"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" QS. Ar-Rahman:55

Sunday, September 9, 2018

Hariku Seperti Drama yang Tak Berkesudahan


Hariku Seperti Drama yang Tak Berkesudahan

Ini tak sekedar drama korea yang digemari anak-anak jaman now. Ini adalah sebuah drama yang mungkin tak kan terulangg kedua kalinya. Ia yang kan menjadi sebuah cerita hari ini, kenangan hari esok, dan sejarah di masa mendatang.

Ah, jangan terlalu mendramatisir. Lhha ini hanya kisah drama kemarin sore aja kok.

Jadi, kemarin itu aku ikut kelas menulis FLP di Ngagel, Surabaya. Percaya nggak kalau aku ikut FLP? Eh masih Pramuda FLP ding. Jangan percaya ya, ini hanya candaan. Nah, di perjalanan banyak banget yang nawari untuk ikut ini itu? Banyak yang ngajakin aku kesana kemari. Dan taka da satupun kegiatan yang tak ikuti. Ah, sok sibuk banget ya. Padahal hanya balas chat aja.

Lalu, sepulang dari menuntut  ilmu itu pada akhirnya aku diajak mbak Vika ke DTC. Nggak usah tak kenalin siapa mbak Vika ya, paling kamu juga nggak bakal kenal. DTC itu adalah Darmo Trade Center, pasar Wonokromo aku menyebutnya.

Disana aku diajak belanja, tapi faktanya aku disana numpang makan. Lha gimana? Mbak Vika belanja ini itu, aku duduk-duduk aja sembari menunggu. Eh ada yang jualan makanan, akhirnya aku tinggal makan deh. Ah, teman macam apa ini? Udah tinggalin aja.

Drama belum selesai. Setelah muter-muter DTC kita berduaa langsung pulang. Apa nggak pusing ya muter-muter? Ah, abaikan. Nggak lucu ya.

Sampai di kos, buka pintu kamar. Eh ada setan. Bukan. HPku bordering, ada seseorang yang menelponku. Siapa dia? Mbak syantiik. Ngomongnya biasa aja kali.

Berkali-kali di telpon nggak ku angkat. Eh, tau-tau di chat dan diajak ke dolly. Ngapain ke Dolly? Eh, jangan prasangka buruk ya. Sssttt.

Tanpa pikir panjang aku mengiyakan ajakn itu. Padahal baru saja masuk kamar loh. Alhamdulillah ini nikmat. Seribu jurus menyelesaikan tugas kos dikeluarkan. Selesai dan aku langsung berangkat ke Dolly dengan mbak Dewi.

Alhamdulillah motoran lagi. Suka banget kalau diajak motoran kemana-mana gitu. Sembari menghafalkan jalan di Surabaya. Penting aku nggak sampai menggambar jalannya ya. Ah jangan sampai deh.

Apa yang terjadi? Sampai di Dolly zonk alias oang yang dicari telah pergi. Janjiannya siang, eh didatangi malah melayag. Sabar ya mbak Dew, ini ujian kesabaran.

Pada akhirnya kami berdua mencari masjid, menenangkan diri sejenak dari kepenatan yang telah terjadi. Agar amarah tak meledak-ledak seperti bom. Nanti bahaya bisa rusak semua.

Nah, nyari masjid dan ketemu. Sampai disana masih aja bimbang bagaimana kelanjutannya. Aku diajak diskusi cuma melongo aja. Nggak tau gimana mau ngasih solusi apa. Aku pun Cuma bisa berdo’a. Semangat mbak Dew.

Adzan Ashar berkumandang. Kami berdua melaksanakan sholat lalu pulang. Tanpa membawa apa-apa, hanya ditemani sepeda motor Vario saja. Eh, sama benda mati lainnya ya. Tuuh kan mulai nggak jelas. Udah ya, jangan diterusin bacanya, nanti kamu ikutan nggak jelas.

Tak cukup sampai disini aja. Drama belum usai.

Di kos, teman-temanku ada yang ngajakin masak nasi goreng, ada yang ngajakin bantu masakin serundeng. Kamu ngajakin aku apa? Lalu, tanpa pikir panjang, aku mengiyakan karena kondisi perut sedang kelaparan.

Eh, ada temanku lagi satunya minta tolong dianterin beli kebel data. Dan aku baru ingat ada tanggungan belanja. Ya pada akhirnya setelah sholat Magrib langsung pergi belanja dan beli kabel data.

Sepulang belanja aku memenuhi janjiku pada teman-teman. Masak nasi goreng. Ada yang nyiapin nasinya, ada yang cuma bantu do’a, dan aku bagian me-ngulek bumbunya. Eh, istilahnya menghaluskan bumbu ya.

Lalu, selesai sudah nasi goreng yang kubuat. Harusnya mau buat untuk bertiga, eh malah jadinya untuk sejagad raya. Lha gimana, nasinya ternyata kebanyakan.

Alhamdulilllah, satu per satu pintu kamar ku ketok. Penghuninya keluar kamar dan ikut menyantap nasi goreng. Dan ludes dimakan sejagad raya.

Katanya sih nasi goreng pedes. Bisa dibilang nasi goreng setan, kana da mie setan nihh kalau di Surabaya. Nggak papa sih dibilang nasi goreng setan, asalkan yang setan bukan yang bikin nasi goreng.

Selesai.

Drama yang terlalu didramatisir. Padahal hanya cerita biasa aja. Kok bisa jadi tulisan ya. Ah nyesel banget kenapa nggk dari dulu-dulu nulis tulisan nggak jelas serepti ini.

Dan aku yakin ini tulisan banyak typo nya. Ah sudahlah, nanti ku edt lagi. Selamat membaca.
Eh, ada satu lagi. Semalam adalah H-1 pendaftaran lomba cerpen tingkat nasional. Dan aku nekad ikutan. Do’ain ya, lolos nggak lolos penting ikutan lomba. Cari pengalam broo. Dan ini adalah H-7 pengumpulan karya, aku pun belum nulis sma sekali. Kok bisa ya? Kalau bukan Dwi ya nggak ada. Mohon jangan ditiru ya. Berbahaya.

Sekian dan terima kasih.

Surabaya, 10 September 2018

Ditulis dalam waktu sekian menit dengan penuh kecepatan, tapi nggak selesai-selesai. Dan kondisi belum sarapan. Jadi mohon maaf kalau terdapat kekliruan. Ini asli, tanpa basa-basi. Spontanitas dan orisinal.

Sekian dan terima kasih.


Read More

Sudah Kenal Tambah Sayang


Sudah Kenal Tambah Sayang 

Sejauh ini, saya nulis di media manapun tak pernah memperkenalkan diri. Mungkin hanya sekedar tahu nama saja. Dwi gitu aja kan ya? Atau ini yang pada baca tulisan saya ada yang belum pernah ketemu saya kah? Sini, ayo kopdar.

Oke. Kenalan dulu ya. Ada pepatah mengatakan, "Tak kenal maka tak sayang". Tak tambahi sendiri boleh kan ya? " Kalau sudah kenal, ati-ati tambah sayang".

Nggak usah senyum-senyum, nggak lucu.

Perkenalkan nama saya Dwi Andayani tanpa H. Ingat-ingat ya, tanpa H. Kalau mau pakai H nanti mohon kerjasamanya untuk berkenan mengurus surat-surat kelahiran saya dan berkas-berkas penting lainnya.

Saya biasa dipanggil Dwi. Tapi kalau saya disuruh mengucapkan kata "Dwi" saat kenalan pertama kali, nama saya bisa berubah jadi Umi, Uwi, Nuwi, Ui, Upi, dan sebagainya. Makanya saya sedia bolpoint, kertas dan HP untuk nulis nama.

Kenapa kok namanya bisa berubah begitu, itu yang salah Dwi sendiri atau yang mendengarkan telinganya lagi sakit?

Mau tau jawabannya? Sini ngobrol sama Dwi. Atau follow aja IG saya @andayanid93 sekaligus @cahayaislami.book ini adalah akun jualan saya. Atau bisa langsung chat saya ke nomor 085749134559. Eh, maaf ya malah jadi promosi. Jadi salah buka lapak deh.

Oke. Kembali ke laptop.

Saya lahir pada tanggal cantik. Kok cantik? Iya donk. 212. Keren kan? Seperti wiro sableng, film jaman old.

Eh, saya mau mengartikan dibalik sebuah nama ya. Dwi itu dalam bahasa jawa adalah anak nomor dua. Andayani itu apa ya? Kalau Tut Wuri Handayani kan dari belakang memberikan dorongan. Bisa jadi Andayani itu artinya dorongan. Kalau digabungkan bisa jadi dua dorongan. Eeeaaa eeaaa...

Dari nama itu ternyata memang bisa dikatakan saya sering mendorong teman-teman saya loh. Itu katanya sih. Bukan mendorong untuk njebur sungai ya, tapi mendorong untuk selalu semangat.

Saya itu bisa dikatakan hobi banget nyemangati orang-orang terdekatku. Bahkan suatu ketika ada orang yang tiba-tiba chat saya dan minta motivasi. Please deh mas/mbak, saya bukan motivator. Tapi okelah saya tak merubah diri jadi motivator dadakan.

Oh iya, kalau ditanyai hobi saya itu suka bingung. Lha gimana ya, saya itu kalau dibilang suka nulis, tulisan saya gitu-gitu saja dan tidak setiap hari nulis. Kalau dibilang hobi baca, buku saya sedikit. Mungkin hobi baca chat ya, itu baru bener. Satu lagi, kalau dibilang hobi masak, paling bisanya masak air, mie, dan nasi.

Lalu, apa donk hobinya? Hobi saya itu suka nulis chat. Udah, itu saja. Nggak lebih kok. Kamu percaya sama saya? Lebih baik nggak usah percaya ya, percayanya sama Allah saja. Kalau percaya sama saya nanti jadi sesat.

Nah, saya itu suka banget naik sepeda motor. Kalau disuruh kemana-mana naik motor itu pasti semangat banget. Meskipun sering nyasar kemana-mana, dari situ saya malah jadi tau tempat-tempat tersembunyi, tapi bukan goa loh ya. Berarti saya bisa dikatakan hobi bersepeda motor kan ya. Nah, itu hobi saya berarti.

Dan, ketika diperjalanan sukanya memikirkan hal aneh-aneh. Seperti tulisan ini nih, dapat idenya ketika perjalanan pulang dari menuntut ilmu. Serentak otak ini terus berjalan tanpa henti. Eh, yang berjalan motornya ya, bukan otaknya.

Sekalinya dapat ide nulis, sepuluh judul pun disantap. Eiitss, sepuluh judul ya. Di bold, di italic, di underline. Sepuluh judul, bukan sepuluh karya tulisan. Jadi begini, satu (Aku Jatuh), dua (Aku Bangun), tiga (Aku Lari), empat (Aku Sakit), lima (Aku Minum Obat), enam (Aku Tidur), tujuh (Aku Bangun Tidur), delapan (Aku Mandi), sembilan (Aku Sekolah), dan sepuluh (Aku Dapat Nilai Terbaik). Tepuk tangan anak-anak.

Masyaa Allah, kalian luar biasa ya. Membaca tulisan saya dengan penuh semangat. Sampai dihitung berapa judul tulisan saya. Padahal itu hanya khayalan belaka, tanpa ada rekayasa. Murni, orisinal, asli, tanpa tambahan, apa lagi ya?

Eh, jangan ketawa. Nggak lucu.

Sebelum pembaca meluapkan kekesalannya pada saya. Saya pribadi mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tulisan ini hanyalah khayalan semata. Ada unsur kesengajaan yang tak diketahui asalnya.
Mari kita tutup tulisan ini dengan membaca Hamdallah dan do'a penutup kafaratul majelis bersama-sama.

Sekian dan terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Surabaya, 9 September 2018
Ditulis setelah makan nasi goreng.

Read More

Monday, August 27, 2018

Beginilah Jadinya Jika Punya Bakat Terpendam


Beginilah Jadinya Jika Punya Bakat Terpendam

Aku ini bisa dibilang kemaruk dalam hal kemampuan. Banyak hal yang pernah ku pelajari namun kandas tak berbekas. Memang aku ini suka hal baru tapi hal yang lama tak dirawat, seringnya gitu. Jadi sayang sekali bukan?

Aku mau cerita ya. Tapi kamu nanti jangan marahin aku setelah baca tulisanku. Karena nggak berfaedah banget sih sebenarnya. Isinya hanya curhatan-curhatan yang tak tersampaikan. Lha binggung mau ngobrol sama siapa. Daripada pemikiranku tak tersampaikan lebih baik kan dibuat tulisan. Lumayan tuh suatu saat jadi kenangan. Asyiiik…

Sudah ya. Nggak usah basa-basi. Lanjuutt…

Eh, teman-teman, aku ini bisa design. Suka banget mainan Corel Draw, Inkscape, Photoshop, dan aplikasi design lainnya. Tapi ya begitu, setelah tau dan praktek beberapa kali dan bisa dibilang aku berhasil, ku tinggal deh semuanya begitu saja.

Aku ini loh. Kok bisa-bisanya mengabaikan keahlian itu. Padahal nih, kalau keahlian itu didalami, ditekuni betul pasti bisa jadi lading penghasilan tuh. Wah, kenapa diri ini baru tersadar ya. Padahal ilmunya sudah lumayan nih, tapi ada saja alasan tertentu yang membuatku malas untuk menekuni lagi.

Padahal, saat ini aku sedang bisnis online. Tepatnya jualan buku-buku islami dan marketnya baru di Instagram aja. Ini para fans tulisanku pada punya Instagram semua kan? Follow aja yaa @cahayaislami.book sekalian follow juga @andayanid93 yang isinya curahan hati seorang Dwi. Duh, kok malah promosi yak. Yah, salah lapak deh.

Lalu, apa kaitannya design dengan bisnis online?

Kaitannya erat banget donk say. Jadi begini nih, aku kan jualan buku  di IG(red:Instagram). Pastinya butuh foto untuk diunggah bukan? Nah, untuk mempercantik foto-fotonya tentu pakai aplikasi bukan? Dikasih logo lah, label harga lah, bingkai lah, kata-kata lah, atau apalah gitu. Lebih sedap mana foto yang ala kadarnya dengan foto yang dipercantik sedemikian rupa? Jawab dalam hati aja ya. Hahaha.

Teruuss, nggak mungkin juga kan yaa foto-foto yang diupload itu hanya katalog jualan aja. Nah, bisa diselipkan quote dari ayat-ayat Al-Qur’an, Hadist, pepatah atau apa gitu. Dan dari itu pasti butuh yang namanya aplikasi design bukan?

Iya sih. Sekarang memang banyak sekali quote yang bisa kita dapatkan di postingan tetangga. Tapi jika kita bisa bikin sendiri, apa boleh buat. Skill kita lebih terlatih dan terbiasa lagi bukan?

Lalu, aku maunya juga tampilan lapak jualanku itu berbeda dengan yang lainnya. Karena aku merasa lapakku itu masih bisa dibilang biasa-biasa aja. Ya itu-itu aja tampilaannya. Buku, quote-nya nyomot punya tetangga, posisinya ya begitu-begitu saja tidak ada perubahan.

Pengen banget sih tampil beda. Bisa nggak ya? Ya harus bisa donk.

Minimal mulai bikin quote sendiri begitu. Lalu bikin buku sepaket dengan harga lebih murah dengan design tangan sendiri. Menyisipkan logo di buku agar tidak dicomot orang lain.

Ah, semua terbayang dibenakku. Dan hal harus kulakukan adalah action, action, dan action. Keinginan tanpa action bakalan kandas tak berbekas.

Yuuk semangat untuk lebih maju. Jangan hanya jalan ditempat saja. Memang butuh kkerja keras dan pemaksaan untuk kita menjjadi lebih maju. Menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. Membuktikan pada dunia bahwa kita bisa. Kita mampu seperti mereka, orang-orang sukses diluar sana. Dan aku yakin, aku, kamu, dan kita semua bisa menjadi orang sukses dunia akhirat. Bismillah. Ayo berjuang. Jangan memendam bakat yang pernah dimiliki. Kembangkan. Besarkan. Nggak usah takut akan kegagalan. Justru kegagalan adalah awal sebuah kesuksesan. Selamat berjuaang kawan.


Surabaya, 27 Agustus 2018
Celoteh tak berujung, ditulis disudut kamar yang sunyi.
~Dianda Cahaya~

Read More

Wednesday, August 8, 2018

Aku Dimasa Sekarang


Aku hidup dimasa sekarang. Tak jarang aku selalu mengingat masa laluku yang tak kuharapkan. Tapi aku yakin bahwa ini sudah skenario Tuhan. Dia tak kan membebani hambanya melebihi batas kemampuan. Dengan itu Alhamdulillah hatiku tenang.

Sesekali aku melihat kiri kanan. Teman-temanku berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari pengangguran hingga karyawan. Ada juga yang anak TK, SD hingga kuliahan. Semuanya kuanggap teman, karena aku tak pernah pandang bulu dalam berteman. Semua ini makhluk Tuhan, jadi derajatnya sama saja disisi-NYA.

Ketika aku berjalan, bertemu sosok panutan (red:teman baikku) di masjid misalnya. Masyaa Allah, aku iri dengan kesholihahannya. Kuliah sambil menghafal Al-Qur’an. Apa yang terpancar dari wajahnya itu adalah Al-Qur’an. Sejuk sekali aku memandangnya.

Mengapa nggak dari dulu aku belajar lebih rajin agar bisa masuk kampus ternama. Dapat beasiswa hingga aku tak bekerja dan bisa menghafal Al-Qur’an tanpa harus mondok bayar mahal-mahal. Bukan berarti aku tak mau bayar, tapi aku ingin meringankan beban orang tua.

Kembali lagi pada sebuah  mimpi yang pernah tertulis di kertas kusam itu. ‘Bisa kuliah sambil kerja’. Nah, salah siapa coba? Hhhmm nggak ada yang salah sih. Semuanya benar.

Jadi ternyata Allah sudah mengabulkan mimpiku itu. Aku aja yang kurang bersyukur. Ngapain juga menyesali masa lalu. Lebih baik kan aku memperbaiki masa sekarang dengan belajar dari masa lalu. Betul apa betul?

Yah, kalau difikir-fikir, manusia itu ada saja keinginannya. Ada saja yang merasa belum terpenuhi. Harusnya aku bersyukur bisa kuuliah sambil kerjaa. Lihat saja diluaraan sana. Banyak anak yang putus sekolah karena keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu.

Sudahlah, syukuri saja keadaan saat ini. Allah punya cara lain untuk menjadikanmu seperti mereka (red:orang baik). Allah telah merajut benang-benang terbaik untuk hambanya. Jangaan khawatir, rezeki tak kan tertukar. Tiap diri ini sudah ada buku perjalanan hidupya.
Read More

Tuesday, August 7, 2018

Celoteh Tak Berfaedah


Turut berduka atas kejadian semalam yang harusnya tidur nyenyak jadi beres-beres kamar karena rak buku ambrol. Gempa di Lombok, efeknya di kamarku. Ah, imajinasiku terlalu tinggi. Sssttt jangan ketawa ya, awas kalau sampai ketahuan ketawa. 

Sudah ya, tak perlu kuceritakan proses ambrolnya seperti apa dan betapa strong-nya aku yang bongkar-bongkar rak. Tang teng tang teng suara besinya yang membuatku takut membanggunkan temanku lainnya. Ah, hanya bongkar aja kok. Hahaha. Jika kuceritakan nanti kalian bakalan ngetawain aku. Sudah ya.

Dari rak buku hingga lamunanku.

Ah sangat sayang sekali jika dilewatkan begitu saja moment itu. Ia yang tak kan terulang kedua kalinya dalam hidupku. Mungkin esok akan berbeda lagi kejadian yang menimpaku. Dan lamunanku juga akan berbeda dengan hari itu.

Nah, aku akan cerita lamunanku aja ya, jangan kejadiannya. Takut nanti kalian tak bisa tahan tawa.
Jangan lupa siapkan popcorn atau apa gitu lah yang bisa dimakan. Kayak di bioskop aja ya. Udah jangan dibaca tulisan gak jelas ini.

Jadi begini lamunanku setelah beberes buku…

Melihat tumpukan buku segitu banyaknnya, hanya terselip beberapa saja tulisanku. Ah, anggap saja tulisanku tidak ada sama sekali. Hilang ditelan bumi. Lalu, kapan ya aku punya perpustakaan mini yang isinya karyaku bersama dia.

Eh, dia siapa? Iya dia lah, dia yang nantinya jadi pendamping hidupku. Siapa lagi kalau bukan suamiku. Aamiin.

Itu hanya sebuah mimpi belaka. Tapi siapa tahu Allah kabulkan. Punya perpustakaan pribadi yang isinya karya sendiri. Namun bukan berarti buku-buku lainnya ditiadakan loh, ya wajib ada donk kan buat referensi. Betul apa betul?

Namun, aku melihat potensi diri ini di dunia tulis menulis belum begitu mahir apalagi untuk istiqomah nulis. Wah Masyaa Allah, syusyah-nya inta ampun. Yah bacanya jangan fasih-fasih gitu donk. Haha.

Mungkin tiap hari bisa dikatakan rajin nulis. Nulis chat misalnya. Duh, parah sekali aku ini. Maunya punya perpustakaan pribadi tapi nulis aja nggak mau rutin tiap hari. Mau sampai kakek nenek kalau begini caranya ya kagak bakalan bisa brooo.

Maka dari itu aku berusaha memaksakan diri buat nulis tiap hari. Minimal satu kalimat lah kalau benar-benar sibuk. Satu kalimat dua kalimat kalau rutin tiap hari pasti nggak akan terasa bakalan jadi sebuah cerita. Keren kan?

Semisal aja nih, satu hari satu kalimat. Eh, kebangeten kalau Cuma satu kalimat. Ralat deh ralat, jadi satu paragraf gitu aja yaa. Lebih manteb tuh.

Nah, bayangkan aja sehari satu paragraf. Seminggu udah tujuh pargraf. Sebulan tiga puluh paragraph. Eh, sudah jadi satu cerita tuh. Keren apa keren? Teruuss, setahun dapet 30 cerita. Bisa tuh dikumpulin semua ceritanya, lalu di-print. Jadilah buku karya pribadi.

Mau nggak seperti itu? Setahu punya satu buku. Ah, aku mah mau mau aja broo.

Tapiii… ada tapinya looh. Itu hanya bayanganku belaka. Faktanya jauh dari mimpi. Ah, pengen salto kalau gini rasanya.

Kenapa nggak dari dulu aku nulis? Aku nyesel baru sekarang tergerak menulis. Udah lama sih aku terjun di dunia tulis menulis, sejak ibuku mengajariku menulis. Hahaha. Udah kamu jangan ikutan ketawa. Dosa.

Ah, kok aku nggak ngerasa nulis yaa. Padahal ini curhatan tak berfaedahku sudah dua halaman saja. Duh, menuangkan pikiran ke tulidan itu ternyata tak serumit yang aku pikirkan.

Yah walaupun tulisanku banyak yang nggak jelas dan nggak sesuai EYD kalian tetap aja membacanya. Heran deh sama yang nulis dan baca tulisan ini.

Do’akan saja ya. Semoga yang nulis dan baca ini dibberikan hidayah sama Allah untuk tergerak nulis.

Nulis itu nggak bakalan rugi. Bahkan nulis itu bisa bikin pikiran kita lebih tenang. Karena apa yang kita pikirkan sudah tertuang dalam tulisan. Lalu, suatu saat kita pasti bakalan membaca tulisan itu dan bisa mengambil sebuah pelajaran.

Tau nggak bahwa dengan menulis kita bisa masuk surga? Kok bia? Ya bisalah.

Coba bayangkan ya, kamu menulis tentang sedekah. Lalu ada satu orang yang tergerak untuk sedekah dan ia tularkan ilmunya pada orang lain. Dia juga membagikan tulisanmu di media sosial. Dan banyak orang yang tergerak dengan ajakan sedekah itu. Bukankah itu adalah sebuah jariyah? Siapa tahu itu adalah penolongmu di surga kelak. Kita kan nggak pernah tau lewat pintu mana kita bisa masuk surga.

Yuk kawan,, mumpung masih ada waktu dan kesempatan. Tulislah apa yang bisa kamu tulis. Nggak usah taaku orang lain tak mmembacanya. Yakinlah suatu saat kamu akan membutuhkannya.

Yuuk menulis!!!

Salam hangat dari Dwi Andayani yang sekarang sedang sibuk membangkitkan semangat untuk kembali di dunia tulis menulis.

Dwi rindu menulis.
Read More

Tuesday, May 22, 2018

Hanya Ingin Bercerita Saja


Hanya Ingin Bercerita Saja

Allah tuh sayang banget sama hambanya. Percaya nggak? Harus percaya lah.
Kalau disuruh menghitung nikmat Allah yan sudah diberikan ke kita, kamu bisa nggak? Pasti nggak bisa kan, nggak bakalan habis dah.

Nah, karena Allah sudah baik pake banget terus kita udah beryukur apa belum hari ini. Salah satunya dengan mengucapkan Hamdallah. Bareng-bareng yuuuk. Alhamdulillaah 3x.

Sudah lama Dwi nggak  nulis rasanya kaku. Maaf ya kalau tulisannya nggak enak dibaca.
Aku ada sedikit cerita nih tentang kejadian beberapa hari ini. Tentang sebuah islam, persaudaraan yang begitu indah.

Taraaa…

Selamat berselancar... Maksudku membaca.

Sebelumnya maaf ya beberapa nama yang kusebut disini, siapa tahu suaatu saat jika aku sudah tua dan lupa siapa nama kalian aku bisa mengingatnya dengan membaca blog ku ini.

Oke. Lanjutkan membaca ya. Nggak usah siap-siap tisu segala, nggak bakal bikin kamu nangis kok. Mungkin hanya sedikit tersentuh hatimu. Eh. Nggak juga kok.

Senin, 21 Mei 2017 tepatnya, aku disuruh sahabatku yang jauh disana (Anik Nur Farikah) untuk ke dokter karena suhu badanku naik. Aku bilang padanya bahwa aku sudah baik-baik saja. “Halah, panas kek gini mah sudah bisa nik, paling nanti juga sembuh,” aku mengabaikan.

Akhirnya setelah tak fikirkan akhirnya hatiku diluluhkan Anik buat periksa. Tapi apalah daya, jarum jam menunjuk diangka 10. Itu berarti tiket antrian periksa di dokter yang baik hati itu sudah habis plus karena hari senin, jadi pasti rame banget.

Lalu, aku meminta bantuan ke temn-temen kos. Alhamdulillah pada sibuk dengan UAS dan tugasnya masing-masing.


“Hhmm, gpp deh. Memang sedang ada amanah sendiri-sendiri buat mereka. Bismillah, aku coba menghubungi yang lain aja deh. Siapa tahu ada yang bisa belikan aku obat. Ya setidaknya bisa meredakan panasku,” gumanku dalam hati.

Satu dua tiga temanku kuhubungi. Belum ada sama sekali yang bisa membantuku untuk sekedar membelikan obat dan makanan.

Maaf, bukannya manja atau bagaimana ya. Dwi itu kalau sudah sakit panas susah banget buat ngapa-ngapain. Apalagi kalau panas tinggi, jadi sekujur tubuh itu rasanya sakit semua. Bisa jalan mungkin ya sekedar ke kamar mandi aja, itupun dipaksain. Jadi, maaf ya kalau selama ini Dwi banyak merepotkan.

Ini baru sakit di dunia vroh, kalau di akhirat kayak apa. Makanya, persiapkan mulai dari  sekarang bekal untuk bertemu sama Allah.

Alhamdulillah ada salah satu rekan kerjaku yang bisa membantuku. aku di SMAIT Al Uswah, dia di SMPIT  Al Uswah. Beda unit tapi satu yayasan, dia namanya Uly Aldini. Seorang akhwat energik yang katanya pengen ke Jepang 2019. Uuppss Aamiin.

Aku nggak meyangka bahwa mbk Uly bisa membantuku padahal jaraknya yang ditempuh cukup jauh dan ia pun berada ditengah jam kerja. Alhamdulillah dia diijinkan untuk keluar.

Setengah jam kemudian ia datang dengan membawa seperangkat alat sholat. Eh maksudku seperangkat makanan dan obat. Senyumnya yang begitu ikhlas ketika ia masuk pintu kamarku.

Rasanya aku rindu sama dia karena sudah lama tak berjumpa. Itulah wanita, bisa menahan rindu di dada tapi tak bisa menahan cemburu yang membara. Lah ini, maafkan ya netizen, hanya pengalihan isu saja.

Dua orang yang bisa dikatakan tak pernah ketemu, sekali ketemu langsung ngobrol ini itu. Alhamdulillah masih bisa merasakan nikmatnya bertemu saudara di dunia dan semoga kelak bisa bertemu juga di Jannah. Aamiin.

Karena masih masuk waktu kerja, ia tak bisa lama-lama berbincang denganku. Aku pun tak segan-segan mengucapkan terima kasih padanya dan banyak mendo’akannya. Karena sudah meluangkan waktunya. Ia pun tersenyum bahagia.

Sahabatku yang jauh disana juga tak pernah hentinya menanyakan bagaimana keadaaanku saat ini. Masyaa Allah nikmat sekali Allah pertemukan dengan orang-orang baik di dunia ini.

Selasa, 22 Mei 2017 itu aku merasa tenggorokan itu gatal banget. Panas sudah mereda tapi kepala mendadak pusing. Anik dan mbak Uly menyarankan untuk minum obat herbal racikan sendiri. Sederhana saja, hanya madu, jeruk nipis dan air hangat saja. Alhamdulillah tenggorokan lega, tapi masih belum bisa benar-benar membaik.

Disarankan Anik untuk ke dokter, Dwi yang ngeyel lagi. Udah nanti pasti sembuh. Lalu, apa yang terjadi. Qodarullah, tenggorokanku makin sakit dan aku minta bantuan mbak Uly lagi untuk membelikan madu dan jeruk nipis.

Sepulang kerja ia mampir ke kos lagi untuk sekedar megantarkan pesananku. Terima kasih banyak mbak Uly. Kebaikanmu akan dibalas sama Allah dengan yang berlipat. Aamiin.

Karena sore itu aku merasa keadaan makin memburuk, Aku usahakan istirahat lebih awal agar keadaaan esoknya lebih baik. Namun, apa yang terjadi? Aku nggak bisa tidur sama sekali. Lihat jarum jam menunjuk angka 8, pertanda sudah sejam aku berusaha tidur.

Keadaan makin membuatku tercekik ketika mengetahui bahwa aku tuh berusaha bicara tapi nggak keluar suara. Wah, ada apa ini? Berkali-kali aku coba bicara tetep aja nggak bisa.

Segeralah aku ngambil HP dan bikin status di WA, siapa aja yang longgar detik ini juga. Help Me Please. Urgent.

Satu dua temanku membaca statusku, Alhamdulillah salah satu pengurus KLIK Surabaya fast respon dan langsung mengkomando temen KLIK lainnya di grup. Lalu, muncullah mbak Dewi Susanti yang baik hati. Hehehe. Alhamdulillah ia bersedia mengantarkanku ke Klinik.

Jam 9 malam baru bisa beraangkat karena ada sedikit kendala. Alhamdulillah lagi, Klinik yang aku tuju itu masih buka. Sebelumnya aku sudah mempersiapkan tulisan tentang keluhan sakitku ini. Sampai obat dan herbal apa saja yang sudah ku konsumsi pun juga ku tuliskan. Alhamdulillah sampai sana langsung tak kasihkan. Periksa daran dan bla bla bla. Selesai sudah periksanya malam itu. Sekitar jam setengah sepuluhan baru sampai kos lagi.

Alhamdulillah, kondisi hari Rabu ini sudah agak membaik. Terima kasih untuk kalian yang hadir dalam hidupku. Semoga Allah mengumpulkan kita di Jannah. Aamiin aamiin aamiin ya robbbal ‘alamiin

Mbak Dewi, ia yang sibuk sekali. Katanya besok Rabu akan sidang progres, tapi masih bisa meluangkan waktunya untuk mengantarkanku malam itu. Entah aku tidak tahu apa yang sedang ia lakukan saat itu, belajarlah, sibuk apalah, pokoknya mbak Dewi dan Allah yang Maha Tahu. Rasa itu tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, semua rasa bahagia dan haru jadi satu. Siapa tahu ini adalah salah satu jalan pembuka dimudahkannya sidang mbak Dewi Rabu ini. Masyaa Allah rencana Allah jauh lebih indah.

Mbak Dewi, semoga sidangnya dimudahkan, dilancarkan hingga wisuda. Dimudahkan segala urusannya ya. Aamiin. Semoga bisa wisuda tahun 2018 ini  juga. Dapat ijasah dan ijab-sah. Uuppss. Aamiin.

Siapa yang menggerakkan hati mbak Dewi, Anik, mbk Uly da teman-teman yang lain jika kalau bukan Allah? Masyaa Allah. Hingga saat ini amsih terkenang kebaikan-kebaikan kalian. Untuk nama kalian yang belum kusebut, maafkan ya. Mungkin Dwi khilaf dan mohon kelapangan hatinya untuk mengikhlaskan dan bisa menghubungi Dwi lewat media.

Maka dari itu, jangan remehkan kebaikan sekecil apapun itu. Siapa tahu itu adalah pembuka masalahmu, pembuka rezekimu, pembuka pintu surgamu. Apalagi ini adalah dibulan ramdhan. Insyaa Allah pahalanya berlipat.
Read More

Wednesday, March 28, 2018

Obrolan Siang Bolong


Obrolan Siang Bolong

Ini adalah hari ketiga pernikahanku, masih cuti dalam masa kerjaku. Begitu pula dengan abang yang juga cuti dari tempat kerjanya selama dua minggu. Alhamdulillah aku benar-benar bisa mengenal abang dengan waktu yang lumayan lama untuk kali pertama berpacaran setelah nikah.

Secangkir teh dan sepiring biskuit telah ku hidangkan di meja makan untuk menemani obrolan siang itu. Segeralah abang menghampiri dan duduk berdua denganku.

“Bang, abang masih ingin tetap bekerja di kantor kah?” tanyaku penasaran sambil membenarkan dudukku di kursi. Menyandarkan kepalaku ke pundaknya.

“Kenapa adek tanyak begitu, sayang?” jawabnya tersenyum ramah.

“Hhhmm, kalau adek sih pengen resign bang. Sesuai dengan komitmen adek waktu kita ta’aruf itu. Ya nggak papaa sih bang, cuma abang ngijinkan adek untuk resign kan?” aku meyakinkan.

“Iya adek sayang. Apa sih yang nggak untuk kamu, dek? Apapun akan abang berikan asal adek bahagia sekalipun nyawa abang taruhannya,” ia mulai menggombal.

“Ah abang bisa aja. Adek resign sekalian nungu setelah lebaran aja ya bang. Agar nanti bisa ikut Halal Bi Halal di kantor.”

“Siap sayang,” abang memandangku dengan syahdu.

Alhamdulillah baru tiga hari Allah kasih aku kenikmatan yang luar biasa. Allah datangkan sosok pendamping hidup yang begitu istimewa. Semoga tidak hanya tiga hari ini saja, tiga hari esok dan seterusnya akan tetap sama dan akan lebih baik lagi. Aamiin.

Kebahagiaan semasa jomblo dengan sekarang sudah jauh berbeda. Ada rasa  nyaman dan tentram tersendiri yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Allah hadirkan kebahagiaan yang penuh makna juga tiada tara.

Setelah nikah memang komitmenku adalah ingin terjun dan fokus jualan online. Selain bekerjanya di rumah juga tidak terikat waktu, jadi lebih leluasa untuk melakukan ini itu. Jika pun aku sudah dikaruniai anak, aku akan lebih mudah mengawasinya tanpa takut kekurangan waktu bersamanya. Juga bebas memilih waktu untuk beraktivitas dan tentunya akan lebih baik jika waktu dimanajemen dengan baik dengan membuat schedule sehari-hari. Itu akan mempermudah kegiatan apa saja yang harus dilakukan hari itu ataupun esoknya.

Read More

Monday, March 26, 2018

Pagi yang Cerah

Pagi yang Cerah


"Dik, bangun. Ayo Qiyamullail. Sudah jam 3 pagi loh," abang membangunkanku dengan lembut. Memanggilku berkali-kali.

"Hhmm..." mataku masih terpejam.

"Wah, adik ini. Ayolah bangun," abang menciumku.

"Ah abang, bikin adik kaget aja," aku terperanjat, bangun dan tersipu malu.

"Adik sih dibangunin nggak bangun-bangun. Maafkan Abang ya sudah ngagetin adik," ia memandangku dengan tersenyum.

"Iya bang. Adik yang justru minta maaf. Adik tak wudhu dulu ya bang."

"Iya tuan putri," sesekali abang usil padaku.

Setelah usai Qiyamullail, aku diajak abang mengaji. Mentadaburi ayat-ayat Allah. Menunggu hingga adzan subuh berkumandang. Lalu, kami berdua berjalan bersama menuju masjid untuk sholat subuh berjamaah. Alhamdulillah Allah masih berikan kesempatan nikmat dan kesehatan untuk bisa sholat jama'ah subuh ke masjid.

Begitu selesai sholat langsung pulang dan disepanjang​ perjalanan itu sambil al-Ma'tsurat​ berdua. Sampai di rumah langsung ganti baju dan siap-siap menuju pasar untuk belanja. Tiap hari aku masak sendiri karena abang lebih suka masakanku ketimbang beli diluar. Selain lebih hemat, rasanya juga lebih nikmat. Kata abang sih gitu. #ketawamalu

Tiap pagi abang membangunkanku. Tapi jika ia sangat kelelahan setelah pulang kerja, biasanya aku yang bangun duluan dan membangunkannya.

Abang mengantarkanku ke pasar juga tiap hari. Per-bulan menu masakan sudah dijadwalkan jadi pasti sudah kepikiran mau masak dan belanja apa dihari itu. Ini lebih memudahkanku dan mempersingkat waktu.

Aku pun tak lupa selalu membawakannya bekal untuk makan siang di tempat kerjanya. Abang sangat menyukainya dan ia sama sekali tak pernah makan diluar keculai jika ada meeting diluar. Itupun pasti abang selalu membawakan apa yang ia makan saat itu.

Alhamdulillah aku bersyukur sekali punya abang yang sangat pengertian. Semoga aku bisa jadi makmum yang terbaik untuk abang. Aamiin.
Read More

Celoteh Tengah Malam

  • Celoteh Tengah Malam

    "Dik, maafkan abang yang belum sempurna untukmu," kata abang menatap wajahku dengan haru.

    "Loh, minta maaf kenapa bang?" Aku terkejut lalu memeluknya.

    "Dik, bagaimana aku tidak mencintaimu sementara Allah sangat mencintaiku. Mempertemukanku dengan tulang rusukku yang mau menerima dengan segala kekuranganku. Abang bukan siapa-siapa, hanya seseorang yang berusaha menjadi imam terbaik untukmu," katanya penuh syahdu.

    "Bang, apalah adik. Adik hanya seseorang yang Allah ciptakan untuk jadi tulang rusukmu, makmum dunia akhiratmu. Insyaa Allah. Maafkan adik juga jika sepanjang perjalanan nanti abang temukan banyak kekurangan," balasku.

  • "Dik, seperti yang adik katakan barusan. Abang juga minta maaf jika banyak kekurangan. Mari kita saling melengkapi, menguatkan satu sama lain untuk berjalan bersama hingga surga. Menempuh perjalanan ini dengan suka cita dan niatkan semuanya untuk ibadah karena DIA ya," pelukannya makin erat.

    "Iya bang. Adik sangat bahagia bertemu abang," aku menangis dipelukannya.

    "Dik, semua ini karena Allah yang mempertemukan kita. Abang janji akan berusaha menjadi imam terbaik untukmu dik, apapun rintangan yang harus abang hadapi pasti abang siap," ia melepas pelukannya lalu mengajak duduk dan saling bertatap muka.

    "Dik, abang akan menjagamu. Mencintaimu sepenuh hatiku. Abang sudah mengambil dirimu dari kedua orang tuamu. Mereka membesarkanmu dari lahir hingga dewasa ini. Tiba-tiba abang datang begitu saja, mengambilmu tanpa belas kasihan, menjadikanmu permaisuriku," lanjutnya sambil mengusap lembut kepalaku lalu kusandarkan kepalaku di pundaknya.

    "Abang janji dek, janji akan membahagiakanmu. Abang sangat mencintaimu, dik. Kedua orang tuamu adalah orang tuaku, begitu pula sebaliknya. Ayo kita sama-sama berjuang untuk membahagiakan mereka juga. Kita sama-sama berbakti pada mereka mumpung Allah masih memberikan kesempatan. Mumpung Allah masih berikan usia yang barokah untuk mereka."

    "Iya bang. Adik sudah menganggap kedua orang tuamu juga orang tuaku. Nasehati adik yang bang kalau selama perjalanan ini adik salah dalam bertingkah maupun berucap," aku menatapnya dengan penuh senyuman.

"Iya adik sayang, pasti abang nasehati. Adik juga gitu, tidak usah segan-segan untuk minta apapun ke abang. Abang usahakan akan memenuhi semua apa yang adik inginkan. Ya sudah yuk dek, sudah malam. Kita istirahat yuk," ajaknya padaku. "Iya bang. Kita wudhu dulu yuk." "Iya. Ayo..." Usai sudah celoteh malam itu. Segeralah mereka menuju kamar tidur dan istirahat.
Read More

Sunday, March 18, 2018

Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?



Ayat favorit selama aku dekat dengan Al-Qur’an. Surah pertama kali yang dibacakan oleh Muhammad Taha Al Junayd ,  Surah Ar Rahman namanya. Nah, aku jatuh cinta itu sejak pertama mengenalnya. Semakin banyak mencari video-videonya, aku pun juga semakin jatuh cinta dengan Al-Qur’an.

Dulu yang awalnya hanya dibaca ketika ramadhan tiba, sejak saat itu jadi bacaan waajib tiap hari. Mungkin Allah turunkan hidayah lewat ayat tersebut. Aku pun dulu sering menirukan suaranya. Hingga teman-temanku mengira aku menyanyi, padahal aku sedang tilawah.

Jadi, ayat ini jadi mantra tiap hari. Selain bacaan hamdalah sebagai wujud rasa syukur, seringkali aku mengingat ayat ini. Rasanya lega sekali ketika Allah beri kenikmatan bertubi-tubi.

Setiap masalah yang dihadapi pun pasti Allah selipkan hikmah di dalamnya. Jika hidup ini karena Allah, pasrah sama Allah, sudah deh kamu pasti nggak bakalan mengeluh dengan apa saja yang kamu hadapi. Rasa lalahmu pun akan jadi Lillah. Semua yang kamu lakukan akan bernilai ibadah.

Jika Allah sudah ngasih kamu oksigen gratis, apa iya kamu akan meninggalkan sholat yang hany alima waktu itu? Tega banget sih kalau memang meninggalkannya. Cob ajika oksigennya itu bayar, kamu nggak akan kuat bayar. Uangmu nggak bakalan cukup untuk menggantinya.

Sudah deh, mulai sekarang kita jalankan perintah-NYA dan jauhi larangan-NYA. Allah nggak bakalan ngecewain hanma-NYA kok. Yakin aja deh.

Read More

Friday, February 9, 2018

Akankah Kamu Berhenti Berdo’a?


Akankah Kamu Berhenti Berdo’a?

Sudah berapa kali kamu berdo’a sepanjang hidupmu? Tentu kita sebagai umat muslim yang dirahmati Allah pasti akan menjalankan kewajiban yang namanya ibadah sholat. Lima waktu yang sudah ditentukan dan setidaknya minimal lima kali kita berdo’a tiap harinya.

Lalu, pernahkah kamu merasa kecewa atas tidak terkabulnya do’amu? Pernah, tapi pasti Allah ganti yang lebih baik. Benar apa benar? Atau jangan-jangan selama ini kamu kecewa lalu menghilang begitu saja padahal Allah telah mengganti dengan yang lebih baik dan kamu tak memperhatikannya. Naudzubillah.

Jangan pernah berhenti meminta karena Allah pun tak pernah berhenti memberi sekalipun kita tak meminta. Allah baik banget kan? Sangat baik. Tiada yang melebihi kebaikan-NYA. Setuju apa setuju banget?

Nah, pernahkah kamu menghitung kenikmatan yang telah Allah berikan kepada kita? Pernah, tapi tiada habisnya dan aku pasti tak akan mampu menghitunnya. Aku hanya mampu mensyukurinya. Syukur saja pun rasanya masih kurang. Semoga Allah merahmati setiap syukur kita. Aamiin.

Jika sudah tahu betapa besar kenikmatan Allah yang Dia berikan padamu, akankah kamu akan berhenti berdo’a? Tidak. Aku tidak akan pernah berhenti untuk berdo’a sampai akhir hayatku kelak. Seandainya pekerjaanku hanya berdo’a saja, sepanjang hidupku untuk berdo’a pun permintaanku tak akan ada habisnya.


Manusia itu banyak mintanya tapi sedikit sekali syukurnya. Iya apa iya? Naudzubillah, semoga kita bukan termasuk dari bagiannya. Semoga kita termasuk umat yang senantiasa bersyukur atas kenikmatan yang telah Allah berikan kepada kita.
Read More

Saturday, January 20, 2018

Karya


K A R Y A

Melihat foto tersebut mengingatkanku akan sebuah perjuangan yang hasilnya sungguh tak disangka-sangka. Ditengah-tengah kesibukanku mempersiapkan ujian sekolah kelas XII, aku diamanahi untuk ikut mendampingi adik-adik PMR yang akan ikut JUMBARA 2013.

“Kalau tahun ini pulang JUMBARA tidak membawa piala, tahun depan kita tidak boleh kemah diluar sekolah,” tegas Pak Slamet Riyadi pembina PMR di sekolah kami.

Wah, aku harus bagimana Ya Allah? Aku ikut memikirkan nasib adik-adikku selanjutnya. Kasihan dengan mereka kalau tidak kemah diluar sekolah.

JUMBARA dilaksanakan selama 5 hari. Posisiku waktu itu benar-benar mendesak. Mengikhlaskan pelajaran sekolah begitu saja atau membiarkan adik-adik berjalan sendiri.

Sampai rumah, aku ijin kedua orang tua untuk ikut JUMBARA. Alhamdulillah. Aku mantab untuk memilih ikut JUMBARA. Insyaa Allah ada sahabatku yang siap membantuku jika aku ketinggalana pelajaran.

Aku seringkali meninggalkan pelajaran karena sibuk ngurus JUMBARA. Membagi-bagi lomba tiap anak. Dan kebetulan aku diamanahi lomba “Album Kenangan” dan satunya aku lupa ikut lomba apa.
Waktu itu aku dibantu sama Danik, teman sekelasku. Siswa kelas XII yang diambil hanya 2 siswi dan 3 siswa. Disela-sela pulang sekolah lah aku menyempatkan untuk mecari ide yang tepat untuk membuat album kenangan.

Tepatnya di selatan perempatan Kartonyono Ngawi, barat jalan itu ada studi foto yang menyediakan album foto mulai dari yang sederhana hingga yang luar biasa.

Kupilihlah album yang sederhana itu. Sampulnya berwarna gold, dalamnya kertas tebak warna hitam. Kata bapak penjualnya itu, jika ingin menempelkan fotonya harus pake double tape. Alhamdulillah aku sudah terbayangkan apa yang akan aku buat nanti.

Sampai rumah, aku tidak bisa istirahat, karena masih kepikiran dengan apa aku akan menghias album ini. Melihat di sudut kamarku ada kertas origami, muncullah ide itu. Menempeli lagi album di dalamnya dengan kertas origami. Jadilah albumnya seperti yang di gambar. Seluruh foto sudah ku potongi. Kata pembinanya, album boleh dihias keseluruhan ketika lomba sudah dimulai di tempat.

Malam itu, lomba dimulai. Suara gemuruh di lapangan mulai terdengar. Ada panggilan untuk yang mengikuti lomba album kenangan, aku dan Danik menuju tempat lomba. Jantung ini rasanya semacam mau copot. Mengikuti lomba se-kabupaten yang sebelumnya belum pernah aku ikuti.
Bismillah. Menang atau kalah itu bukan masalah, yang penting aku sudah maju dan tak mau menyerah. Itu prinsipku seketika itu.

Melihat karya dari sekolah lain bagus-bagus. Dan bagiku mereka layak jadi pemenang. Apalah karyaku yang masih abal-abal. Ungkapku dalam hati. Lalu, ku buang semua pikiran buruk itu. Aku yakin lomba kali ini dapat nilai baik. Aku menyemangati diri.

Detik-detik terakhir pengumpulan dan langsung dinilai oleh juri. Danik dibelakangku, akuyang maju ke depan juri untuk presentasi. Menyatakan lasan-alasan kenapa aku membuat album seperti itu. Kujabarkan sebisaku, semaksimal mungkin semua pertanyaan terjawab.

Badanku sebenarnya panas dingin alias demam panggung. Tapi aku berusaha tidak memperlihatkan kegugupanku itu. Alhamdulillah dapat kritikan sedikit saja. dapat nilai 88 dan 92.

Masyaa Allah. Balik ke tenda aku dan danik langsung loncat-loncat. Dan yakin bakalan dapat juara. Entah juara berapa. Karena kau tahu sekolah lain banyak yang dapat nilai dibawah 70.

Aku dan teman-teman lain memperbanyak do’a. Semoga PMR dari sekolah kami bisa membawa pulang piala. Satu saja tidak apa-apa.

Di akhir acara ada pengumuman pememang JUMBARA. Inilah saat yang dinanti-nanti. Semua penghuni tenda saat itu terdiam semua. Mendengarkan secara seksama suara yang menggelegar itu.
“… teladan 2 Album kenang diraih oleh SMK PGRI 4 Ngawi…” kata bapak yang mengumumkan pemenang.

“Horeeeeeee…..”

Seluruh teman-teman saling berpelukan. Loncat-loncat kegirangan. Apalagi pak Slamet, Masyaa Allah girangnya minta ampun. Alhamdulillah akhirnya pulang bawa piala meskipun hanya satu.
Ini satu-satunya foto ketika aku bawa piala. Masyaa Allah wajahnya itu looh, 5 hari di lapangan sudah berubah total. Haha.


Syukurlah sedikit ada kenangan dari sekolahku. Alhamdulillah sekarang makin maju saja. Semoga makin jaya sekolahku. Maafkan saya, Dwi yang masih belum bisa membanggakan sekolah. Mungkin Dwi hanya mampu menjaga nama baik sekolah saja.


Jayalah sekolahku. SMK PGRI 4 Ngawi.

Salam PMR. Inter Arma Carietas  #senyum
Read More

© Seberkas Cahaya, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena