"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" QS. Ar-Rahman:55

Thursday, January 18, 2018


Profesi Terbaik

Ketika masih kecil aku ditanya oleh ibu tentang cita-citaku. Aku menjawab ingin jadi guru, karena ilmuku akan bermanfaat dan siapa tahu tiap ilmu yang kuajarkan itu akan menjadi penolong di hari akhir kelak.

Baru lulus SD Allah sudah mengabulkan do’aku. Jadi guru beneran, tepatnya guru ngaji. Memang saat itu di desaku jarang sekali yang bisa ngaji dan mau mengajar ngaji. Alhamdulillah berbekal ilmu yang ku dapatkan semenjak TK itu bermanfaat. Aku bisa menularkannya pada adik-adik di desa.

Ketika menginjak SMP sudah berubah lagi cita-citanya. Aku ingin jadi direktur di sebuah perusahaan. Ya namanya saja anak kecil. Dimanapun dia pasti punya cita-cita yang tinggi.

Aku merasa cita-citaku saat itu ketinggian. Nggak sadar kalau aku nggak bakalan mampu meraihnya. Karena hatiku sudah menciut setelah melihat teman-temanku yang pintar dan mimpinya nggak setinggi mimpiku itu.

Ketika hendak lulus SMP, aku melanjutkan ke SMK jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Rencana setelah lulus SMK ingin sekali kerja dapat rezeki banyak buat buka warnet. Jadi anak-anak di desaku biar nggak jauh-jauh jika membutuhkan akses internet saat itu. Kalau sekarang mah tiap tangan punya HP android sendiri, jadi sudah lebih gampang untuk akses internet.

Mimpiku kandas. Waktu SMK sering sekali main ke lab computer. Masalah hardware maupun software sampai hafal diluar kepala. Tapi temanku cowok jauh lebih jago dariku. Yaiyalah, cewek mah bisa apa. Haha.

Karena mimpiku ingin jadi teknisi handal, sampai-sampai ketika ujian praktek bisa nangis karena gagal uji coba bikin partisi hardisk. Gagal oh gagal. Sampai aku kayak orang hilang gitu. Haha. Keren kan!!!

Karena ingin jadi ahli IT sampai ingin banget kuliah di kampus ternama di Indonesia jurusan Teknik Informatika. Padahal aku nggak pinter juga terus sekolahnya di swasta. Ngaca deh aku. Aku PD banget waktu itu. Kayak yakin bisa ketrima di kampus itu.Eeeh, Alhamdulillah nggak ketrima. Aku terlalu tinggi banget mengharapnya. Padahal aku jelas-jelas kurang mampu (pemikirannya) jika masuk kampus tersebut.

Apa nama kampusnya?

I Te eS

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Kebayang nggak gimana rasanya hatiku waktu itu. Ya jelas nggak diterima laah. Anak yang biasa, sekolahnya juga swasta, mau masuk PTN ya butuh perjuangan banget. Harus belajar ekstra buat bisa masuk kesana.

Jreenngg…

Aku terlalu menyalahkan diri sendiri. Kenapa aku dulu nggak masuk SMA Negeri aja biar aku bisa masuk ITS? Kenapa dulu aku nggak masuk jurusan IPA aja biar mudah masuk ITS.

Ah, mungkin tak semudah itu aku bisa masuk ITS. Semua itu kan kehendak Allah. Jaidi rezeki itu sudah diatur sama Allah. Dan aku nggak boleh menyerah gitu aja.

Eh, ketika aku bingung nyari kampus buat kuliah, Allah tiba-tiba ngasih aku undangan buat masuk ITS, tapi diploma. Alhamdulillah. Terima aja. Kan tetap aja itu di ITS. Hehe. Jadilah aku mengarungi dunia IT lagi.

Dulu, aku kira di jurusan Teknik Informatika itu akan semudah yang kubayangkan ketika SMK. Wah, ternyata jauh dari obsesi. Dan aku mulai bisa berfikir, ternyata kuliah tak semudah waktu SMK. Jadi aku harus benar-benar belajar dengan rajin supaya aku tak tertinggal dengan temanku lainnya di kelas.

Karena sudah tau sekilas tentang dunia IT, aku beralih cita-cita. Aku ingin jadi seorang wirausahawan. Jadi aku harus belajar bisnis. Dan akhirnya aku memutuskan kuliah ambil manajemen agar sejalur dengan cita-citaku, pikirku.

Tapi, sejauh apapun aku menuliskan dan mentargetkan cita-citaku akan tgerkalahkan dengan scenario Allah yang sudah DIA tuliskan untukku. Dan sebaik-baik cita-cita dan profesi seorang wanita adalah menjadi istri sholihah dan ibu terbaik bagi anak-anaknya.

Maka dari itu, selagi masih muda aku ingin menimba ilmu sebelum ada yang datng ke rumah (tukang bakso).


Ah, maafkan aku ya semuanya. Perasaan pas nulis masih nggak jelas jalannya kemana. Maklum aku masih belajar nulis ini. Masih merangkak untuk berkarya. Setidaknya aku sudah menuliskan beberapa kata saja. Terima kasih sudah membaca tulisan yang jauh dari kata baik ini. Semoga bermanfaat.

0 komentar:

Post a Comment

© Seberkas Cahaya, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena