"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" QS. Ar-Rahman:55

Friday, January 14, 2022

Sepatu Tiga Puluh Lima Ribu

Ini adalah foto hari pertama kali aku menginjakkan kaki di PT Pegadaian Jombang dengan mengenakan sepatu tiga puluh lima ribu. Dulu, selama di Surabaya itu mengenakan sepatu karet dua puluh lima ribu. Bagiku, penting pakai sepatu dan pantas untuk dipakai.

Kenapa pakai barang yang murah? Ya karena belum mampu untuk membelinya. Dan Masyaa Allah, barang-barang bermerk Eiger, Elizabeth, dll yang ku punya itu kebanyakan adalah pemberian dari teman-temanku. Kalau sudah punya satu barang, aku sudah enggan untuk membeli barang serupa. Salah satu alasannya agar barang yang ada terpakai dan nggak mubadzir.

Balik lagi ke sepatu tiga puluh lima ribu.

Sepatu yang menemani keseharianku. Dan sepatu inilah yang membuat gelak tawa seisi kantor.

Kenapa bisa demikian?

Aku seringkali terjatuh dari kursi, terpleset lantai dan kebentur pintu, duduk kursi lalu kursinya lari, dan banyak kejadian lain yang menimpaku ketika memakai sepatu itu. Jatuhnya nggak sakit sebenarnya. Tapi malunya itu loh, seumur hidup. Haha.

Kurang lebih 3 bulan aku memakai sepatu itu, dan semenjak kejadian aku terpleset lalu kebentur pintu, esoknya aku beli sepatu baru. Setelah gajian langsung beli yang bagus sekalian.

Kenapa nggak sejak awal beli yang bagus? Ya karena belum cukup uangnya untuk membeli. Ada kebutuhan lain yang harus dipenuhi. Jadi uangnya dibagi-bagi agar semua  bisa terealisasi. Untuk biaya akomodasi Surabaya - Jombang - Ngawi dan juga kebutuhan lain yang tak bisa ku sebutkan satu per satu.

Alhamdulillah, pada akhirnya Allah beri waktu yang tepat dan rezeki berlipat untuk beli sepatu seharga seratus dua puluh ribu. Ono rego ono rupo. Pepatah jawanya demikian. Ada barang ada harga. Dan itulah pertama kalinya aku pakai sepatu seharga ratusan ribu. Dan rasanya memang jauh beda dibandingkan dengan sepatu tiga puluh lima ribu. Lebih nyaman di kaki dan nggak membuatku terjatuh lagi. Kalaupun aku terjatuh bisa dipastikan bukan karena sepatu, tapi karena aku "kakehan polah" alias kebanyakan tingkah.

Aku bersyukur banget punya sepatu tiga puluh lima ribu itu. Karena darinya aku bisa menuliskan cerita ini. Dan sepatu itulah yang membuat seisi kantor penuh dengan gelak tawa. Aku yang terjatuh bukannya menangis, tapi ikutan tertawa dan tentunya malunya tak tertahankan. Hahaha.

Teruntuk sepatu seratus dua puluh ribu, semoga awet dan bertahan lama ya. Love you.



Jombang, 14 Januari 2022

Ditulis di sudut kamar mungil


0 komentar:

Post a Comment

© Seberkas Cahaya, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena