"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" QS. Ar-Rahman:55

Tuesday, August 7, 2018

Celoteh Tak Berfaedah


Turut berduka atas kejadian semalam yang harusnya tidur nyenyak jadi beres-beres kamar karena rak buku ambrol. Gempa di Lombok, efeknya di kamarku. Ah, imajinasiku terlalu tinggi. Sssttt jangan ketawa ya, awas kalau sampai ketahuan ketawa. 

Sudah ya, tak perlu kuceritakan proses ambrolnya seperti apa dan betapa strong-nya aku yang bongkar-bongkar rak. Tang teng tang teng suara besinya yang membuatku takut membanggunkan temanku lainnya. Ah, hanya bongkar aja kok. Hahaha. Jika kuceritakan nanti kalian bakalan ngetawain aku. Sudah ya.

Dari rak buku hingga lamunanku.

Ah sangat sayang sekali jika dilewatkan begitu saja moment itu. Ia yang tak kan terulang kedua kalinya dalam hidupku. Mungkin esok akan berbeda lagi kejadian yang menimpaku. Dan lamunanku juga akan berbeda dengan hari itu.

Nah, aku akan cerita lamunanku aja ya, jangan kejadiannya. Takut nanti kalian tak bisa tahan tawa.
Jangan lupa siapkan popcorn atau apa gitu lah yang bisa dimakan. Kayak di bioskop aja ya. Udah jangan dibaca tulisan gak jelas ini.

Jadi begini lamunanku setelah beberes buku…

Melihat tumpukan buku segitu banyaknnya, hanya terselip beberapa saja tulisanku. Ah, anggap saja tulisanku tidak ada sama sekali. Hilang ditelan bumi. Lalu, kapan ya aku punya perpustakaan mini yang isinya karyaku bersama dia.

Eh, dia siapa? Iya dia lah, dia yang nantinya jadi pendamping hidupku. Siapa lagi kalau bukan suamiku. Aamiin.

Itu hanya sebuah mimpi belaka. Tapi siapa tahu Allah kabulkan. Punya perpustakaan pribadi yang isinya karya sendiri. Namun bukan berarti buku-buku lainnya ditiadakan loh, ya wajib ada donk kan buat referensi. Betul apa betul?

Namun, aku melihat potensi diri ini di dunia tulis menulis belum begitu mahir apalagi untuk istiqomah nulis. Wah Masyaa Allah, syusyah-nya inta ampun. Yah bacanya jangan fasih-fasih gitu donk. Haha.

Mungkin tiap hari bisa dikatakan rajin nulis. Nulis chat misalnya. Duh, parah sekali aku ini. Maunya punya perpustakaan pribadi tapi nulis aja nggak mau rutin tiap hari. Mau sampai kakek nenek kalau begini caranya ya kagak bakalan bisa brooo.

Maka dari itu aku berusaha memaksakan diri buat nulis tiap hari. Minimal satu kalimat lah kalau benar-benar sibuk. Satu kalimat dua kalimat kalau rutin tiap hari pasti nggak akan terasa bakalan jadi sebuah cerita. Keren kan?

Semisal aja nih, satu hari satu kalimat. Eh, kebangeten kalau Cuma satu kalimat. Ralat deh ralat, jadi satu paragraf gitu aja yaa. Lebih manteb tuh.

Nah, bayangkan aja sehari satu paragraf. Seminggu udah tujuh pargraf. Sebulan tiga puluh paragraph. Eh, sudah jadi satu cerita tuh. Keren apa keren? Teruuss, setahun dapet 30 cerita. Bisa tuh dikumpulin semua ceritanya, lalu di-print. Jadilah buku karya pribadi.

Mau nggak seperti itu? Setahu punya satu buku. Ah, aku mah mau mau aja broo.

Tapiii… ada tapinya looh. Itu hanya bayanganku belaka. Faktanya jauh dari mimpi. Ah, pengen salto kalau gini rasanya.

Kenapa nggak dari dulu aku nulis? Aku nyesel baru sekarang tergerak menulis. Udah lama sih aku terjun di dunia tulis menulis, sejak ibuku mengajariku menulis. Hahaha. Udah kamu jangan ikutan ketawa. Dosa.

Ah, kok aku nggak ngerasa nulis yaa. Padahal ini curhatan tak berfaedahku sudah dua halaman saja. Duh, menuangkan pikiran ke tulidan itu ternyata tak serumit yang aku pikirkan.

Yah walaupun tulisanku banyak yang nggak jelas dan nggak sesuai EYD kalian tetap aja membacanya. Heran deh sama yang nulis dan baca tulisan ini.

Do’akan saja ya. Semoga yang nulis dan baca ini dibberikan hidayah sama Allah untuk tergerak nulis.

Nulis itu nggak bakalan rugi. Bahkan nulis itu bisa bikin pikiran kita lebih tenang. Karena apa yang kita pikirkan sudah tertuang dalam tulisan. Lalu, suatu saat kita pasti bakalan membaca tulisan itu dan bisa mengambil sebuah pelajaran.

Tau nggak bahwa dengan menulis kita bisa masuk surga? Kok bia? Ya bisalah.

Coba bayangkan ya, kamu menulis tentang sedekah. Lalu ada satu orang yang tergerak untuk sedekah dan ia tularkan ilmunya pada orang lain. Dia juga membagikan tulisanmu di media sosial. Dan banyak orang yang tergerak dengan ajakan sedekah itu. Bukankah itu adalah sebuah jariyah? Siapa tahu itu adalah penolongmu di surga kelak. Kita kan nggak pernah tau lewat pintu mana kita bisa masuk surga.

Yuk kawan,, mumpung masih ada waktu dan kesempatan. Tulislah apa yang bisa kamu tulis. Nggak usah taaku orang lain tak mmembacanya. Yakinlah suatu saat kamu akan membutuhkannya.

Yuuk menulis!!!

Salam hangat dari Dwi Andayani yang sekarang sedang sibuk membangkitkan semangat untuk kembali di dunia tulis menulis.

Dwi rindu menulis.

0 komentar:

Post a Comment

© Seberkas Cahaya, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena