak punya kan?”

            “Punya mbak. Tapi motorku gak kuat di jalanan menanjak mbak.”

            “Hhhmm, pakai motorku aja mbak. Kuat kok mbak.”

            “Oke deh kalau gitu. Berarti kita sekarang menuju Masjid Manarul, ngambil motormu dulu ya mbak.”

            “Iya.”

Sampai di Manarul, aku  ditanyai mengapa bisa sampai terlambat naik kereta. Saudaraku tertawa setelah tau ceritaku. Ia geleng-geleng kepala. Ia pun meledekku.

Perutku berontak. Memanggil-manggil pemiliknya untuk diisi. Kupegang perutku. Belum terisi. Segeralaha aku pulang dan beli makan. Malam itu aku memilih untuk menginap di kontrakan mbak Liswa agar besok bisa berangkat bersama dan tidak terlambat.

Saat kami berdua beli makan. Mbak liswa bertemu negan teman kostnya. Temannya kaget dan spontan bertanya. Mbak Liswa pun menceritakan kejadian yang kami alami Ia tertawa dan geleng-geleng kepala. Begitu pula sampai di kostnya mbak Liswa, ia mendadak jadi narasumber.

Setelah selesai menceritakan semua kejadian malam ini, mbak Liswa chattingan di grup whatsapp KLIK Surabaya. Menceritakan kejadian yang terjadi tadi.

Heboh sekali malam ini. Ternyata tidak hanya aku dan mbak Liswa saja yang mengalami kejadian miris ini. Mbak Dewi dan mbak Ria juga mengalami kejadian miris.

Ceritanya, mbak Dewi menabrak tong sampah ketika ia lari menuju stasiun. Ia lari karena sebentar 
lagi kereta melaju. Saat itu pula ada bapak-bapak yang bilang, “Wedhus (bin : kambing). Seketika itu pula langkah mbak Dewi dan mbak Ria berhenti. Mereka berdua hanya bilang minta maaf lalu pergi. Bapaknya mengatakan ‘wedhus’ lagi.

Beda lagi dengan mbak Ria. Ketika mereka berdua sudah sampai di stasiun Malang, mereka menunggu jemputan. Tengah malam mereka hanya berdua dan ditemani dua sejoli. Uhuyy, jangan baper yaah.

Katanya sopir yang akan menjemput, sebentar lagi ia kan datang. Mbak Ria dan mbak Dewi girang sekali mendengarnya. Lalu mbak Ria beranjak dari tempat duduknya. Ia melihat ada mobil Avanza putih yang baru datang dan tengah akan parkir di dekat stasiun. Mbak Ria menunjukkan hal itu pada mbak Dewi.

Mbak Ria senangnya bukan kepalang. Ia harap segera merebahkan tubuhnya di kasur. Duh, senangnya.

Ia pun lari dan menyeret mbak Dewi. Ia ingin segera masuk mobil. Nah, ketika sampai di samping mobil, ia berkaca-kaca di kaca mobil. Duh, aku bingung berkata-kata. Saat itu, pak sopir yang mengendarai mobil itu turun.

“Mbak, itu siapa. Kok sopirnya bukan mas Icik?” sambil menutup mulut dan bicara pelan.

“Duh, iya dek. Kayaknya ini bukan mobil yang mau menjemput kita deh.”

“Wah, yuukk mbak kita pergi”

Akhirnya mereka beranjak pergi dari mobil itu. Dan tak lama kemudian mobil dari KLIK Malang telah datang. Mbak Ria malu bukan kepalang. Hahaha.

Lain lagi kejadiannya Asa. Ketika perjalanan naik kereta menuju Malang, orang yang duduk bersebrangan dengan kursinya ada bapak-bapak yang tidurnya mendengkur alias ngorok. Disitulah ia merasa tidak nyaman. Lalu ia mengirim pesan di WA, grup KLIK Surabaya.

“Pagi-pagi sudah ada grandong,” kata Asa.

Serentak, aku dan mbak Liswa yang duduknya dibelkang Asa langsung tertawa. Ya Allah, bapak itu dikatakan grandong. Sungguh teganya dikau Sa. Aku hanya membatin saja.

Memang, sepanjang perjalanan itu bapaknya mendengkur terus. Ketika ia dibangunkan untuk pengecekan tiket, ia sama sekali tidak bangun. Ketika dibangunkan malah suaranya semakin keras. Siapa yang tidak tertawa. Hahaha. Ini suasanan perjalanan yang mungkin tak akan terlupakan.

***
Ada-ada saja pengurus KLIK Surabaya ini. Setiap pengurus pasti ada saja kejadian miris yang dialami. Kalau teringat akan kejadian ini pasti rasanya ingin tertawa. Karena ini adalah kejadian yang semasa hidupku baru pertama kalinya aku mengalami. Semoga kedepannya aku tidka mengulanginya lagi.

Itulah sedikit coretaan penaku. Dwi Andayani. Pengurus KLIK Surabaya. Mungkin tulisannya masih belum beraturan. Maafkan. Aku masih belajar menulis kawan. 

Subhanallah. Alhamdulillah. Allahu Akbar. Perjalanan kami (Pengurus KLIK Surabaya) berjalan dengan penuh perjuangan. Dan akhirnya kami dipertemukan dengan saudara-saudara KLIK dari berbagai daerah. Seluruh pengurus KLIK Indonesia berkumpul jadi satu di Villa Putih Batu. Kami benar-benar meraasakan kekeluargaan itu. Banyak pelajaran kami dapatkan dari pertemuan itu. Semoga tahun depan, 2017  nanti kita bisa berkumpul lagi di Surabaya. Aamiin.
Read More

Lembaran 212

Lembaran 212

Bertepatan dengan hari jum’at. Hari dimana pahala berlipat. Dihari jum’at ini juga dianjurkan untuk memperbanyak sholawat. Duh, senangnya jika datang hari jum’at. Hari spesial yang katanya juga dianggap hari keramat.

Ada yang bilang bahwa hari jum’at adalah hari pendek. Anak sekolah dipulangkan lebih awal. Jika sudah waktunya masuk sholat jum’at, para pekerja berhenti dari aktivitasnya. Kurang lebih satu jam pelaksanaannya. Mungkin dari sinilah hari jum’at dianggap hari pendek.

Hari ini bertepatan dengan Aksi 212 di Tugu Monas, Jakarta, aku milad yang ke-21. Tahun-tahun sebelumnya tidak ada moment-moment yang membersamai hari miladku. Hari dimana aku dilahirkan ke dunia. Jadi terharu.

Sebelumnya, aku sempat terssentak ketika ada yang bilang bakal ada Aksi 212 di Jakarta. Aku bertanya-tanya pada teman-teman, ternyata Aksi 212 adalah aksi bela Islam yang ke III yang bertepatan dengan hari Jum’at, 2 Desember 2016, tepat tanggal lahirku.

Ketika kebanyakan orang merayakan milad dengan memotong kue, mengadakan pesta, dan kegiatan lainnya. Disini aku hanya bisa menengadahkan tangan, lalu sujud syukur karena masih diberikan umur panjang untuk bisa menjadi khalifah dimuka bumi ini.

Disana, di Jakarta ada aksi 212. Aku hanya bisa mendo’akan dari tempatku berdiri ini. Semoga aksi 212 diberikan kemudaahan, kelancaran dan selalu dalam lindungan-NYA. Semoga saudara-saudaraku disana terselamatkan dan terhindar dari marabahaya. Selamat berjuang wahai saudaraku yang di Jakarta.

“Tidak ada perayaan khusus ketika milad, lhaa wong di Jakarta ada Aksi 212. Itu sudah menjadi saksi peralihan usiamu. Nanti tinggal minta tolong ustad disana untuk mendo’akanmu. Berhenti sejenak untuk potong kue,” hibur seorang temanku kemarin, 1 Desember 2016.

Belum banyak hal yang bisa aku lakukan. Aku belum bisa menjadi yang terbaik. Tapi aku akan berusaha menjadi yang terbaik. Bicara masalah agama, aku juga masih belum banyak ilmu yang kupelajari. InsyaAllah aku akan terus belajar Islam sampai malaikat pencabut nyawa menjemputku. Aamiin.

Saat peralihan usia yang bertepatan dengan Aksi 212, aku belum bisa ikut berpartisipasi ke Jakarta. Aku merasa bahwa aku belum bisa apa-apa. Mungkin aku nanti akan cari wifi lalu streaming untuk menyaksikan langsung apa yang terjadi di Jakarta.

“Tidak harus kesana untuk berpartisipasi. Cukup do’akan mereka yang ada disana. InsyaaAllah itu sudah mewakili,” kata temanku menyemangati.

Alhamdulillah selalu ada jalan disetiap kesulitan. ALLAH selalu membukakan pintu rezeki dari arah mana saja. Ketika tidak ada paketan, ada wifi gratis yang disediakan. Duh, senangnya hatiku.

Tidak banyak hal yang mampu aku tuliskan.

Maafkan jika tulisanku tidak beraturan.

Karena aku masih belajar menuangkan isi hati ke tulisan.

Cukup ku katakan, “Perayaan miladku dirayakan oleh ratusan muslim di Jakakarta. Ini spesial banget. ALLAH berikan aku kejutan yang tak terduga. Semoga aku bisa menjadi anak yang sholihah dan istri sholihah (Eh, yang ini masih menunggu antrian dari ALLAH). Aamiin.”
Read More

Tuesday, November 29, 2016

My Dream

My Dream

Pagi itu membuatku merasakan indahnya dunia di kala mentari akan menampakkan sinarnya. Hati pun terasa gembira saat ku akan melangkah untuk menggapai mimpi-mimpi yang selama ini ku harapkan. Ketika ku gagal dalam menggapai mimpi itu, mungkin Allah sedang mengujiku dan DIA sedang merajut benang-benang keindahan untukku. Dan ketika mimpiku berhasil ku gapai, Allah telah membukakan pintu rezeki untukku.

Dengan penuh semangat, ku mencoba mengikuti lomba menulis cerpen di sekolahku. Akhirnya keesokan harinya mulailah ku menuliskan cerpen di atas kertas berwarna-warni. Warna-warna itulah yang membuatku senang dalam menulis, karena dengan warna aku akan lebih bisa berimajinasi dan bisa konsentrasi. Dua hari kemudian ku mengetik naskah cerpen tersebut, dan keesokan harinya aku mengumpulkannya ke panitia.

Satu minggu kemudian…………..

Dengan raut wajah yang penuh dengan kecemasan, ku mencoba untuk melangkah menuju sekolah tercinta. Karena pada saat itu, ku sedang menunggu hasil pemenang lomba cerpen tingkat sekolah. Sampai di sekolah aku langsung menuju pengumuman yang di pasang di mading depan perpustakaan sekolah. Ku melihat hasilnya dari bawah, karena aku merasa mungkin aku dapat penilaian terendah. Peserta yang ikut pada waktu itu adalh 200 siswa dan yang terpilih tahap pertama ada 50, setelah itu seleksi tahap kedua hanya 10 dan yang terakhir hanya terpilih 3 saja. Dengan penuh kecemasan, ku telusuri dari bawah ke atas dengan teliti,ku baca satu per satu. Sampai di tengah-tengah, aku hampir putus asa, karena nama dan judul cerpenkuku belum ku temukan di pengumuman itu. Tapi setelah aku berfikir-fikir tak ada salahnya ku membacanya sampai atas biar aku tahu siapa yang lolos seleksi. Ku bangkitkan semangatku untuk membacanya, dan akhirnya ku temukan juga nama dan judul cerpenku. Alhamdulillah aku di urutan nomor tiga.

Hati pun merasa lega, aku pun merasa senang. Tapi aku tidak boleh bangga, karena masih ada 2 tahap lagi untuk menjadi pemenang. Tahap pertama aku sudah berhasil, sekarang aku akan menuju tahap kedua. Aku harus semakin teliti dan cermat dalam menulis, Karena ku ingin mencoba kemampuanku dalam menulis, dan akhirnya nanti ku bisa mengukur sampai mana kemampuanku dalam menulis.

Waktu yang disediakan panitia dalam penilaian tahap kedua adalah 3 hari dengan ketentuan jumlah halamannya 4-5 lembar. Jadi bisa tidak bisa, aku harus menyelesaikannya dalam waktu 3 hari itu. Seiring berjalannya waktu yang begitu cepat, tak terasa 2 hari sudah berlalu, dan Alhamdulillah ku dapat menyelesaikan cerpenku dalam waktu dua hari. Sehingga keesokan harinya ku mengumpulkannya.

Dua hari kemudian……….

Waktu itu akan diumumkan peserta yang lolos seleksi di babak kedua. Hatiku mulai bergetar saat ku melangkah menuju papan pengumuman. Langkah demi langkah ku lalui, tibalah aku di depan papan pengumuman. Sebelum ku membaca hasil seleksinya, ku awali dengan bacaan Basmallah, karena agar ku tak kecewa dengan hasil yang telah ada. Walhasil, Alhamdulillah Allah menjadikan aku di nomor urut 2, jadi ada peningkatan dalam menulis.

Dan sekarang aku akan mengikuti seleksi terakhir, yang mana ini akan menentukan siapa sang jawaranya. Untuk babak terakhir ini, panitia hanya menyediakan waktu 1 hari untuk menyelesaikan cerpennya, dengan ketentuan jumlah halamannya 6-8 lembar. Mau tidak mau aku harus bisa menyelesaikannya dalam satu malam. Dengan penuh rasa semangat, ku akan mencoba mewujudkan mimpiku, yaitu AKU INGIN MENJADI YANG TERBAIK DI SAAT LOMBA CERPEN TAHUN INI, KARENA AKU TAK INGIN GAGAL SEPERTI TAHUN-TAHUN KEMARIN. Semoga aku bisa mewujudkan mimpiku itu.

Saat ku akan berangkat sekolah, tak lupa aku minta do’a restu orang tua, semoga Allah memberikan yang terbaik untukku. Dengan perasaan senang dan percaya diri, aku mencoba melangkah untuk menuju ke sekolah. Sampai di sekolah, aku langsung menuju perpustakaan dan menunggu panitia dating. Jam 06.30 panitia baru dating, aku pun menyapanya dengan ramah. Dengan wajah yang berseri-seri dan haru, aku mengumpulkan naskah cerpenku ke panitia. Dan aku juga menanyakan kapan hasil seleksi akan di umumkan, dan kata panitianya adalah hari senin setelah upacara bendera. Dengan hati senang, aku segera menuju ruang kelas.

Hari senin kemudian…….

Hari yang ku tunggu-tunggu telah tiba. Setelah upacara pun pengumuman hasil lomba cerpen tingkat sekolah diumumkan.

“Assalamu’alaikum Warohmatulloh Wabarokatuh”, ucap salah satu panitia lomba.

“Wa’alaikumsalam Warohmatulloh Wabarokatuh”, jawab peserta upacara secara serempak.

“Mohon perhatiannya sebenyar ya. Saya sebagai perwakilan panitia perlombaan cerpen di sekolah kita, saya akan membacakan pemenang yang berhasil masuk 3 besar. Dan bagi yang nanti saya sebut namanya, dimohon untuk maju ke lapangan di dekat Pembina Upacara. Inilah sang jawara kita, juara 3 di raih oleh Adjie Bramasto dari kelas XII TKR 1, juara 2 diraih oleh Umi Sholikhah dari kelas XII TKJ 3, dan yang meraih juara satu adalah……………….Aisyah dari kelas XI TKJ 1. Itulah sang jawara-jawara kita… silahkan maju ke depan” ujar salah satu panitia lomba (dengan suara yang berkobar-kobar).

Tepuk tangan secara serempak dari siswa-siswi sekolah dan guru-guru membuat hatiku senang berpadu haru. Karena aku tak menyangka bahwa akulah yang menjadi terbaik di sekolahku. Kakiku melangkah ke depan dengan penuh haru. Sampai di depan, aku pun di beri piala sekaligus piagam penghargaan. Aku pun menerimanya dengan hati menangis bahagia.

Dan setelah aku mengikuti lomba tingkat sekolah, kata salah satu panitiaku, aku akan diikutkan lomba tingkat kabupaten, dan jika menang lagi, aku akan diikutkan lomba di tingkat provinsi/nasional. Ibuku pasti senang melihat aku dapat juara, apalagi menjadi yang terbaik di sekolah.

Seminggu kemudian…………

Alhmadulillah mimpiku sudah terwujud, dan kini aku akan mencoba untuk mengikuti  lomba tingkat kabupaten. Ketika perlombaan sudah dilaksanakan, kini aku tinggal menunggu hasilnya, dan Alhamdulillah Allah telah menjadikanku terbaik di Kabupaten ini. Subhanallah..sungguh hal yang luar biasa. Dan 4 hari yang akan datang aku akan mengikuti lomba tingkat nasional. Aku harus benar-benar jeli dan teliti, dan aku ingin membanggakan kedua orang tuaku dan sekolahku.

4 hari kemudian……….

Hari yang ku nanti telah tiba, saatnya ku bertarung melawan ratusan peserta dari penjuru kota yang mana dilaksanakan di perpustakaan ITS Surabaya. Aku harus benar-benar berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi yang terbaik. Saat aku mengikuti lomba tersebut, aku hanya disediakan 3 lembar kertas dan 1 buah bolpoint, karena pada saat lomba, cerpenya harus dalam bentuk tulisan tangan, bukan naskah ketikan. Karena panitia takut jika ada yang curang dalam perlombaan ini. Aku pun berusaha menuangkan pikiranku di atas kertas tersebut. Bagaimanapun hasilnya, aku akan terima apa adanya bukan ada apanya. Setalah perlombaan selesai, setiap peserta di beri alamat website untuk mengetahui siapa saja yang menjadi juara. Dan 2 hari kedepan, baru ada pengumuman dari panitia.

2 hari kemudian……….

Setelah pelaksanaan lomba, kami pun kembali ke sekolah tercinta. Dan 2 hari kemudian pengumuman telah tiba, dan dapat dilihat di website yang telah di berikan ke setiap peserta kemarin. Dan salah satu guru pendampigku pada saat lomba, membuka websitenya, di website tersebut tercantum nama-nama ratusan peserta. Dengan perasaan kaget, guruku memberitahuku sambil meneteskan air mata.

“Nak…..!!!!!!”, dengan suara halus dengan mata yang memerah.

“Kenapa bu? Pasti aku tidak lolos ya bu. Sudahlah bu jangan menangis, ini semua sudah ditentukan olehNya, aku yakin suatu saat aku bisa kok bu. Jang bersedih ya bu”, ujarku dengan santai.

“Tidak nak, kamu telah membuat kami bangga kepadamu. Ibu menangis bahagia, karena kamu telah menjadi pemenang cerpen terbaik di tingkat nasional ini. Ibu bangga nak. Ibu bangga. Selamat ya nak”, ujarnya (sambil menetskan air mata).

“Benarkah Bu. Ibu guru tidak berbohong kan, coba aku lihat!!!!” ujarku (Sambil melihat halaman website tersebut dan meneteskan air mata)

“Iya nak, Ibu tidak berbohong.” Ujar Bu Guru (sambil menyodorkan laptopnya)

“Subhanallah… iya bu, ternyata benar. Terima kasih ya bu atas dukungan dan do’anya. Saya tidak bisa membalas semua kebaikan Ibu/Bapak guru, saya hanya bisa mendo’akan, semoga Allah membalas semua kebaikan Bapak/Ibu guru.” Ujarku (sambil memeluk Ibu guruku)

“Iya…sama-sama nak, ini semua juga berkat Ridho Allah serta kegigihanmu juga. Kami yang harusnya berterima kasih, karena kamu telah membanggakan kami dan mengharumkan nama sekolah.    Iya nak..Aamiin.” Jawab Ibu guru.

Setelah melihat pengumuman di website tersebut, panitia pun memberitahu pihak sekolahan bahwa salah satu siswanya lolos dan mendapatkan juara. Sehingga 2 hari setelah pengumuman aku dan salah satu perwakilan guru di suruh datang ke perpustakaan ITS Surabaya untuk penyerahan piagam penghargaan dan sejumlah uang.

2 hari kemudian……..

Hari ku nantikan telah tiba, aku dan Bu Nia (salah satu guruku) berangkat ke perpustakaan ITS Surabaya naik bus PATAS. Aku tak di pungut biaya apapun, karena semua biaya ditanggung sekolahan. Di perjalanan, aku sangat menikmati suasana. Hujan gerimis mengiringi perjalananku dan seakan-akan langit ikut menangis bahagia.

Jam 13.00 WIB………

Aku tiba di Surabaya pukul 13.00 WIB, sampai disana aku dan bu Nia melaksanakan sholat dhuhur terlebih dahulu di Masjid Manarul Ilmi ITS. Subhanallah sungguh besar panitia kekuasaan Allah SWT, karena telah mempertemukanku kembali dengan sejuknya masjid ini setelah 1 taun tak berkunjung. Setelah aku dan Bu Nia melaksanakan sholat dhuhur, kami berdua pun makan siang, lalu menuju perpustakaan ITS. Sesampai di perpustakaan ITS Surabaya, aku pun di sambut dengan senyuman oleh para panitia. Aku pun merasakan senang sekali. Baru pertama kali aku memasuki perpustakaan yang begitu besar dan luas. Subhanallah, sungguh luar biasa sekali.

Orang-orang yang datang di acara tersebut sangatlah banyak, mungkin sekitar 200 jiwa, yang terdiri dari peserta lomba yang menang, mahasiswa, pengurus perpustakaan, dan dosen-dosen yang mengajar di ITS. Aku merasakan bahagia sekali, karena aku belum pernah sama sekali berkumpul dengan orang-orang yang luar biasa seperti mereka.

Saat acara belum dimulai, aku pun berbincang-bincang dengan salah satu mahasiswa ITS. Dan secara kebetulan mahasiswa yang berbincang-bincang itu adalah mahasiswa jurusan Teknik Informatika. Yang mana Teknik Informatika adalah jurusan yang paling aku senangi saat pertama aku masuk SMK. Dia bernama Nabilla, asalnya dari Semarang. Aku merasa sangat senang sekali bisa berbincang-bincang secara langsung dengan mmbak Nabilla. Dia menceritakan kisah hidupnya yang sejak kecil tak pernah mendapat perhatian orang tuanya karena sibuk dengan pekerjaannya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk tinggal dengan neneknya karena tak betah tinggal dengan orang tuanya. Aku pun mendengarkan cerita mbak Nabilla sampai akhirnya tidak terasa bahwa acara telah di mulai. Aku pun duduk bersanding dengan mbak Nabilla dan Bu Nia. Dan tak lupa ketika itu, aku meminta nomor HP mbak Nabilla agar aku bisa berkomunikasi dengan dia.

15 menit kemudian……

Ketua perpustakaan datang di acara penyerahan hadiah kepada para peserta yang menjadi juara, lalu 15 menit kemudian beliau menyerahkan hadiah untuk para juara. Selain aku mendapatkan hadiah, aku juga mendapat piagam penghargaan “penulis cerpen”, serta cerpen yang aku buat juga akan dimuat dalam kumpulan-kumpulan cerpen anak bangsa. Aku merasa sangat senang sekali, Karena aku bisa membanggakan kedua orang tuaku dan sekolahanku. Semoga kelak aku bisa menjadi pengarang yang sukses. Aamiin….

Itulah sekilas impianku. Aku ingin menjadi seorang penulis yang terkenal. Yang mana tulisanku di kenal banyak orang. Aku sudah berkali-kali mencoba mengikuti lomba cerpen, tapi aku belum pernah menang. Dan itu tak masalah bagiku, karena aku sudah mendapatkan kesenangan tersendiri, yaitu aku dapat menyalurkan hobiku lewat tulisan. Dan aku yakin, suatu saat aku bisa memenangkan lomba cerpen. Meskipun aku tak pernah menang dalam setiap perlombaan, tapi aku tetap positive thinking. Dan itu menjadi salah satu motivasi bagiku. Karena kegagalan merupakan awal dari kesuksesan, karena kegagalan bukanlah akhir dari segala-galanya. Semakin banyak kegagalan yang kita alami, maka kita harus bangkit, dan yakinlah pasti kita BISA. Kita harus bangkit jika kita mengalami kegagalan. Jangan menyerah dalam menggapai impian. Awali dengan niat yang kuat, lakukan dengan penuh semanngat, yakinlah bahwa kamu BISA, dan akhirilah dengan do’a. sebelum dan sesudah melakukan sesuatu, biasakanlah berdo’a, agar segala yang kita lakukan di ridhoi oleh Allah SWT. Itulah motivasi yang ku tanmkan di dalam jiwaku. Semoga secuil cerpen yang aku buat ini bisa bermanfaat bagi siapapun. Aamiin.

Ini tulisan di waktu aku masih SMK. Tanpa editan. Bisa kujadikan sejarah nih, bahwa aku pernah menulis. Yah, walaupun kurang maksimal.
Ditulis di Ngawi, 8 Maret 2013
Read More

Friday, November 25, 2016

Tua Usianya Muda Jiwanya

Tua Usianya Muda Jiwanya



Aku belajar banyak hal sama beliau. Ia adalah Emak angkatku disini. Aku tinggal bersamanya sudah setahun lebih lamanya. Beliau wanita yang sangat tangguh. Di usianya yang hampir kepala 7, ia masih tetap semangat bekerja.

Ia bekerja sebagai juru masak. Ada 3 orang yang membersamainya memasak. Memasakkan kurang lebih seribu porsi tiap hari senin sampai jum’at. Bisa membayangkan kan bagaimana sibuknya memasak yang tidaklah sedikit.

Tiap hari harus bangun lebih awal dan menyiapkan segala keperluan. Ada yang belanja, masak nasi, memotog-motong sayur, mengupas, mencuci, dan kegiatan lainnya. ‘Duh rempong sekali ya ternyata jadi emak-emak itu’ mungkin dalam hatimu akan berkata seperti itu.

‘Guna memberi saku ke anak dan cucunya ketika Hari Raya Idul Fitri atau saat mereka membutuhkan’ katanya suatu hari padaku. So sweet sekali ya emak ini. Sayang sekali sama anak dan cucunya.

Memang benar kenyataannya. Mendekati bulan puasa tahun 1438H ini, sebelum ia kembali ke kampung halaman, ia membelikan cucu-cucunya tas dan mukena. Hhhmm, bisa kebayang kan kasih sayangnya emak.

Aku banyak belajar dari beliau. Mulai dari bangun tidur hingga ia tidur lagi. Subahanallah aku sangat bersyukur sekali bisa mengenalnya. Allah pertemukanku dengan orang-orang hebat.

Kamu bangun tidur jam berapa? ‘jam 03.00’ atau ‘jam 04.30’ atau ‘bangun setelah shubuh’. Kalah deh sama emakku satu ini, ia selalu on time jam 02.30 loh. Pasti jam segitu sudah bangun. Padahal tidak bunyi alarm loh. Seakan ia itu selalu menyalakan alarm otomatis di dalam otaknya.

Lalu, setelah bangun tidur, apa yang kamu lakukan? ‘Main gadget?’ atau ‘Tidur lagi, nunggu adzan shubuh?’ atau melakukan hal yang lain?

Hhhmm… Kalau emak nih, bangun tidur langsung ambil air wudhu lalu mendirikan sholat Lail. Keren kan? Yuukk kita contoh emak ini. Kamu yang masih muda, jangan kalah donk sama emak-emak cucu 8 ini. Walaupun sudah tua tapi jiwanya masih muda.

Kira-kira setelah sholat Lail, emak ngapain ya? ‘tidur lagi’ atau ‘main HaPe’ atau yang lain. Yah, tidak mungkin lah yaw kalau emak bakalan main HaPe atau tidur lagi. Kan ia punya tanggungan untuk memasak.

Jadi, setelah sholat Lail, ia segera bergegas menuju tempat favoritnya. Dapur idaman. Mengisi air ke dandang, mencuci beras, menunggu air mendidih sembari mencuci perkakas yang kotor. Memasak nasi hingga matang. Sambil menunggu nasinya masak, ia mencuci pakaian. Cucian sudah selesai, ia lanjutkan menyajikan nasi. Dilanjutkaan menjemur pakaian. Ia mandi, temannya yang memasak lau datang. Setelah mandi ia melaksanakan sholat shubuh. Sudah menjadi kebiasaan ia mandi sebelum sholat shubuh.

Kalau kamu ngapain setelah sholat Lail?

Aku sering mendengarnya selalu berdzikir panjang setelah sholat shubuh. Sholat dan dzikir bisa sampai 10-15 menit, tergantung kondisi. Salut banget deh sama emak ini. Luar biasa sekali.

Setelah sholat shubuh selesai, ia melanjutkan ativitasnya. Membantu yang lain menyiapkan lauknya. Nggak capek ya emak ini? Kalau dibilang capek ya capek. Tapi kan ini sudah menjadi kewajibannya sebagai karyawan.

Disela-sela kesibukannya dari bangun tidur tadi, aku selalu mendengarnya membaca sholawat, istigfar atau dzikir yang lain. Sungguh menyejukkan bukan? Emak yang sudah setua itu senantiasa melantunkan dzikir disela kesibukannya. Lalu apakah kita juga selalu mengingat Allah ditengah-tengah kesibukan kita?

Dari jam 02.30 sampai jam 17.00 ia bekerja. Kalian kuat berapa jam bekerja? Rata-rata orang bekerja itu hanya 8 jam/hari. Benar kan? Dari 4 emak yang jadi juru masak, ialah yang paling banyak pekerjaannya. Lainnya hanya dari jam 04.30 sampai jam 15.00.

Aku bekerja jam 07.00 sampai jam 17.00. Sampai dirumah, aku melihat emak sudah tertidur pulas sembari mendengarkan radio. Suara Muslim Surabaya (Sham FM) adalah gelombang radio kesukaannya. Ia pasti kelelahan dengan aktivitasnya seharian.

Saat adzan magrib ia bangun dan sholat berjamaah denganku. Setelah itu, emak berbaring lagi sembari mendengarkan dan menirukan Al-Ma’tsurat dari Sham FM. Mungkin ia sudah hafal bacaan Al-Ma’tsurat.

Kalau kamu, tiap sore baca Al-Ma’tsurat juga apa nggak nih? Yuukk Al-Ma’tsuratnya jangan lupa tiap pagi dan petang. Jangan kalah sama emak-emak.

Setelah Al-Ma’tsurat, menunggu isya’ sembari bercengkrama denganku. Sholat isya’ lalu ia pergi ke pulau kapuk. Begitulah aktivitasnya sehari-hari.

***

Kamu.

Iya kamu.

Jangan malas-malasan ya. Apalagi yang masih muda. Pasti jiwanya lebih kuat. Sebisa mungkin usahakan bangun malam. Dirikanlah sholat Lail. Masak kamu kalah sama emak-emak cucu 8. Jangan lupa mengingat Allah dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan apapun. Kan sudah jelas dalam Al-Qur’an.

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.Al Muzzammil : 20)

Yuuukk…semuanya. Saling mengingatkan sesama dalam hal kebaikan. Andai ada temanmu yang berbuat salah, diingatkan. Jangan malah dibiarkan. Senantiasa berusaha memperbaiki diri yaa. Keep smile.  
Read More

Selamat Hari Guru

Selamat Hari Guru



Teringat bahwa pagi ini adalah hari guru. Aku langsung mengucapkan selamat hari guru pada guru SMP-ku dulu. Hanya ada satu kontak yang masih tersimpan. Lainnya hilang karena HP sedang ada masalah.

            Wahai guruku,
            Engkaulah pelita dalam hidupku,
            Tanpamu aku tak mengenal ilmu,
            Terima kasih guruku,
            Terima kasih telah mendidikku,
            Ku tak mampu membalas semua jasamu,
            Hanya bait-bait do’a yang mampu kupanjatkan untukmu,
Dari Muridmu,
            Dwi Andayani (Alumni SMPN 1 Padas)
            Terkirim 07:32:02 25 November 2016

Hanya itu yang mampu kutuliskan. Aku tak bisa menulis panjang lebar. Kata-katanya pun juga tak beraturan. Maklum, aku bukanlah pujangga yang pandai merangkai kata.

Mataku berbinar-binar. Ada balasan SMS dari guruku.

Iya. Makasih sayang atas segala do’amu. Semoga ibu tetap bisa menjaga amanah dan bermanfaat bagi anak-anakku, murid-muridku, keluargaku, juga bangsa dan negaraku. Aamiin
Diterima 07:35:24 25 November 2016

Seketika itu pula air mataku jatuh membasahi pipiku. Hatiku tersentuh pada beliau, guruku.
Sudah sekian tahun tidak berjumpa. Tiap Hari Raya Idul Fitri aku selalu gagal datang ke rumahnya. Hanya mampu mendo’akan semoga suatu hari nanti bisa berjumpa kembali.

Terima kasih bu. Diantara ribuan murid yang telah kau didik, ternyata engkau masih mengingatku. Aku sangat merindukanmu wahai guruku. 
Read More

Thursday, September 29, 2016

Quotes 5


Jangan engkau risau akan masa depan,
Karena ALLAH sudah merencanakan,
Jangan pernah menyerah untuk berjuang,
Karena ALLAH pasti berikan kejutan.
~QuotesAnd.

Percayalah kawan. Masa depanmu sudah direncanakan. Jadi usahlah risau jika saat ini engkau dihadapkan suatu persoalan yang tak kunjung terselesaikan. Inilah cara ALLAH menguji keimanan. Semakin besar imanmu semakin besar pula ujian yang akan dihadapkan. Tapi yakinlah bahwa ALLAH itu menguji iman seseorang tidak melebihi batas kemampuan.

Hidup itu perjuangan. Maka jangan pernah lelah untuk memperjuangkan. Yakinlah bahwa ALLAH pasti akan berikan kejutan di hari kemudian. 

***
Simak dan saksikan terus karya -And ya.
Do’akan –And bisa istiqomah menulis ya.
Aamiin

@DwiAndayani
#And #SeberkasCahaya #JombloPeradaban #JombloBeriman #JombloBudiman #QuotesAnd5 #NoCopas #Asli #GaweanDewe
Read More

Tuesday, September 27, 2016

Quotes 4


Karena CINTA tak sekedar CINTA

C I N T A
Tidak bisa didefinisikan,
Sebuah rasa yang pasti dimiliki setiap insan,
Tidak berwujud tapi bisa dirasakan,
Mendapatkannya pun harus berjuang,
Tenaga, waktu, pikiran dikorbankan,
Itulah CINTA,
Karena CINTA tak sekedar CINTA.

C I N T A
Kepada siapakah CINTA yang sebenar CINTA?
Kepada manusia kah?
Atau kepada Sang Pencipta?
Mengharap CINTA pada manusia bisa membuat kita kecewa,
Mengharap CINTA pada Sang Pencipta pasti kita akan bahagia.
Buktikan saja

C I N T A
Andai engkau menginginkan CINTA,
CINTAilah Sang Pencipta sepenuhnya,
Pasti bahagia kan datang menyapa,
Dunia akhirat pun pasti kau dapatkan.

Selamat memperjuangkan CINTA yang sebenar CINTA.

***
Maaf ya gan, semua tulisanku masih berantakan.
Karena ini masih proses pembelajaran.
Menulisnya pun masih asal-asalan.
Mohon kritik dan saran, jika Anda berkenan.
Terima kasih kawan.

Simak dan saksikan terus karya -And ya.
Do’akan –And bisa istiqomah menulis ya.
Aamiin

@DwiAndayani
#And #SeberkasCahaya #JombloPeradaban #JombloBeriman #JombloBudiman #QuotesAnd4 #NoCopas #Asli #GaweanDewe


Read More

Monday, September 26, 2016

Quotes 3


X : “Sedang apa, neng?”
A : “Sedang memperbaiki diri kang. Eh, salah. Maksudku memperbaiki laptop, kang.”

Daripada tidak ada kerjaan. Bengong tidak karu-karuan. Mending kutuangkan perasaanku ke tulisan. Duh, menyenangkan.

Belajar itu tak selamanya dari buku, gan. Belajar itu dari semuanya. Misal dari apa yang kau alami hari ini. Langsung terjun ke dunia nyata. Kan kita bisa mengambil apa yang sudah kita lakukan hari ini.

Duh, sok bijak aku ini.
Sudah-sudah. Kembali lagi ke laptop.
Aku itu bingung mau menyampaikan apa terkait gambar itu. Intinya hanya “memperbaiki diri”. Sudah itu aja.

Ngomong-ngomong. By The Way. Memperbaiki diri itu penting apa nggak sih? | Penting lah.
Kapan waktunya memperbaiki diri? | Hhmm, setiap saat, gan. Mulai detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, minggu ini, bulan ini, tahun ini juga. | Duh, alay banget.

Memperbaiki diri untuk apa bray? | Duh, kamu ini. Memperbaiki diri untuk bertemu dengan-NYA. Masak memperbaiki diri untuk ketemu calon pasangan aja? (Duh keceplosan).

Contohnya apa? | Kita mulai dari hal kecil dulu. Sholat. Sudahkah sholat kita tepat waktu? Kalau misal sholat kita belum bisa tepat waktu, mulai detik ini juga diusahakan tepat waktu. Supaya apa? Supaya ALLAH semakin sayang pada kita. ALLAH aja selalu tepat waktu ngasih rejeki buat kita, masak masalah sholat saja waktunya diolor-olor kayak karet. Hhmm, sungguh T E R L A L U.

***
Yuukk kawan, kita senantiasa memperbaiki diri. Karena kita tidak tahu kapan ALLAH memanggil kita. Semoga aku, kamu dan kalian bisa berkumpul di surga sana ya. Aamiin.
***
Maaf ya gan, semua tulisanku masih berantakan.
Karena ini masih proses pembelajaran.
Menulisnya pun masih asal-asalan.
Mohon kritik dan saran, jika Anda berkenan.
Terima kasih kawan.

Simak dan saksikan terus karya -And ya.
Do’akan –And bisa istiqomah menulis ya.
Aamiin

@DwiAndayani
#And #SeberkasCahaya #JombloPeradaban #JombloBeriman #JombloBudiman #QuotesAnd3 #NoCopas #Asli #GaweanDewe
Read More

Quotes 2

Mencintaimu,
Aku terus melangitkan do’a.
Agar kita dapat berjumpa.

Mencintainya dengan penuh pengharapan,
Sering berandai-andai hingga lupa makan,
Galau pun jadi santapan,
Yang dipikirkan hanyalah keindahan,
Padahal dalam hidup pasti ada juga kesengsaraan,
Karena itu sudah menjadi satu kesatuan.

Ah, andai aku duduk bersamanya dipelaminan,
Aku pasti menemukan kebahagiaan,
Saling memandang dengan penuh kasih sayang,
Saling senyum tanda kebahagiaan,
Saling memegang erat tangan pasangan,
Duh, kebahagiaan telah datang.


Tau nggak apa yang telah ia lakukan?

Ternyata,
Eh, tak sadarkan diri ia malah duduk di kandang,
Dipandang sapi dengan penuh pengharapan,
Mengaharapkan agar ia segera memberinya makan,
Duh, sungguh keterlaluan,
Inilah yang ia dapatkan dalam angan-angan.

Makanya gan, hidup itu jangan dipenuhi dengan kegalauan.
Itulah akibatnya jika kau abaikan.
Semua yang kita kerjakan jadi berantakan.
Tidak sesuai yang kita harapkan.
Betul apa betul?

Yukk kita lanjutkan!!!

Siapa sih yang ada di benak kalian tentang siapa yang telah aku tuliskan?
Pacar? Pria idaman? Pria tampan? Atau ia yang masih dalam dekapan?

Yeee..tebakannya salah semua euy.

Cinta itu aku tujukan pada ALLAH, kawan.
Aku merindukan-NYA.
Aku ingin mencintai-NYA.
Makanya aku selalu melangitkan do’a agar kelak aku bisa bertemu dengan-NYA.
Meskipun DIA sebenarnya telah bersamaku tiap waktu, namun tetap saja aku berdo’a dan ingin bertemu dengan-NYA di syurga sana. Kalian pasti ingin bertemu dengan-NYA juga kan?
Yuukk…kita gantungkan harapan itu hanya pada-NYA saja. Jika mengharap pada manusia, pasti akan kecewa.
Ingat kata Ali bin Abi Thalib, “Aku sudah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap pada manusia.”

Maaf ya gan, semua tulisanku masih berantakan.
Karena ini masih proses pembelajaran.
Menulisnya pun masih asal-asalan.
Mohon kritik dan saran, jika Anda berkenan.
Terima kasih kawan.

Simak dan saksikan terus karya -And ya.
Do’akan –And bisa istiqomah menulis ya.
Aamiin

@DwiAndayani
#And #SeberkasCahaya #JombloPeradaban #JombloBeriman #JombloBudiman #QuotesAnd2 #NoCopas #Asli #GaweanDewe
Read More

© Seberkas Cahaya, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena