"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" QS. Ar-Rahman:55

Monday, March 26, 2018

Celoteh Tengah Malam

  • Celoteh Tengah Malam

    "Dik, maafkan abang yang belum sempurna untukmu," kata abang menatap wajahku dengan haru.

    "Loh, minta maaf kenapa bang?" Aku terkejut lalu memeluknya.

    "Dik, bagaimana aku tidak mencintaimu sementara Allah sangat mencintaiku. Mempertemukanku dengan tulang rusukku yang mau menerima dengan segala kekuranganku. Abang bukan siapa-siapa, hanya seseorang yang berusaha menjadi imam terbaik untukmu," katanya penuh syahdu.

    "Bang, apalah adik. Adik hanya seseorang yang Allah ciptakan untuk jadi tulang rusukmu, makmum dunia akhiratmu. Insyaa Allah. Maafkan adik juga jika sepanjang perjalanan nanti abang temukan banyak kekurangan," balasku.

  • "Dik, seperti yang adik katakan barusan. Abang juga minta maaf jika banyak kekurangan. Mari kita saling melengkapi, menguatkan satu sama lain untuk berjalan bersama hingga surga. Menempuh perjalanan ini dengan suka cita dan niatkan semuanya untuk ibadah karena DIA ya," pelukannya makin erat.

    "Iya bang. Adik sangat bahagia bertemu abang," aku menangis dipelukannya.

    "Dik, semua ini karena Allah yang mempertemukan kita. Abang janji akan berusaha menjadi imam terbaik untukmu dik, apapun rintangan yang harus abang hadapi pasti abang siap," ia melepas pelukannya lalu mengajak duduk dan saling bertatap muka.

    "Dik, abang akan menjagamu. Mencintaimu sepenuh hatiku. Abang sudah mengambil dirimu dari kedua orang tuamu. Mereka membesarkanmu dari lahir hingga dewasa ini. Tiba-tiba abang datang begitu saja, mengambilmu tanpa belas kasihan, menjadikanmu permaisuriku," lanjutnya sambil mengusap lembut kepalaku lalu kusandarkan kepalaku di pundaknya.

    "Abang janji dek, janji akan membahagiakanmu. Abang sangat mencintaimu, dik. Kedua orang tuamu adalah orang tuaku, begitu pula sebaliknya. Ayo kita sama-sama berjuang untuk membahagiakan mereka juga. Kita sama-sama berbakti pada mereka mumpung Allah masih memberikan kesempatan. Mumpung Allah masih berikan usia yang barokah untuk mereka."

    "Iya bang. Adik sudah menganggap kedua orang tuamu juga orang tuaku. Nasehati adik yang bang kalau selama perjalanan ini adik salah dalam bertingkah maupun berucap," aku menatapnya dengan penuh senyuman.

"Iya adik sayang, pasti abang nasehati. Adik juga gitu, tidak usah segan-segan untuk minta apapun ke abang. Abang usahakan akan memenuhi semua apa yang adik inginkan. Ya sudah yuk dek, sudah malam. Kita istirahat yuk," ajaknya padaku. "Iya bang. Kita wudhu dulu yuk." "Iya. Ayo..." Usai sudah celoteh malam itu. Segeralah mereka menuju kamar tidur dan istirahat.

0 komentar:

Post a Comment

© Seberkas Cahaya, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena