"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" QS. Ar-Rahman:55

Monday, August 27, 2018

Beginilah Jadinya Jika Punya Bakat Terpendam


Beginilah Jadinya Jika Punya Bakat Terpendam

Aku ini bisa dibilang kemaruk dalam hal kemampuan. Banyak hal yang pernah ku pelajari namun kandas tak berbekas. Memang aku ini suka hal baru tapi hal yang lama tak dirawat, seringnya gitu. Jadi sayang sekali bukan?

Aku mau cerita ya. Tapi kamu nanti jangan marahin aku setelah baca tulisanku. Karena nggak berfaedah banget sih sebenarnya. Isinya hanya curhatan-curhatan yang tak tersampaikan. Lha binggung mau ngobrol sama siapa. Daripada pemikiranku tak tersampaikan lebih baik kan dibuat tulisan. Lumayan tuh suatu saat jadi kenangan. Asyiiik…

Sudah ya. Nggak usah basa-basi. Lanjuutt…

Eh, teman-teman, aku ini bisa design. Suka banget mainan Corel Draw, Inkscape, Photoshop, dan aplikasi design lainnya. Tapi ya begitu, setelah tau dan praktek beberapa kali dan bisa dibilang aku berhasil, ku tinggal deh semuanya begitu saja.

Aku ini loh. Kok bisa-bisanya mengabaikan keahlian itu. Padahal nih, kalau keahlian itu didalami, ditekuni betul pasti bisa jadi lading penghasilan tuh. Wah, kenapa diri ini baru tersadar ya. Padahal ilmunya sudah lumayan nih, tapi ada saja alasan tertentu yang membuatku malas untuk menekuni lagi.

Padahal, saat ini aku sedang bisnis online. Tepatnya jualan buku-buku islami dan marketnya baru di Instagram aja. Ini para fans tulisanku pada punya Instagram semua kan? Follow aja yaa @cahayaislami.book sekalian follow juga @andayanid93 yang isinya curahan hati seorang Dwi. Duh, kok malah promosi yak. Yah, salah lapak deh.

Lalu, apa kaitannya design dengan bisnis online?

Kaitannya erat banget donk say. Jadi begini nih, aku kan jualan buku  di IG(red:Instagram). Pastinya butuh foto untuk diunggah bukan? Nah, untuk mempercantik foto-fotonya tentu pakai aplikasi bukan? Dikasih logo lah, label harga lah, bingkai lah, kata-kata lah, atau apalah gitu. Lebih sedap mana foto yang ala kadarnya dengan foto yang dipercantik sedemikian rupa? Jawab dalam hati aja ya. Hahaha.

Teruuss, nggak mungkin juga kan yaa foto-foto yang diupload itu hanya katalog jualan aja. Nah, bisa diselipkan quote dari ayat-ayat Al-Qur’an, Hadist, pepatah atau apa gitu. Dan dari itu pasti butuh yang namanya aplikasi design bukan?

Iya sih. Sekarang memang banyak sekali quote yang bisa kita dapatkan di postingan tetangga. Tapi jika kita bisa bikin sendiri, apa boleh buat. Skill kita lebih terlatih dan terbiasa lagi bukan?

Lalu, aku maunya juga tampilan lapak jualanku itu berbeda dengan yang lainnya. Karena aku merasa lapakku itu masih bisa dibilang biasa-biasa aja. Ya itu-itu aja tampilaannya. Buku, quote-nya nyomot punya tetangga, posisinya ya begitu-begitu saja tidak ada perubahan.

Pengen banget sih tampil beda. Bisa nggak ya? Ya harus bisa donk.

Minimal mulai bikin quote sendiri begitu. Lalu bikin buku sepaket dengan harga lebih murah dengan design tangan sendiri. Menyisipkan logo di buku agar tidak dicomot orang lain.

Ah, semua terbayang dibenakku. Dan hal harus kulakukan adalah action, action, dan action. Keinginan tanpa action bakalan kandas tak berbekas.

Yuuk semangat untuk lebih maju. Jangan hanya jalan ditempat saja. Memang butuh kkerja keras dan pemaksaan untuk kita menjjadi lebih maju. Menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. Membuktikan pada dunia bahwa kita bisa. Kita mampu seperti mereka, orang-orang sukses diluar sana. Dan aku yakin, aku, kamu, dan kita semua bisa menjadi orang sukses dunia akhirat. Bismillah. Ayo berjuang. Jangan memendam bakat yang pernah dimiliki. Kembangkan. Besarkan. Nggak usah takut akan kegagalan. Justru kegagalan adalah awal sebuah kesuksesan. Selamat berjuaang kawan.


Surabaya, 27 Agustus 2018
Celoteh tak berujung, ditulis disudut kamar yang sunyi.
~Dianda Cahaya~

Read More

Wednesday, August 8, 2018

Aku Dimasa Sekarang


Aku hidup dimasa sekarang. Tak jarang aku selalu mengingat masa laluku yang tak kuharapkan. Tapi aku yakin bahwa ini sudah skenario Tuhan. Dia tak kan membebani hambanya melebihi batas kemampuan. Dengan itu Alhamdulillah hatiku tenang.

Sesekali aku melihat kiri kanan. Teman-temanku berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari pengangguran hingga karyawan. Ada juga yang anak TK, SD hingga kuliahan. Semuanya kuanggap teman, karena aku tak pernah pandang bulu dalam berteman. Semua ini makhluk Tuhan, jadi derajatnya sama saja disisi-NYA.

Ketika aku berjalan, bertemu sosok panutan (red:teman baikku) di masjid misalnya. Masyaa Allah, aku iri dengan kesholihahannya. Kuliah sambil menghafal Al-Qur’an. Apa yang terpancar dari wajahnya itu adalah Al-Qur’an. Sejuk sekali aku memandangnya.

Mengapa nggak dari dulu aku belajar lebih rajin agar bisa masuk kampus ternama. Dapat beasiswa hingga aku tak bekerja dan bisa menghafal Al-Qur’an tanpa harus mondok bayar mahal-mahal. Bukan berarti aku tak mau bayar, tapi aku ingin meringankan beban orang tua.

Kembali lagi pada sebuah  mimpi yang pernah tertulis di kertas kusam itu. ‘Bisa kuliah sambil kerja’. Nah, salah siapa coba? Hhhmm nggak ada yang salah sih. Semuanya benar.

Jadi ternyata Allah sudah mengabulkan mimpiku itu. Aku aja yang kurang bersyukur. Ngapain juga menyesali masa lalu. Lebih baik kan aku memperbaiki masa sekarang dengan belajar dari masa lalu. Betul apa betul?

Yah, kalau difikir-fikir, manusia itu ada saja keinginannya. Ada saja yang merasa belum terpenuhi. Harusnya aku bersyukur bisa kuuliah sambil kerjaa. Lihat saja diluaraan sana. Banyak anak yang putus sekolah karena keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu.

Sudahlah, syukuri saja keadaan saat ini. Allah punya cara lain untuk menjadikanmu seperti mereka (red:orang baik). Allah telah merajut benang-benang terbaik untuk hambanya. Jangaan khawatir, rezeki tak kan tertukar. Tiap diri ini sudah ada buku perjalanan hidupya.
Read More

Tuesday, August 7, 2018

Celoteh Tak Berfaedah


Turut berduka atas kejadian semalam yang harusnya tidur nyenyak jadi beres-beres kamar karena rak buku ambrol. Gempa di Lombok, efeknya di kamarku. Ah, imajinasiku terlalu tinggi. Sssttt jangan ketawa ya, awas kalau sampai ketahuan ketawa. 

Sudah ya, tak perlu kuceritakan proses ambrolnya seperti apa dan betapa strong-nya aku yang bongkar-bongkar rak. Tang teng tang teng suara besinya yang membuatku takut membanggunkan temanku lainnya. Ah, hanya bongkar aja kok. Hahaha. Jika kuceritakan nanti kalian bakalan ngetawain aku. Sudah ya.

Dari rak buku hingga lamunanku.

Ah sangat sayang sekali jika dilewatkan begitu saja moment itu. Ia yang tak kan terulang kedua kalinya dalam hidupku. Mungkin esok akan berbeda lagi kejadian yang menimpaku. Dan lamunanku juga akan berbeda dengan hari itu.

Nah, aku akan cerita lamunanku aja ya, jangan kejadiannya. Takut nanti kalian tak bisa tahan tawa.
Jangan lupa siapkan popcorn atau apa gitu lah yang bisa dimakan. Kayak di bioskop aja ya. Udah jangan dibaca tulisan gak jelas ini.

Jadi begini lamunanku setelah beberes buku…

Melihat tumpukan buku segitu banyaknnya, hanya terselip beberapa saja tulisanku. Ah, anggap saja tulisanku tidak ada sama sekali. Hilang ditelan bumi. Lalu, kapan ya aku punya perpustakaan mini yang isinya karyaku bersama dia.

Eh, dia siapa? Iya dia lah, dia yang nantinya jadi pendamping hidupku. Siapa lagi kalau bukan suamiku. Aamiin.

Itu hanya sebuah mimpi belaka. Tapi siapa tahu Allah kabulkan. Punya perpustakaan pribadi yang isinya karya sendiri. Namun bukan berarti buku-buku lainnya ditiadakan loh, ya wajib ada donk kan buat referensi. Betul apa betul?

Namun, aku melihat potensi diri ini di dunia tulis menulis belum begitu mahir apalagi untuk istiqomah nulis. Wah Masyaa Allah, syusyah-nya inta ampun. Yah bacanya jangan fasih-fasih gitu donk. Haha.

Mungkin tiap hari bisa dikatakan rajin nulis. Nulis chat misalnya. Duh, parah sekali aku ini. Maunya punya perpustakaan pribadi tapi nulis aja nggak mau rutin tiap hari. Mau sampai kakek nenek kalau begini caranya ya kagak bakalan bisa brooo.

Maka dari itu aku berusaha memaksakan diri buat nulis tiap hari. Minimal satu kalimat lah kalau benar-benar sibuk. Satu kalimat dua kalimat kalau rutin tiap hari pasti nggak akan terasa bakalan jadi sebuah cerita. Keren kan?

Semisal aja nih, satu hari satu kalimat. Eh, kebangeten kalau Cuma satu kalimat. Ralat deh ralat, jadi satu paragraf gitu aja yaa. Lebih manteb tuh.

Nah, bayangkan aja sehari satu paragraf. Seminggu udah tujuh pargraf. Sebulan tiga puluh paragraph. Eh, sudah jadi satu cerita tuh. Keren apa keren? Teruuss, setahun dapet 30 cerita. Bisa tuh dikumpulin semua ceritanya, lalu di-print. Jadilah buku karya pribadi.

Mau nggak seperti itu? Setahu punya satu buku. Ah, aku mah mau mau aja broo.

Tapiii… ada tapinya looh. Itu hanya bayanganku belaka. Faktanya jauh dari mimpi. Ah, pengen salto kalau gini rasanya.

Kenapa nggak dari dulu aku nulis? Aku nyesel baru sekarang tergerak menulis. Udah lama sih aku terjun di dunia tulis menulis, sejak ibuku mengajariku menulis. Hahaha. Udah kamu jangan ikutan ketawa. Dosa.

Ah, kok aku nggak ngerasa nulis yaa. Padahal ini curhatan tak berfaedahku sudah dua halaman saja. Duh, menuangkan pikiran ke tulidan itu ternyata tak serumit yang aku pikirkan.

Yah walaupun tulisanku banyak yang nggak jelas dan nggak sesuai EYD kalian tetap aja membacanya. Heran deh sama yang nulis dan baca tulisan ini.

Do’akan saja ya. Semoga yang nulis dan baca ini dibberikan hidayah sama Allah untuk tergerak nulis.

Nulis itu nggak bakalan rugi. Bahkan nulis itu bisa bikin pikiran kita lebih tenang. Karena apa yang kita pikirkan sudah tertuang dalam tulisan. Lalu, suatu saat kita pasti bakalan membaca tulisan itu dan bisa mengambil sebuah pelajaran.

Tau nggak bahwa dengan menulis kita bisa masuk surga? Kok bia? Ya bisalah.

Coba bayangkan ya, kamu menulis tentang sedekah. Lalu ada satu orang yang tergerak untuk sedekah dan ia tularkan ilmunya pada orang lain. Dia juga membagikan tulisanmu di media sosial. Dan banyak orang yang tergerak dengan ajakan sedekah itu. Bukankah itu adalah sebuah jariyah? Siapa tahu itu adalah penolongmu di surga kelak. Kita kan nggak pernah tau lewat pintu mana kita bisa masuk surga.

Yuk kawan,, mumpung masih ada waktu dan kesempatan. Tulislah apa yang bisa kamu tulis. Nggak usah taaku orang lain tak mmembacanya. Yakinlah suatu saat kamu akan membutuhkannya.

Yuuk menulis!!!

Salam hangat dari Dwi Andayani yang sekarang sedang sibuk membangkitkan semangat untuk kembali di dunia tulis menulis.

Dwi rindu menulis.
Read More

© Seberkas Cahaya, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena