"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" QS. Ar-Rahman:55

Sunday, September 9, 2018

Sudah Kenal Tambah Sayang


Sudah Kenal Tambah Sayang 

Sejauh ini, saya nulis di media manapun tak pernah memperkenalkan diri. Mungkin hanya sekedar tahu nama saja. Dwi gitu aja kan ya? Atau ini yang pada baca tulisan saya ada yang belum pernah ketemu saya kah? Sini, ayo kopdar.

Oke. Kenalan dulu ya. Ada pepatah mengatakan, "Tak kenal maka tak sayang". Tak tambahi sendiri boleh kan ya? " Kalau sudah kenal, ati-ati tambah sayang".

Nggak usah senyum-senyum, nggak lucu.

Perkenalkan nama saya Dwi Andayani tanpa H. Ingat-ingat ya, tanpa H. Kalau mau pakai H nanti mohon kerjasamanya untuk berkenan mengurus surat-surat kelahiran saya dan berkas-berkas penting lainnya.

Saya biasa dipanggil Dwi. Tapi kalau saya disuruh mengucapkan kata "Dwi" saat kenalan pertama kali, nama saya bisa berubah jadi Umi, Uwi, Nuwi, Ui, Upi, dan sebagainya. Makanya saya sedia bolpoint, kertas dan HP untuk nulis nama.

Kenapa kok namanya bisa berubah begitu, itu yang salah Dwi sendiri atau yang mendengarkan telinganya lagi sakit?

Mau tau jawabannya? Sini ngobrol sama Dwi. Atau follow aja IG saya @andayanid93 sekaligus @cahayaislami.book ini adalah akun jualan saya. Atau bisa langsung chat saya ke nomor 085749134559. Eh, maaf ya malah jadi promosi. Jadi salah buka lapak deh.

Oke. Kembali ke laptop.

Saya lahir pada tanggal cantik. Kok cantik? Iya donk. 212. Keren kan? Seperti wiro sableng, film jaman old.

Eh, saya mau mengartikan dibalik sebuah nama ya. Dwi itu dalam bahasa jawa adalah anak nomor dua. Andayani itu apa ya? Kalau Tut Wuri Handayani kan dari belakang memberikan dorongan. Bisa jadi Andayani itu artinya dorongan. Kalau digabungkan bisa jadi dua dorongan. Eeeaaa eeaaa...

Dari nama itu ternyata memang bisa dikatakan saya sering mendorong teman-teman saya loh. Itu katanya sih. Bukan mendorong untuk njebur sungai ya, tapi mendorong untuk selalu semangat.

Saya itu bisa dikatakan hobi banget nyemangati orang-orang terdekatku. Bahkan suatu ketika ada orang yang tiba-tiba chat saya dan minta motivasi. Please deh mas/mbak, saya bukan motivator. Tapi okelah saya tak merubah diri jadi motivator dadakan.

Oh iya, kalau ditanyai hobi saya itu suka bingung. Lha gimana ya, saya itu kalau dibilang suka nulis, tulisan saya gitu-gitu saja dan tidak setiap hari nulis. Kalau dibilang hobi baca, buku saya sedikit. Mungkin hobi baca chat ya, itu baru bener. Satu lagi, kalau dibilang hobi masak, paling bisanya masak air, mie, dan nasi.

Lalu, apa donk hobinya? Hobi saya itu suka nulis chat. Udah, itu saja. Nggak lebih kok. Kamu percaya sama saya? Lebih baik nggak usah percaya ya, percayanya sama Allah saja. Kalau percaya sama saya nanti jadi sesat.

Nah, saya itu suka banget naik sepeda motor. Kalau disuruh kemana-mana naik motor itu pasti semangat banget. Meskipun sering nyasar kemana-mana, dari situ saya malah jadi tau tempat-tempat tersembunyi, tapi bukan goa loh ya. Berarti saya bisa dikatakan hobi bersepeda motor kan ya. Nah, itu hobi saya berarti.

Dan, ketika diperjalanan sukanya memikirkan hal aneh-aneh. Seperti tulisan ini nih, dapat idenya ketika perjalanan pulang dari menuntut ilmu. Serentak otak ini terus berjalan tanpa henti. Eh, yang berjalan motornya ya, bukan otaknya.

Sekalinya dapat ide nulis, sepuluh judul pun disantap. Eiitss, sepuluh judul ya. Di bold, di italic, di underline. Sepuluh judul, bukan sepuluh karya tulisan. Jadi begini, satu (Aku Jatuh), dua (Aku Bangun), tiga (Aku Lari), empat (Aku Sakit), lima (Aku Minum Obat), enam (Aku Tidur), tujuh (Aku Bangun Tidur), delapan (Aku Mandi), sembilan (Aku Sekolah), dan sepuluh (Aku Dapat Nilai Terbaik). Tepuk tangan anak-anak.

Masyaa Allah, kalian luar biasa ya. Membaca tulisan saya dengan penuh semangat. Sampai dihitung berapa judul tulisan saya. Padahal itu hanya khayalan belaka, tanpa ada rekayasa. Murni, orisinal, asli, tanpa tambahan, apa lagi ya?

Eh, jangan ketawa. Nggak lucu.

Sebelum pembaca meluapkan kekesalannya pada saya. Saya pribadi mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tulisan ini hanyalah khayalan semata. Ada unsur kesengajaan yang tak diketahui asalnya.
Mari kita tutup tulisan ini dengan membaca Hamdallah dan do'a penutup kafaratul majelis bersama-sama.

Sekian dan terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Surabaya, 9 September 2018
Ditulis setelah makan nasi goreng.

0 komentar:

Post a Comment

© Seberkas Cahaya, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena