"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" QS. Ar-Rahman:55

Tuesday, November 23, 2021

Cerita Random

 Cerita Random 


Tujuh tahun di Surabaya, jadi tukang ojek adalah salah satu profesi sampingan saya. Bisa disebut seorang mahasiswa, karyawan, tukang ojek, tukang pijat, pedagang segala macam dagangan, dan masih banyak lainnya.

Disini saya akan sedikit bercerita pengalaman selama menjadi tukang ojek. Suka dukanya Masyaa Allah, membekas hingga sekarang. Nggak nyangka aja Dwi yang dulunya tukang ojek sekarang bisa kerja di depan komputer. #canda

Teriknya matahari dan juga derasnya hujan tak pernah menghalangi saya untuk terus berjuang melawan. Saya pernah dihadapkan pada kondisi dimana pas jam 12 siang antar makanan, jam 1 baru ketemu lokasinya. Nyari lokasinya sampai 1 jam. Dengan demikian akhirnya saya hafal jalan tanpa buka G-Maps. Pernah juga harus ke luar kota kepentingan pekerjaan dibawah teriknya matahari. Masyaa Allah, nikmat sekali.

Pernah juga dihadapkan pada kondisi dimana hujan deras dan angin. Berhenti sejenak pas angin. Lanjut antar pelanggan sampai tujuan kondisi jalanan tergenang air alias banjir. Sampai kos basah kuyup meskipun pakai jas hujan. Agar tidak mudah sakit, tolak angin dan madu jadi ramuan wajib saya.

Dan yang paling berkesan lagi adalah dimana saya butuh uang, disitu Allah bukain jalan. Kuncinya yakin bahwa Allah Maha Kaya. Dan jangan lupa berdo'a.

Dan berikut adalah salah satu yang berkesan.

Saat pandemi, banyak yang sakit. Tapi justru saya gencar jualan madu. Antar kesana-kemari. Sebelum berangkat kerja dan pulang kerja, selalu antar pesanan. Dan justru selama pandemi saya nggak sakit. Alhamdulillah. Eh, pernah sakit 3 hari saja. Itupun sakit panas dan saya obati dengan minum air kelapa. Alhamdulillah sembuh atas izin Allah.

Saat pandemi itu, di tempat kerjaku karyawannya di rolling terkadang juga off. Tergantung kebijakan pemerintah. Nah, saat off itulah justru saya membuka jasa belanja. Wah, saya melanggar aturan pemerintah donk ya. Maafkan ya. Haha.

Saya membuka jasa belanja bagi siapa saja yang membutuhkan. Terutama bagi yang sedang sakit, isoman ataupun lainnya. Kenapa buka jasa tersebut? Gegara saya diminta untuk antat paket isoman ke rekan kerja yang sedang isoman, lalu tak update ke story WA. Jadilah banyak yang request saya buka jasa belanja.

Pikirku, saya belum bisa bantu secara materi, tapi saya berusaha bantu mereka yang sedang sakit dengan tenaga yang ada.

Berapa fee yang saya pasang? Jujur. Saya bingung pasang tarif. Niat saya memang ingin membantu. Kalaupun dikasih, saya terima dan begitu sebaliknya. Semampunya saja. Namun, karena saya didesak masang tarif. Saya pasang semurah mungkin. Kadang malah customer yang ngasih harga sesuai ongkosnya gojek, Alhamdulillah ongkosnya lebih banyak dari tarif yang saya tetapkan. Selagi customer deal, ya saya manut aja. Pikirku, kebaikan saya belum seberapa, ya saya belajar menanam kebaikan dimasa pandemi. Gitu. Hehe. Tapi Allah kasih bonus lebih. Masyaa Allah. Tabarakallah. 

Disaat antar-antar pesanan, seringkali saya mendapatkan rezeki lebih. Saat saya belum sarapan, tetiba saya disodori nasi kotak yang katanya untuk sarapan. Saat saya butuh makan siang, ada yang tetiba datang bawain makan siang. Saat saya butuh makan malam, ada yang sengaja menyiapkan bungkusan nasi untuk saya. Selain itu, terkadang juga dikasih fee lebih. Dikasih jajan, buah, roti, susu, dan lainnya yang tak bisa kusebut satu per satu.

Saat pandemi 2020-2021 ini, saya pernah berada pada kondisi dimana selama sebulan itu aktivitasku hanya jadi tukang ojek tapi bukan ojek online yang terdaftar melainkan  langsung dapat orderan dari kalangan sendiri. Pagi, siang, sore maupun malam saya selalu siap.

Pernah pas sore, setelah magrib saya antar pesanan ke sebuah rumah mewah nan megah. Saya berdiri di depan rumah tersebut pas disebelah motor butut (shogun biru). Menyampaikan orderannya dan saya sampaikan tarifnya yang sesuai aplikasi gojek. Tak disangka saya dikasih 4x lipat dari harga gojek. Seketika itu saya ucapkan terima kasih pada tuan rumahnya, dan sepanjang jalan saya mendo'akan kebaikan untuk tuan rumah.

Tak sampai disitu, esoknya Allah kasih berlipat lagi. Ada juga yang memberikan uang pas. Berpapun saya syukuri. Berapapun saya terima. Dengan bersyukur itu, rasanya jauh lebih menenangkan dan membahagiakan. Nikmat Allah begitu luar biasa.

Semakin saya bersyukur, semakin saya merasa tidak punya apa-apa, semakin saya benar-benar merasa rendah dihadapan-Nya, semakin saya semangat untuk menebar kebaikan. Hingga akhirnya dengan uang ojek dan sedikit tabunganku, Allah cukupkan rezeki untuk beli HP yang saat ini saya pakai untuk menulis cerita ini. Lalu untuk HPku Vivo yang dulu pernah saya beli pakai uang tabungan 20ribuan itu, dipakai ibuku agar bisa video call denganku.



Surabaya, terima kasih engkau telah menjadi salah satu kota perjuanganku. Tujuh tahun disana, aku banyak belajar tentang kehidupan.

Terima kasih untuk teman-teman seperjuangan. Semoga kebaikan senantiasa membersamai kita.


Terima kasih sudah mau mampir baca cerita saya yang cukup amburadul. Haha.




Ditulis di Jombang, 23 November 2021

0 komentar:

Post a Comment

© Seberkas Cahaya, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena