Ibadah
dan Ilmu
Ibadah dan ilmu. Sekhusyuk apapun seseorang beribadah
belum tentu ia ikhlas dalam melaksanakannya. Keikhlasan seseorang dalam beribadah
hanya Allah yang tau. Maka itu jangan pernah memvonis kekhusyukan ibadah
seseorang bahwa ia khusyuk atau tidak. Ibadah itu dilandasi dengan niat dan
hati yang ikhlas.
Ada seseorang yang ahli ibadah. Sholat lima waktu selalu
berjama’ah, puasa sunah tak pernah bolong, ahli tahajud, ahli dhuha. Tetapi ia
tak pernah baik dengan tetangganya. Ia merasa tetangganya tidak selevel dengan
dia. Ia selalu memvonis dia kafir, dia musyrik, dia tidak ikhlas, dan
lain-lain. Ia juga sombong merasa bahwa dirinyalah yang paling baik. Ia pun
kikir tak pernah menyantuni anak yatim dan fakir.
Semoga ia yang seperti itu segera dibukakan hatinya.
Diberikan hidayah oleh-NYA. Aamiin. Kita tidak tahu bagaimana kehidupan
seseorang dimasa depan. Kita tahu bahwa orang itu sekarang seperti itu lalu
beberapa tahun kemudian ia menjadi seorang yang sholeh. Jangan pernah kita
mengatakan bahwa orang tersebut akan masuk neraka. Karena kita tak tahu bahwa
pintu hidayah akan terbuka untukknya. Ketika kita melihat suatu kemungkaran atau
keburukan, berdo’alah yang baik-baik. Jangan lantas kita mendo’akan agar ia
terjerumus lebih dalam. Karena hal itu bisa jadi akan menimpa diri kita
sendiri.
Tetaplah berilmu dan jangan pernah berhenti menuntut
ilmu. Ilmu tak hanya kita dapatkan dari buku saja. Ilmu bisa kita dapatkan dari
kehidupan yang kita jalani. Itulah ilmu kehidupan. Ilmu yang didapatkan tiap
orang yang pastinya berbeda-beda. Senantiasalah rendah diri. Jangan pernah
memandang orang ini baik atau buruk. Baik dihadapan kita belum tentu baik
dihadapan Allah. Begitu sebaliknya.
Ibadah dan ilmu yang diperoleh dari
majelis ta’lim atau pengajian, tidak sampai merasuk ke hati.Tidak meresap ke
jiwa. Yang sejatinya ilmu itu menumbuhkan rasa takut kepada Allah. Semakin
rajin ibadahnya semakin baik akhlaknya. Namun ilmu hanyalah menjadi sebuah
teori dan hafalan. Dan ibadahnya tidak masuk ke relung hati dan jiwanya. (Ust.Abdullah Zaen).
0 komentar:
Post a Comment