Aku hidup dimasa
sekarang. Tak jarang aku selalu mengingat masa laluku yang tak kuharapkan. Tapi
aku yakin bahwa ini sudah skenario Tuhan. Dia tak kan membebani hambanya
melebihi batas kemampuan. Dengan itu Alhamdulillah hatiku tenang.
Sesekali aku
melihat kiri kanan. Teman-temanku berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari
pengangguran hingga karyawan. Ada juga yang anak TK, SD hingga kuliahan.
Semuanya kuanggap teman, karena aku tak pernah pandang bulu dalam berteman.
Semua ini makhluk Tuhan, jadi derajatnya sama saja disisi-NYA.
Ketika aku
berjalan, bertemu sosok panutan (red:teman baikku) di masjid misalnya. Masyaa
Allah, aku iri dengan kesholihahannya. Kuliah sambil menghafal Al-Qur’an. Apa
yang terpancar dari wajahnya itu adalah Al-Qur’an. Sejuk sekali aku
memandangnya.
Mengapa nggak dari dulu aku belajar lebih
rajin agar bisa masuk kampus ternama. Dapat beasiswa hingga aku tak bekerja dan
bisa menghafal Al-Qur’an tanpa harus mondok bayar mahal-mahal. Bukan berarti
aku tak mau bayar, tapi aku ingin meringankan beban orang tua.
Kembali lagi
pada sebuah mimpi yang pernah tertulis
di kertas kusam itu. ‘Bisa kuliah sambil kerja’. Nah, salah siapa coba? Hhhmm nggak ada yang salah sih. Semuanya
benar.
Jadi ternyata
Allah sudah mengabulkan mimpiku itu. Aku aja yang kurang bersyukur. Ngapain
juga menyesali masa lalu. Lebih baik kan aku memperbaiki masa sekarang dengan
belajar dari masa lalu. Betul apa betul?
Yah, kalau
difikir-fikir, manusia itu ada saja keinginannya. Ada saja yang merasa belum
terpenuhi. Harusnya aku bersyukur bisa kuuliah sambil kerjaa. Lihat saja
diluaraan sana. Banyak anak yang putus sekolah karena keadaan ekonomi keluarga
yang kurang mampu.
Sudahlah, syukuri saja keadaan
saat ini. Allah punya cara lain untuk menjadikanmu seperti mereka (red:orang
baik). Allah telah merajut benang-benang terbaik untuk hambanya. Jangaan
khawatir, rezeki tak kan tertukar. Tiap diri ini sudah ada buku perjalanan
hidupya.
0 komentar:
Post a Comment