Profesi Terbaik
Ketika masih kecil aku ditanya
oleh ibu tentang cita-citaku. Aku menjawab ingin jadi guru, karena ilmuku akan
bermanfaat dan siapa tahu tiap ilmu yang kuajarkan itu akan menjadi penolong di
hari akhir kelak.
Baru lulus SD Allah sudah
mengabulkan do’aku. Jadi guru beneran, tepatnya guru ngaji. Memang saat itu di
desaku jarang sekali yang bisa ngaji dan mau mengajar ngaji. Alhamdulillah
berbekal ilmu yang ku dapatkan semenjak TK itu bermanfaat. Aku bisa
menularkannya pada adik-adik di desa.
Ketika menginjak SMP sudah
berubah lagi cita-citanya. Aku ingin jadi direktur di sebuah perusahaan. Ya
namanya saja anak kecil. Dimanapun dia pasti punya cita-cita yang tinggi.
Aku merasa cita-citaku saat itu
ketinggian. Nggak sadar kalau aku nggak bakalan mampu meraihnya. Karena hatiku
sudah menciut setelah melihat teman-temanku yang pintar dan mimpinya nggak
setinggi mimpiku itu.
Ketika hendak lulus SMP, aku
melanjutkan ke SMK jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Rencana setelah lulus
SMK ingin sekali kerja dapat rezeki banyak buat buka warnet. Jadi anak-anak di
desaku biar nggak jauh-jauh jika membutuhkan akses internet saat itu. Kalau sekarang
mah tiap tangan punya HP android sendiri, jadi sudah lebih gampang untuk akses
internet.
Mimpiku kandas. Waktu SMK sering
sekali main ke lab computer. Masalah hardware maupun software sampai hafal
diluar kepala. Tapi temanku cowok jauh lebih jago dariku. Yaiyalah, cewek mah
bisa apa. Haha.
Karena mimpiku ingin jadi teknisi
handal, sampai-sampai ketika ujian praktek bisa nangis karena gagal uji coba
bikin partisi hardisk. Gagal oh gagal. Sampai aku kayak orang hilang gitu. Haha.
Keren kan!!!
Karena ingin jadi ahli IT sampai
ingin banget kuliah di kampus ternama di Indonesia jurusan Teknik Informatika.
Padahal aku nggak pinter juga terus sekolahnya di swasta. Ngaca deh aku. Aku PD
banget waktu itu. Kayak yakin bisa ketrima di kampus itu.Eeeh, Alhamdulillah
nggak ketrima. Aku terlalu tinggi banget mengharapnya. Padahal aku jelas-jelas
kurang mampu (pemikirannya) jika masuk kampus tersebut.
Apa nama kampusnya?
I Te eS
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kebayang nggak gimana rasanya
hatiku waktu itu. Ya jelas nggak diterima laah. Anak yang biasa, sekolahnya
juga swasta, mau masuk PTN ya butuh perjuangan banget. Harus belajar ekstra
buat bisa masuk kesana.
Jreenngg…
Aku terlalu menyalahkan diri
sendiri. Kenapa aku dulu nggak masuk SMA Negeri aja biar aku bisa masuk ITS?
Kenapa dulu aku nggak masuk jurusan IPA aja biar mudah masuk ITS.
Ah, mungkin tak semudah itu aku
bisa masuk ITS. Semua itu kan kehendak Allah. Jaidi rezeki itu sudah diatur
sama Allah. Dan aku nggak boleh menyerah gitu aja.
Eh, ketika aku bingung nyari
kampus buat kuliah, Allah tiba-tiba ngasih aku undangan buat masuk ITS, tapi
diploma. Alhamdulillah. Terima aja. Kan tetap aja itu di ITS. Hehe. Jadilah aku
mengarungi dunia IT lagi.
Dulu, aku kira di jurusan Teknik
Informatika itu akan semudah yang kubayangkan ketika SMK. Wah, ternyata jauh
dari obsesi. Dan aku mulai bisa berfikir, ternyata kuliah tak semudah waktu
SMK. Jadi aku harus benar-benar belajar dengan rajin supaya aku tak tertinggal
dengan temanku lainnya di kelas.
Karena sudah tau sekilas tentang
dunia IT, aku beralih cita-cita. Aku ingin jadi seorang wirausahawan. Jadi aku
harus belajar bisnis. Dan akhirnya aku memutuskan kuliah ambil manajemen agar
sejalur dengan cita-citaku, pikirku.
Tapi, sejauh apapun aku menuliskan
dan mentargetkan cita-citaku akan tgerkalahkan dengan scenario Allah yang sudah
DIA tuliskan untukku. Dan sebaik-baik cita-cita dan profesi seorang wanita
adalah menjadi istri sholihah dan ibu terbaik bagi anak-anaknya.
Maka dari itu, selagi masih muda
aku ingin menimba ilmu sebelum ada yang datng ke rumah (tukang bakso).
Ah, maafkan aku ya semuanya.
Perasaan pas nulis masih nggak jelas jalannya kemana. Maklum aku masih belajar
nulis ini. Masih merangkak untuk berkarya. Setidaknya aku sudah menuliskan
beberapa kata saja. Terima kasih sudah membaca tulisan yang jauh dari kata baik
ini. Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment