"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" QS. Ar-Rahman:55

Saturday, December 11, 2021

Mimpi Kecilku

Aku berasal dari sekolah swasta di Ngawi, tepatnya di SMK PGRI 4 Ngawi. Mimpiku setelah SMK bisa kuliah di ITS dan kerja di BUMN PT KAI.

Hah? ITS? Mereka dari sekolah ternama dan terfavorit aja sulit nembus ITS. Kamu yang dari sekolah SMK swasta kok berani-beraninya mimpi masuk ITS.

Katanya, kalau mau masuk ITS itu nilainya harus tinggi, otaknya harus encer, pokoknya harus WOW gitu.

Uh. Rasanya kayak kesamber petir. Haha.
Ya sudah. Aku hanya bermimpi. Menuliskan dan menempelkannya di dinding kamar. Tiap masuk kamar, hanya bisa ku pandang dan berdo'a dengan penuh harap ada keajaiban.

Setelah kelulusan SMK itu aku mengikuti serangkaian tes masuk PTN. Tentunya ITS jadi urutan nomor satu donk. Dan perlu kamu tahu, aku milih kampus ITS jurusan Teknik Informatika yang notabene itu jurusn terfavorit di ITS. Bayangkan, anak desa seperti saya mimpinya terlalu tinggi(?).

Enggak. Bukan mimpiku yang terlalu tinggi. Tapi memang saya yang gak tau diri.

Sudah tau dari sekolah swasta, eh coba-cobanya nggak tanggung-tanggung pilih kampusnya. Siap-siap aja patah hati karna ditolak.

Dan benar. Aku ikut SBMPTN, Mandiri, dll tetap aja nggak ketrima di ITS donk. Akhirnya aku hanya bisa berserah.

Eh, tapi tak semudah itu aku menyerah. Aku masih punya mimpi dan yakin akan kesempatan 2 tahun mendatang  yang katanya masih bisa mengikuti serangkaian tes masuk PTN. Aku masih optimis.

Untuk mengisi waktu luang sembari menunggu tahun berikutnya, aku beranikan diri melamar kerjaan di Surabaya.

Sebelum ke Surabaya ternyata aku mendapatkan surat panggilan dari PIKTI-ITS. Dan yang mencengangkan adalah itu H-3 pendaftaran ditutup. Segala biaya dan rancangannya mendadak semua.

Fix. Saya terima tawaran dari PIKTI-ITS. Itu adalah jurusan Informatika ITS tapi D1 alias kuliahnya hanya setahun saja. Alhamdulillaaaaahhh meski setahun tapi Allah kabulkan di Informatika ITS.

Dan aku baru sadar ketika mimpiku terkabul itu ternyata memang aku tak menuliskan detail mimpiku. Hanya menuliskan "Ketrima Informatika ITS". Meskipun bukan S1 Informatika ITS, penting bisa merasakan kuliah Informatikanya ITS. Haha.

Satunya lagi, punya mimpi bekerja di BUMN PT KAI. Mimpinya ku kubur dalam dan ku lepas dengan ikhlas. Eh, 7 tahun kemudian Allah kabulkannya bekerja di BUMN PT Pegadaian.

Untuk perjalanan mimpi menuju BUMN PT Pegadaian, ku tuliskan di part selanjutnya saja.

Meski tulisanku tak semenarik seorang penulis ternama, setidaknya tulisan ini bisa menjadi penyemangat diriku sendiri saat jiwa tak lagi semangat. Mengingatkan bahwa aku pernah punya mimpi.

Ya Rabb. Betapa luasnya rahmat dan karunia-Mu. Sungguh Engkau selalu memberikan nikmat di setiap desah nafasku. Engkau tak pernah sekalipun meninggalkanku.

Tak berhenti di seputar kuliah dan kerjaan saja, banyak keajaiban-keajaiban yang Engkau tunjukkan padaku ketika ada orang yang menertawakan mimpiku.

Terima kasih untuk semua orang yang mendo'akanku. Do'a baik kembali pada yang mendo'akan.



Ditulis dalam perjalanan naik kereta Jombang - Surabaya, 11 Desember 2021
Dianda Avicenna


Read More

Sunday, December 5, 2021

Aku Ada Untuk Kembali

 Aku Ada Untuk Kembali


Ini mungkin kejadian yang sepele, tapi bagiku memberikan sebuah makna tersendiri. Maka dari itu aku ingin lekas menuliskannya daripada hilang begitu saja tanpa bekas.

Beberapa pekan yang lalu aku pulang kampung, menyempatkan beli baju ganti untuk kerja setiap hari. Ku lirik baju warna mustard yang menarik hati, namun yang ku butuhkan warna hijau. Dengan berat hati saya terpaksa memilih warna hijau. Dalam hatiku bergeming, "Nanti kalau saya balik lagi ke Ngawi, akan ku beli baju mustard ini."

Singkatnya, tepat hari ini, 5 Desember 2021 saya di Ngawi. Mengajak kakak keliling toko baju di kota Ngawi untuk sekedar membeli baju yang cocok untukku. Dari toko satu ke toko lain, tak ada satupun yang cocok. Dan pikiranku hingga detik ini masih yakin baju Mustard itu masih ada.

"Apa kita ke toko yang dulu bajunya bagus itu ya? Yg warna mustard di Pangkur?", kata kakakku.

"Iya. Kita kesana saja. Aku suka banget sama baju itu. Kalau rezeki pasti dia masih ada. Kalaupun gak ada, nanti kita baru cari yang lain," sahutku.

Sudah bilang mau balik ke toko yang di Pangkur, tapi sepanjang perjalanan kalau melihat ada toko baju tetap saja berhenti dan lihat-lihat dulu. Lagi-lagi tak ada yang cocok dan hatiku masih tertuju  pada baju Mustard itu.

Dua jam muter di kota Ngawi, dan akhirnya memutuskan untuk benar-benar menuju ke Pangkur saja.

Sesampainya disana, penataan tokonya berubah. Terlihat stok baju yang terpajang itu banyak yang kosong. Dan aku sempat gundah, namun aku tetap yakin baju Mustard itu masih ada.

Ku pilah satu per satu. Ku pandangi setiap sudut ruangan toko itu. Dan, Alhamdulillah. Benar. Baju Mustard itu masih ada.

Masyaa Allah. Tabarakallah. Semua atas Kuasa Allah. Jika bukan karena-Nya, mungkin baju itu sudah terjual karena sudah 3 pekan lamanya tak segera ku beli.

Dari kejadian ini, aku perlu banyak belajar akan sebuah rasa "YAKIN" dalam menjalani kehidupan.

YAKIN bahwa skenario Allah itu terindah dan terbaik. Seperti halnya sebuah jodoh, rezeki, ajal maupun lainnya. Ia kan bermuara pada waktu yang tepat.


Semangaaatt.

Ditulis dalam perjalanan Ngawi menuju Jombang, 5 Desember 2021



Hanya sebuah tulisan untuk pengingat diri saja :) 

Read More

Tuesday, November 23, 2021

Cerita Random

 Cerita Random 


Tujuh tahun di Surabaya, jadi tukang ojek adalah salah satu profesi sampingan saya. Bisa disebut seorang mahasiswa, karyawan, tukang ojek, tukang pijat, pedagang segala macam dagangan, dan masih banyak lainnya.

Disini saya akan sedikit bercerita pengalaman selama menjadi tukang ojek. Suka dukanya Masyaa Allah, membekas hingga sekarang. Nggak nyangka aja Dwi yang dulunya tukang ojek sekarang bisa kerja di depan komputer. #canda

Teriknya matahari dan juga derasnya hujan tak pernah menghalangi saya untuk terus berjuang melawan. Saya pernah dihadapkan pada kondisi dimana pas jam 12 siang antar makanan, jam 1 baru ketemu lokasinya. Nyari lokasinya sampai 1 jam. Dengan demikian akhirnya saya hafal jalan tanpa buka G-Maps. Pernah juga harus ke luar kota kepentingan pekerjaan dibawah teriknya matahari. Masyaa Allah, nikmat sekali.

Pernah juga dihadapkan pada kondisi dimana hujan deras dan angin. Berhenti sejenak pas angin. Lanjut antar pelanggan sampai tujuan kondisi jalanan tergenang air alias banjir. Sampai kos basah kuyup meskipun pakai jas hujan. Agar tidak mudah sakit, tolak angin dan madu jadi ramuan wajib saya.

Dan yang paling berkesan lagi adalah dimana saya butuh uang, disitu Allah bukain jalan. Kuncinya yakin bahwa Allah Maha Kaya. Dan jangan lupa berdo'a.

Dan berikut adalah salah satu yang berkesan.

Saat pandemi, banyak yang sakit. Tapi justru saya gencar jualan madu. Antar kesana-kemari. Sebelum berangkat kerja dan pulang kerja, selalu antar pesanan. Dan justru selama pandemi saya nggak sakit. Alhamdulillah. Eh, pernah sakit 3 hari saja. Itupun sakit panas dan saya obati dengan minum air kelapa. Alhamdulillah sembuh atas izin Allah.

Saat pandemi itu, di tempat kerjaku karyawannya di rolling terkadang juga off. Tergantung kebijakan pemerintah. Nah, saat off itulah justru saya membuka jasa belanja. Wah, saya melanggar aturan pemerintah donk ya. Maafkan ya. Haha.

Saya membuka jasa belanja bagi siapa saja yang membutuhkan. Terutama bagi yang sedang sakit, isoman ataupun lainnya. Kenapa buka jasa tersebut? Gegara saya diminta untuk antat paket isoman ke rekan kerja yang sedang isoman, lalu tak update ke story WA. Jadilah banyak yang request saya buka jasa belanja.

Pikirku, saya belum bisa bantu secara materi, tapi saya berusaha bantu mereka yang sedang sakit dengan tenaga yang ada.

Berapa fee yang saya pasang? Jujur. Saya bingung pasang tarif. Niat saya memang ingin membantu. Kalaupun dikasih, saya terima dan begitu sebaliknya. Semampunya saja. Namun, karena saya didesak masang tarif. Saya pasang semurah mungkin. Kadang malah customer yang ngasih harga sesuai ongkosnya gojek, Alhamdulillah ongkosnya lebih banyak dari tarif yang saya tetapkan. Selagi customer deal, ya saya manut aja. Pikirku, kebaikan saya belum seberapa, ya saya belajar menanam kebaikan dimasa pandemi. Gitu. Hehe. Tapi Allah kasih bonus lebih. Masyaa Allah. Tabarakallah. 

Disaat antar-antar pesanan, seringkali saya mendapatkan rezeki lebih. Saat saya belum sarapan, tetiba saya disodori nasi kotak yang katanya untuk sarapan. Saat saya butuh makan siang, ada yang tetiba datang bawain makan siang. Saat saya butuh makan malam, ada yang sengaja menyiapkan bungkusan nasi untuk saya. Selain itu, terkadang juga dikasih fee lebih. Dikasih jajan, buah, roti, susu, dan lainnya yang tak bisa kusebut satu per satu.

Saat pandemi 2020-2021 ini, saya pernah berada pada kondisi dimana selama sebulan itu aktivitasku hanya jadi tukang ojek tapi bukan ojek online yang terdaftar melainkan  langsung dapat orderan dari kalangan sendiri. Pagi, siang, sore maupun malam saya selalu siap.

Pernah pas sore, setelah magrib saya antar pesanan ke sebuah rumah mewah nan megah. Saya berdiri di depan rumah tersebut pas disebelah motor butut (shogun biru). Menyampaikan orderannya dan saya sampaikan tarifnya yang sesuai aplikasi gojek. Tak disangka saya dikasih 4x lipat dari harga gojek. Seketika itu saya ucapkan terima kasih pada tuan rumahnya, dan sepanjang jalan saya mendo'akan kebaikan untuk tuan rumah.

Tak sampai disitu, esoknya Allah kasih berlipat lagi. Ada juga yang memberikan uang pas. Berpapun saya syukuri. Berapapun saya terima. Dengan bersyukur itu, rasanya jauh lebih menenangkan dan membahagiakan. Nikmat Allah begitu luar biasa.

Semakin saya bersyukur, semakin saya merasa tidak punya apa-apa, semakin saya benar-benar merasa rendah dihadapan-Nya, semakin saya semangat untuk menebar kebaikan. Hingga akhirnya dengan uang ojek dan sedikit tabunganku, Allah cukupkan rezeki untuk beli HP yang saat ini saya pakai untuk menulis cerita ini. Lalu untuk HPku Vivo yang dulu pernah saya beli pakai uang tabungan 20ribuan itu, dipakai ibuku agar bisa video call denganku.



Surabaya, terima kasih engkau telah menjadi salah satu kota perjuanganku. Tujuh tahun disana, aku banyak belajar tentang kehidupan.

Terima kasih untuk teman-teman seperjuangan. Semoga kebaikan senantiasa membersamai kita.


Terima kasih sudah mau mampir baca cerita saya yang cukup amburadul. Haha.




Ditulis di Jombang, 23 November 2021

Read More

Sunday, August 29, 2021

Sepuluh Ribu Sebulan di Surabaya

 Sepuluh Ribu Sebulan di Surabaya



Waktu itu, di awal bulan ada hal mendadak dan urgent yang harus saya tanggung. Dan saya hanya mampu berserah dan ikhtiar sebagaimana seorang hamba.


"Ya Rabb... Ini uang titipanmu. Dalam waktu dekat aku butuh banyak untuk hal yang mendesak. Bantu aku. Cukupkan rezekiku. Bismillah. Engkau Maha Kaya Ya Rabb".


Hanya itu yang mampu saya ucapkan kala itu. Semua dana darurat dan uang gaji kala itu terkuras. Dan tersadar bahwa hanya ada uang warna ungu alias sepuluh ribu di dompetku. 


"Alhamdulillah Ya Rabb. Masih tersisa sepuluh ribu di dompet. Hari masih panjang untuk menempuh akhir bulan. Namun aku percaya bahwa Engkau Maha Kaya. Rezekiku tak hanya berupa nominal saja. Pasti Engkau cukupkan padaku rezeki hari ini, sebulan ke depan hingga akhir hayat kelak. Terimakasih atas nikmat hati yang tenang dan senantiasa bersyukur meski sejatinya hanya punya sepuluh ribu di tangan. Sungguh,  Engkau Maha Kaya Ya Rabb. Ya Rabb, aku pengen makan enak dari biasanya. Sate ayam atau apa gitu loh Ya Allah. Tapi uangku sepuluh ribu. Gpp Ya Allah. Engkau yang punya sate ayam. Engkau Maha Kaya. Pokoknya aku mau sate ayam".


Gumanku kala itu sambil merem dan pegang uang sepuluh ribu di dompet. 


Tak butuh waktu berhari-hari Allah kabulkan do'a spontan saya. Beberapa menit setelah saya pandangi uang di dompet, tetiba HP berdering. Ada yang chat saya minta dibeliin sate dan sekaligus untuk saya. Jadi aku dapat sate ayam free.


Dan tak lama juga, banyak chat masuk nanyain stok madu. Bukan hanya satu dua orang saja, tapi banyak orang. Madu belum juga terkirim, ada yang beli kurma, salad dan juga lainnya. Hari itu rezeki datang tak disangka. Allah datangkan bebarengan.


Tiap hari semenjak kejadian sepuluh ribu itu, selaluuuuuuu adaaaa saja rezeki tak terduga. Ada yang tiba-tiba memberi saya amplop. Ada yang tiba-tiba memberi saya makanan enak-enak. Ada yang tiba-tiba memberikan buah-buah enak. Dan masih banyak rezeki yang tak mampu saya sebutkan satu per satu.


Sebulan penuh semenjak sepuluh ribu hingga akhir bulan datangnya rezeki via gajian, Allah full cukupkan. Bukan sekedar cukup, tapi turah-turah, melimpah ruah, full barokah.


Saya sampai malu. Malu jika saya tak mampu bersyukur. Malu jika saya masih banyak maksiat. Malu jika masih tak mampu berbuat kebaikan.


Sungguh. Kasih sayang Allah itu luar biasa. Kuasa Allah itu luar biasa. Matematikanya Allah itu tak bisa dilogika. Benar-benar diluar nalar manusia.


Saya bisa menulis cerita ini, kerana karunia-Nya. Tak mungkin saya bisa berbagi cerita ini jika saya tak mengalaminya.





Surabaya, kota dengan sejuta cerita.

Read More

Saturday, August 21, 2021

Free Ongkir Jadi Pembuka Rezeki

Mbak, ongkirnya berapa? 

Mbak, free ongkir yaa. 

Mbak, mau diskon donk. 

Mbak, nggak boleh kurang ta? 

Dan seabreg perkataan lainnya sering melayang ke telinga saya. Dan saya pun akan menanggapi dengan baik, terkadang tak ajak bercanda malahan. Hayooo siapa yang pernah demikian ke saya? Hehe. Nggak papa. Ini merupakan bagian dari fase kehidupan. Woles aja. 


Biasanya saya melihat jarak tempuh, jumlah pesanan, dan lainnya yang saya buat untuk pertimbangan ongkir. Jadi nggak sembarangan saya ngasih free ongkir ya. Nanti saya bisa guling-guling di jalan.


Tapi terkadang saya itu iya iya aja untuk ngasih free ongkir. Dan dengan demikian, malah orderan makin lancar kayak air hujan yang ngalir deras. Ada saja cara Allah itu menitipkan rezeki ke saya dengan cara tak terduga. 


Tiba-tiba ada orderan ojek pribadi, dipanggil dan dibooking untuk pagi dan sore. Itupun diluar jam kerja. Pernah juga itu saya dikasih ongkir lebih buanyaaakk dari harga yang sesuai aplikasi grab. Pernah juga saat kirim barang, dikasih makanan untuk beberapa hari. Dan banyak hal lainnya yang pernah saya alami.


Ketika saya hanya memberikan free ongkir, Allah berikan nikmat dan rezeki berlipat yang tak terduga.


Itulah salah satu hal yang bisa saya ambil dari kisah saya pribadi. Penting hatinya ditata, niatkan ibadah dan juga ikhlasnya terus dijaga. Ya, ini reminder bagi saya pribadi dan semoga keep istiqomah untuk berada pada jalan kebaikan. 


Bagi saya, jualan itu bukan tentang untung dan rugi saja. Apapun jualannya, penting halal dan berkah. Harapan saya, dengan jualan saya itu bisa bantu banyak orang. Siapa tahu hal tersebut menjadi wasilah kebaikan saya di hari Akhir kelak.

Read More

Monday, August 2, 2021

Hari Ini

26 Juni 2021 adalah jadwal ujian yang tertera pada kartu billing pembayaran kuliah di kampusku. Sekian lama saya menunggu, tibalah waktunya. Qodarullah ada PPKM dan akhirnya diundur hingga PPKM selesai.


Kemarin, 2 Agustus 2021 10:56 ada pemberitahuan bahwa ujian akhir akan dilaksanakan pada tanggal 3 - 9 Agustus 2021. Salah satu persyaratannya adalah menyertakan hasil swab negatif.


HAH. SWAB!!!


Ya Rabb. Aku harus keluar uang untuk swab?


Alhamdulillah. Gpp Dwi. Selama ini mobilitasmu tinggi. Semoga negatif ya.


Bismillah. Saya nyari tempat swab. Muter-muter di sekitar tempat tinggalku. 1 2 dokter, klinik saya datangi. Nihil. Tidak ada yang bisa melayani. Mau ke lab parahita/pramita/dll itu setahuku pelayanannya gak sampai malam untuk swab.


Disitulah saya mulai berfikir keras bagaimana saya bisa swab. Menjelang magrib, saya sempatkan untuk beli sate ayam dan jus jambu. Makan yang enak biar saya lebih tenang. Padahal biasanya makan nasi sama telur udah enak. Kali ini sedikit lebih enak lah.


Setelah saya makan, lanjut ke LAB yang pernah didatangi teman saya kala itu. Berangkatlah saya kesana. Pas jam 18.00.


Alhamdulillah masih bisa melayani swab antigen. Akhirnya bisa duduk tenang sembari menunggu panggilan. Untuk swab antigen, saya harus merogoh kantong sebesar 200juta. Eh 200ribu gais.


Setelah jadwal swab, saya menunggu hasilnya keluar. Sembari menunggu, saya langsung flu gegara kelamaan di ruang ber-AC. Maklum, anak seperti saya cocoknya dibawah kipas dan terik matahari.


Dwi Andayani.


Ah, akhirnyaaaa keluar juga hasilnya. NEGATIF. Yes. Aku negatif. Legaaaa banget rasanya.


Hari sudah larut malam. Aku langsung pulang. Bersih diri. Menyiapkan untuk ujian besok dan tidur lebih awal.


Jas almamater kampus yang ada noda dikit, tak cuci lalu tak kipasi. Tas yang berisi perlengkapan ujian juga sudah ready. Waktunya berselancar di alam mimpi. Yeaaayy.


Senang rasanya bisa terbangun dan lekas ujian akhir ke kampus. Eh, pas ngecek HP ternyata ada hadiah spesial yang tak terduga loh untukku.


Peserta UOTAP Kota Surabaya,

Terkait PPKM Level 4 lanjutan, ujian tgl 3 - 9 Agstus 21 akan ditunda sementara wkt.

Info selanjutnya tunggu di web UT SBY


HAH... DITUNDA!!!

Astaghfirullah... Alhamdulillah aku belum berangkat ke kampus. Alhamdulillah semoga uang 200juta ku yang kemarin Allah berikan rezeki lain yang berlipat.


Kecewa? Iyalah. Saya itu manusia biasa yang pastinya punya rasa kecewa. Namun saya harus mengendalikan semua. Tak semua rasa kecewa harus diungkapkan dan disebarkan agar semua orang tahu. Eh, ini semua tahu ya jadinya. Haha.


Ya maksudku kecewa boleh, tapi jangan lama-lama, jangan berlarut-larut, itu tidak baik.


Saya mau marah pun, marah pada siapa? Hehe. Kan saya termasuk orang yang terdzolimi bukan? Nah, akan lebih baik saya berdo'a yang baik-baik saja, agar do'a baik tersebut kembali ke saya. Loh. Hehe. Bukankah demikian?


Terkait 200ribu yang saya keluarkan untuk swab itu, saya yakin pasti Allah akan menurunkan rezeki yang berlipat dan tak terduga nantinya. Wong saya ini bukan siapa-siapa. Saya ini tidak punya apa-apa. Hanya Allah yang punya segalanya. Jadi saya percaya pada Allah bahwa ini memang sudah jalan saya.


Selama ini mobilitas saya tinggi. Menjadi kurir Surabaya - Sidoarjo. Kesana kemari tanpa pernah tes swab. Pada akhirnya kemarin swab dan hasilnya negatif. Segala Puji bagi Allah yang telah melimpahkan nikmat sehat dan kuat pada saya. Bersyukur banget bisa tahu kondisi diri sendiri yang sehat. Coba kalau saya positif, Naudzubillah. Pasti bakal lebih banyak biaya yang akan saya keluarkan nantinya.


Dwi. Tetaplah bersabar dan ikhlas yaa. Insyaa Allah, Allah cukupkan rezekimu untuk hari ini, esok dan kemudian. DUA RATUS RIBU yang kamu keluarkan kemarin, anggap saja check up kesehatanmu yang selama ini mobilitasnya tinggi. Oke. Yook kita semangat lagi menjemput rezeki. Dwi pasti bisa. Dwi pasti kuat. Dwi pasti semangaaatt.



Nulisnya sambil meronta-ronta. Gegara teman sekamar saya. Qorry Aini orang yang paling hiihh. Haha


Dwi Andayani

Surabaya, 3 Agustus 2021

Read More

© Seberkas Cahaya, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena