"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" QS. Ar-Rahman:55

Wednesday, March 28, 2018

Obrolan Siang Bolong


Obrolan Siang Bolong

Ini adalah hari ketiga pernikahanku, masih cuti dalam masa kerjaku. Begitu pula dengan abang yang juga cuti dari tempat kerjanya selama dua minggu. Alhamdulillah aku benar-benar bisa mengenal abang dengan waktu yang lumayan lama untuk kali pertama berpacaran setelah nikah.

Secangkir teh dan sepiring biskuit telah ku hidangkan di meja makan untuk menemani obrolan siang itu. Segeralah abang menghampiri dan duduk berdua denganku.

“Bang, abang masih ingin tetap bekerja di kantor kah?” tanyaku penasaran sambil membenarkan dudukku di kursi. Menyandarkan kepalaku ke pundaknya.

“Kenapa adek tanyak begitu, sayang?” jawabnya tersenyum ramah.

“Hhhmm, kalau adek sih pengen resign bang. Sesuai dengan komitmen adek waktu kita ta’aruf itu. Ya nggak papaa sih bang, cuma abang ngijinkan adek untuk resign kan?” aku meyakinkan.

“Iya adek sayang. Apa sih yang nggak untuk kamu, dek? Apapun akan abang berikan asal adek bahagia sekalipun nyawa abang taruhannya,” ia mulai menggombal.

“Ah abang bisa aja. Adek resign sekalian nungu setelah lebaran aja ya bang. Agar nanti bisa ikut Halal Bi Halal di kantor.”

“Siap sayang,” abang memandangku dengan syahdu.

Alhamdulillah baru tiga hari Allah kasih aku kenikmatan yang luar biasa. Allah datangkan sosok pendamping hidup yang begitu istimewa. Semoga tidak hanya tiga hari ini saja, tiga hari esok dan seterusnya akan tetap sama dan akan lebih baik lagi. Aamiin.

Kebahagiaan semasa jomblo dengan sekarang sudah jauh berbeda. Ada rasa  nyaman dan tentram tersendiri yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Allah hadirkan kebahagiaan yang penuh makna juga tiada tara.

Setelah nikah memang komitmenku adalah ingin terjun dan fokus jualan online. Selain bekerjanya di rumah juga tidak terikat waktu, jadi lebih leluasa untuk melakukan ini itu. Jika pun aku sudah dikaruniai anak, aku akan lebih mudah mengawasinya tanpa takut kekurangan waktu bersamanya. Juga bebas memilih waktu untuk beraktivitas dan tentunya akan lebih baik jika waktu dimanajemen dengan baik dengan membuat schedule sehari-hari. Itu akan mempermudah kegiatan apa saja yang harus dilakukan hari itu ataupun esoknya.

Read More

Monday, March 26, 2018

Pagi yang Cerah

Pagi yang Cerah


"Dik, bangun. Ayo Qiyamullail. Sudah jam 3 pagi loh," abang membangunkanku dengan lembut. Memanggilku berkali-kali.

"Hhmm..." mataku masih terpejam.

"Wah, adik ini. Ayolah bangun," abang menciumku.

"Ah abang, bikin adik kaget aja," aku terperanjat, bangun dan tersipu malu.

"Adik sih dibangunin nggak bangun-bangun. Maafkan Abang ya sudah ngagetin adik," ia memandangku dengan tersenyum.

"Iya bang. Adik yang justru minta maaf. Adik tak wudhu dulu ya bang."

"Iya tuan putri," sesekali abang usil padaku.

Setelah usai Qiyamullail, aku diajak abang mengaji. Mentadaburi ayat-ayat Allah. Menunggu hingga adzan subuh berkumandang. Lalu, kami berdua berjalan bersama menuju masjid untuk sholat subuh berjamaah. Alhamdulillah Allah masih berikan kesempatan nikmat dan kesehatan untuk bisa sholat jama'ah subuh ke masjid.

Begitu selesai sholat langsung pulang dan disepanjang​ perjalanan itu sambil al-Ma'tsurat​ berdua. Sampai di rumah langsung ganti baju dan siap-siap menuju pasar untuk belanja. Tiap hari aku masak sendiri karena abang lebih suka masakanku ketimbang beli diluar. Selain lebih hemat, rasanya juga lebih nikmat. Kata abang sih gitu. #ketawamalu

Tiap pagi abang membangunkanku. Tapi jika ia sangat kelelahan setelah pulang kerja, biasanya aku yang bangun duluan dan membangunkannya.

Abang mengantarkanku ke pasar juga tiap hari. Per-bulan menu masakan sudah dijadwalkan jadi pasti sudah kepikiran mau masak dan belanja apa dihari itu. Ini lebih memudahkanku dan mempersingkat waktu.

Aku pun tak lupa selalu membawakannya bekal untuk makan siang di tempat kerjanya. Abang sangat menyukainya dan ia sama sekali tak pernah makan diluar keculai jika ada meeting diluar. Itupun pasti abang selalu membawakan apa yang ia makan saat itu.

Alhamdulillah aku bersyukur sekali punya abang yang sangat pengertian. Semoga aku bisa jadi makmum yang terbaik untuk abang. Aamiin.
Read More

Celoteh Tengah Malam

  • Celoteh Tengah Malam

    "Dik, maafkan abang yang belum sempurna untukmu," kata abang menatap wajahku dengan haru.

    "Loh, minta maaf kenapa bang?" Aku terkejut lalu memeluknya.

    "Dik, bagaimana aku tidak mencintaimu sementara Allah sangat mencintaiku. Mempertemukanku dengan tulang rusukku yang mau menerima dengan segala kekuranganku. Abang bukan siapa-siapa, hanya seseorang yang berusaha menjadi imam terbaik untukmu," katanya penuh syahdu.

    "Bang, apalah adik. Adik hanya seseorang yang Allah ciptakan untuk jadi tulang rusukmu, makmum dunia akhiratmu. Insyaa Allah. Maafkan adik juga jika sepanjang perjalanan nanti abang temukan banyak kekurangan," balasku.

  • "Dik, seperti yang adik katakan barusan. Abang juga minta maaf jika banyak kekurangan. Mari kita saling melengkapi, menguatkan satu sama lain untuk berjalan bersama hingga surga. Menempuh perjalanan ini dengan suka cita dan niatkan semuanya untuk ibadah karena DIA ya," pelukannya makin erat.

    "Iya bang. Adik sangat bahagia bertemu abang," aku menangis dipelukannya.

    "Dik, semua ini karena Allah yang mempertemukan kita. Abang janji akan berusaha menjadi imam terbaik untukmu dik, apapun rintangan yang harus abang hadapi pasti abang siap," ia melepas pelukannya lalu mengajak duduk dan saling bertatap muka.

    "Dik, abang akan menjagamu. Mencintaimu sepenuh hatiku. Abang sudah mengambil dirimu dari kedua orang tuamu. Mereka membesarkanmu dari lahir hingga dewasa ini. Tiba-tiba abang datang begitu saja, mengambilmu tanpa belas kasihan, menjadikanmu permaisuriku," lanjutnya sambil mengusap lembut kepalaku lalu kusandarkan kepalaku di pundaknya.

    "Abang janji dek, janji akan membahagiakanmu. Abang sangat mencintaimu, dik. Kedua orang tuamu adalah orang tuaku, begitu pula sebaliknya. Ayo kita sama-sama berjuang untuk membahagiakan mereka juga. Kita sama-sama berbakti pada mereka mumpung Allah masih memberikan kesempatan. Mumpung Allah masih berikan usia yang barokah untuk mereka."

    "Iya bang. Adik sudah menganggap kedua orang tuamu juga orang tuaku. Nasehati adik yang bang kalau selama perjalanan ini adik salah dalam bertingkah maupun berucap," aku menatapnya dengan penuh senyuman.

"Iya adik sayang, pasti abang nasehati. Adik juga gitu, tidak usah segan-segan untuk minta apapun ke abang. Abang usahakan akan memenuhi semua apa yang adik inginkan. Ya sudah yuk dek, sudah malam. Kita istirahat yuk," ajaknya padaku. "Iya bang. Kita wudhu dulu yuk." "Iya. Ayo..." Usai sudah celoteh malam itu. Segeralah mereka menuju kamar tidur dan istirahat.
Read More

Sunday, March 18, 2018

Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?



Ayat favorit selama aku dekat dengan Al-Qur’an. Surah pertama kali yang dibacakan oleh Muhammad Taha Al Junayd ,  Surah Ar Rahman namanya. Nah, aku jatuh cinta itu sejak pertama mengenalnya. Semakin banyak mencari video-videonya, aku pun juga semakin jatuh cinta dengan Al-Qur’an.

Dulu yang awalnya hanya dibaca ketika ramadhan tiba, sejak saat itu jadi bacaan waajib tiap hari. Mungkin Allah turunkan hidayah lewat ayat tersebut. Aku pun dulu sering menirukan suaranya. Hingga teman-temanku mengira aku menyanyi, padahal aku sedang tilawah.

Jadi, ayat ini jadi mantra tiap hari. Selain bacaan hamdalah sebagai wujud rasa syukur, seringkali aku mengingat ayat ini. Rasanya lega sekali ketika Allah beri kenikmatan bertubi-tubi.

Setiap masalah yang dihadapi pun pasti Allah selipkan hikmah di dalamnya. Jika hidup ini karena Allah, pasrah sama Allah, sudah deh kamu pasti nggak bakalan mengeluh dengan apa saja yang kamu hadapi. Rasa lalahmu pun akan jadi Lillah. Semua yang kamu lakukan akan bernilai ibadah.

Jika Allah sudah ngasih kamu oksigen gratis, apa iya kamu akan meninggalkan sholat yang hany alima waktu itu? Tega banget sih kalau memang meninggalkannya. Cob ajika oksigennya itu bayar, kamu nggak akan kuat bayar. Uangmu nggak bakalan cukup untuk menggantinya.

Sudah deh, mulai sekarang kita jalankan perintah-NYA dan jauhi larangan-NYA. Allah nggak bakalan ngecewain hanma-NYA kok. Yakin aja deh.

Read More

© Seberkas Cahaya, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena