"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" QS. Ar-Rahman:55

Sunday, January 24, 2016

Puncak Lawu


Berawal dari Puncak Lawu inilah aku berani bermimpi besar.

            Sehari setetelah Ujian Nasional dilaksanakan aku diajak teman-temanku untuk mendaki ke Gunung Lawu. Tanpa persiapan fisik sama sekali. Biasanya sebelum mendaki itu harus mempersiapkan fisik terlebih dahulu dengan olahraga agar badan bisa fit. Yang persiapan saja biasanya belum tentu sampai puncak apalagi yang tanpa persiapan. Aku sama sekali tak memikirkan hal ini waktu itu. Yang aku fikirkan hanya aku bisa sampai puncak Lawu.
            Aku pernah menderita ashma. Biasanya kalau terkena hawa dingin langsung kambuh. Tapi tetap saja aku nekad untuk berangkat mendaki. Alhamdulillah orang tua mengijinkan karena di rombongan itu ada guruku. Dalam rombongan ada enam laki-laki dan dua perempuan termasuk aku. Ah, rasanya seperti mimpi saja.
            Saat aku menenmpuh perjalanan aku meyakinkan diri bahwa aku bisa sampai Puncak Lawu. Aku pasti bisa. Itu gumanku dalam hatiku dan aku tanamkan dalam otakku. Aku tak akan menyerah untuk sampai di Puncak. Bismillah.
            Hawa dingin menusukk jantungku. Jantungku pun berdebar-debar ketika kakiku menginjakkan di start pendakian. Ku berdo’a dengan kepala menengadah ke langit. Semoga aku selamat sampai puncak hingga kembali lagi disini. Kuatkanlah kakiku melangkah untuk menikmati keindahan alam-MU dan kebesaran ciptaan-MU.
            Langkah demi langkah kaki ini meninggalkan start pendakian. Jauh. Semakin menjauh. Kaki ini terasa ringan untuk melangkah. Sejuknya hari itu membuatku semangat. Indahnya pemandangan itu membuatku tak henti tersenyum. Ah, sungguh indah pemandangan yang Allah suguhkan padaku saat ini. Yang menghiasi sepanjang perjalananku.
            Di sepanjang perjalanan itu terdapat beberapa pos untuk istirahat. Nah, untuk menentukan seseorang itu bisa sampai puncak atau tidak itu ditentukan oleh kondisi pada saat sampai di pos 2. Kalau wajah pucat dan tangan dingin, tidak boleh melanjutkan perjalanan. Begitu sebaliknya. Alhamdulillah rombonganku terlihat sehat-sehat saja. Mungkin ada sedikit rasa lelah yang menggelayuti. Akhirnya rombonganku berhenti sejenak.
            Sayup-sayup terdengar suaara adzan dhuhur berkumandang. Kami pun melaksanakan sholat. Walaupun mendaki itu menguras tenaga dan waktu, namun kewajiban beribadah harus tetap dilaksanakan.
            Di tengah-tengah perjalanan ada temanku cewek (Danik) yang kelelahan dan ia perlu digandeng tangannya. Sebaliknya dengan aku, aku terlalu bersemangat. Melangkah lebih cepat dari teman-temanku cowok. Mereka ku tinggal. Ah, aku jadi lupa dengan danik yang tengah berusaha untuk berjalan. Aku pun harus menemaninya. Aku selalu menyemangati Danik bahwa kita mampu sampai puncak.
Perjalanan ini memang butuh tenaga ekstra untuk bisa sampai puncaknya. Sesekali ia jalan lalu berhenti lagi. Jalanan yang aku lalui saat itu seperti tangga. Ada bebatuannya pula. Jika hujan pasti jalanan ini licin. Aku tak bisa membayangkannya. Syukurlah hari itu tidak hujan. Sesekali aku mencari jalan pintas agar aku sampai lebih awal dari teman-temanku. Karena kau tak suka yang biasa dilewati. Selalu mencari sensasi baru diperjalanan.
Di sepanjang perjalanan itu aku sering berpapasan dengan pendaki-pendaki lainnya. Mereka membawa tas gunung dan sepatu khusus. Sedangkan aku hanya memakai sepatu cat dan tas yang biasanya untuk sekolah. Wah, aku terlalu minimaalis saat itu. Seperti main-main saja. tak senyumin aja ketika mereka melirik ke arahku. Mereka juga membawa tongkat, aku tangan hampa. Rasanya seperti sudah ada yang menuntunku sepanjang perjalanan. Alay euy.
Hari sudah semakin sore. Semburat senja begitu terlihat. Langit-langit memerah. Matahari mulai tenggelam. Mata terpana melihat keindahan-NYA. Mulut ini tak henti-hentinya bertasbih memuji-NYA. Gelap semakin gelap. Kemerlap lampu di perkotaan terliahat begitu memukau. Cahayanya seperti bintang di langit. Ternyata itu adalah gemerlap lampu kotaku. Ngawi tercinta.
Perjalanan kurang 1 jam lagi sepertinya. Kaki ini mulai terseok-seok untuk melangkah. Allah kuatkanlah langkahku. Pintaku dalam hati. Alhamdulillah cahaya lampu di puncak mulai terlihat. Pertanda bahwa sebentar lagi akan sampai.
Yeah, akhirnya sampai juga di salah satu warung yang berdiri di puncak Lawu. Disitulah aku bermalam karena tidak bawa tenda pribadi. Kurebahkan tubuhku lalu mengambil wudhu. Bbbrrr. Dinginnya benar-benar menusuk jantung. Dinginnya air di puncak itu melebihi dinginnya air es. Setelah wudhu pun aku memakai jaket double. Pakai sarung tangan dan kaos kaki double juga. Barulah aku mendirikan sholat.
Saat tidur tubuhku menggigil kedinginan. Guruku merelakan Slim Bag-nya tak pakai. Ah, aku jadi merasa merepotkan orang. Alhamdulillah Allah menolongku.
Keesokan harinya jam tiga sudah mulai bangun semua. Segeralah aku bersiap-siap menuju puncak Lawu. Disana sudah banyak orang yang berkerumun untuk menyaksikan terbitnya sang Surya. Satu hal yang tak pernah kulupa saat-saat perjalanan. Mukena. Aku bersikeras membawanya walaupun terlihat ribet. Dan aku akan mendirikan sholat shubuh di puncak Lawu.
Fajar telah terbit. Subhanallah. Inilah pertama kalinya aku menyaksikan terbitnya fajar dari ketinggian. Benar-benar merasakan kekuasaan-NYA yang luar biasa. Allah Maha Besar. Sungguh seakan aku tak percaya bisa sampai puncak Lawu ini. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Itulah sekilas cerita perjalananku menuju puncak Lawu. Dari sinilah aku belajar. Dari sinilah aku berani bermimpi besar. ‘Beranilah bermimpi besar karena matahari yang besar dan panas itu mampu ku genggam dengan tangaku’. Itulah kata-kata yang selalu ku ingat dari Danang.A Prabowo. Aku yakin, yakin, dan yakin pasti BISA. Itu yang aku tanamkan dalam diriku. Karena yakin bahwa Allah bersama selalu. Karena aku yakin bahwa Allah selalu menjawab semua do’aku.

Ini sebagian foto-foto saat aku di Gunung Lawu:


Detik-detik terbit fajar

Terbit fajar

Sekitar puncak

Pekarangan bunga dekat warung

Jelajah puncak

Rumah botol

Negeri di atas awan


Apa yang dapat kalian petik dari sekilas perjalananku???






0 komentar:

Post a Comment

© Seberkas Cahaya, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena